1. Biografi
  2. Tokoh

Syekh Siti Jenar dan Ajarannya yang Dianggap Sesat

Nama Syekh Siti Jenar cukup terkenal dalam sejarah Islam. Namun, sampai sekarang belum ada yang tau pasti apakah sejarah yang telah tersebar di masyarakat merupakan fakta atau hanya sekedar cerita rakyat. 

Pernah berkontribusi dalam penyebaran Islam di Indonesia, ia memiliki banyak pengikut serta berbagai ajaran. Namun, salah satu ajarannya Manunggal Kawula Tuhan pada saat itu dinilai menyimpang dari syariat Islam. 

Tak hanya ajarannya, kronologi kematian dari Sunan Jepara ini juga masih menjadi misteri mana yang benar dan salah. Untuk itu, mari simak pembahasan Munus dibawah ini terkait dengan Syekh Siti Jenar. 

Silsilah Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar memiliki nama asli Sayyid Hasan Ali al Husaini atau dikenal juga dengan Syekh Abdul Jalil atau Syekh Lemah Abang. Beliau memiliki darah Arab sepenuhnya dengan campuran darah Melayu. Darah Melayu didapatkannya dari sang ibu, Siti Fatimah. Sedangkan, darah Arabnya diturunkan dari sang ayah, Syekh Datuk Soleh yang dikenal sebagai ahli tafsir kitab suci.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Sayyid Hasan Ali al Husaini diyakini lahir sekitar tahun 1404 M di Persia atau yang sekarang disebut dengan Iran. jika diurutkan dari silsilahnya, para pengikutnya yakin bahwa beliau merupakan keturunan langsung Rasulullah melalui jalur Siti Fatimah dan Ali Bin Abi Thalib.

Sayyid Hasan Ali al Husaini alias Syekh Siti Jenar
Sayyid Hasan Ali al Husaini alias Syekh Siti Jenar. Foto oleh historyofjava

Sejak belia Sayyid Hasan Ali al Husaini dititipkan di Padepokan Amparan Jati untuk menerima ajaran agama Islam. Padepokan tersebut didirikan oleh kakak sepupunya, Syekh Datuk Kahfi.

Setelah dewasa, Sayyid Hasan Ali al Husaini mengembara ke wilayah timur Tanah Jawa. pengembaraan itu kemudian diketahui oleh Majapahit. Atas perintah kakaknya sendiri, Shri Manganan Cakrabuana, ia diminta untuk berkontribusi dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Semasa hidupnya, Sayyid Hasan Ali al Husaini pernah bergabung dalam anggota Walisongo atas rekomendasi Sunan Ampel. Namun, ia keluar saat kepemimpinan Sunan Giri. Ia bahkan dipercaya untuk menjabat sebagai Panetep Panatagama ring Sunda menggantikan kakaknya. Ia juga pernah mendirikan sebuah padepokan dengan nama Krendasawa di kawasan Lemah Abang, Cirebon. Dari situlah Sayyid Hasan Ali al Husain mendapat julukan Syekh Lemah Bang.

Syekh Lemah Bang juga sempat mendapatkan gelar Sunan Jepara, karena ia turut menyebarkan agama Islam di Tanah Air. Namun, gelar ini menimbulkan pro dan kontra karena ada ajarannya yang dinilai menyimpang sehingga Sunan Jepara tidak masuk dalam daftar Wali Songo.

Baca juga: Sunan Gresik: Ulasan Lengkap Ulama Senior Walisongo

Kontroversi Ajaran Syekh Siti Jenar “Manunggal Kawula Tuhan”

Ajaran Manunggal Kawula Tuhan
Ajaran “Manunggal Kawula Tuhan” yang diserukan oleh Syekh Siti Jenar dianggap sesat. Foto oleh befren

Belum bisa dipastikan apakah kontroversi yang senter mengenai Syekh Lemah Bang yang telah turun-temurun menjadi cerita rakyat ini memang benar adanya atau hanya sebuah isu masa lalu belaka. 

Ajaran Syekh Siti Jenar yang menjadi kontroversi adalah “Manunggaling Kawula Gusti”. Saat konsep ajaran tersebut terdengar oleh para wali dan dianggap sebagai konsep yang menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga digelarlah pertemuan para wali dan sejumlah tokoh penting di Istana Argapura, Giri atau yang sekarang disebut dengan Gresik.

Pada pertemuan itu telah hadir Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Kusus, Sunan Bonang, Tan Go Wat alias Syekh Bentong, Penembahan Madura, Pangeran Palembang dan tentu saja Syekh Lemah Bang.

Pertemuan diawali dengan sesi bertukar pikiran di mana para tokoh dan wali memaparkan pengetahuan serta pemahaman mereka terkait dengan agama Islam dan hal lainnya. Riuh pada pertemuan tersebut bermula ketika Syekh Lemah Bang mendapatkan gilirannya untuk berargumen.

Saat itu dengan tegas Syekh Lemah Bang berucap:

“Menyembah Allah dengan bersujud beserta ruku’-nya, pada dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga.” (Ngabei Ranggasutrasna, dkk, Centhini: Tambangraras Amongraga, Jilid I, 1991:120-123)

Argumentasi tersebut sontak membuat beberapa orang di dalam forum berdiri menuding bahwa Syekh Lemah Bang telah berdosa karena menyimpang terlalu jauh dari agama dan menganggap dirinya sama dengan Tuhan.

Namun, dengan tenang Syekh Lemah Bang menanggapi segala tudingan tersebut sembari berkata, “ Biar jauh tetap benar, sementara yang dekat belum tentu benar.”

Bagi Syekh Lemah Bang, dasar yang ingin disampaikan dari syahadat dan tauhid adalah manunggal atau bersatu. Artinya, semua ciptaan Tuhan pada akhirnya akan menyatu dengan yang menciptakan maka dari itu menjadi Manunggaling Kawula Gusti

Syekh Lemah Bang tetap teguh dengan opini tersebut. Para wali memperingatkan bahwa konsep itu dapat menjadi sebuah ajaran yang sesat kepada para pengikutnya dan beliau bisa terancam hukuman mati karena melenceng dari Islam.

Meskipun dianggap menyimpang oleh beberapa wali, namun menurut para pengikutnya Syekh Lemah Bang tidak pernah mengakui dirinya sebagai Tuhan. Mereka menganggap bahwa ajaran Manunggaling Kawula Gusti ini bukan bersatunya Tuhan dengan mahkluk-Nya, melainkan berarti semua yang diciptakan oleh Tuhan akan kembali kepada Tuhan.

Baca juga: Sunan Gunung Jati: Biografi, Kisah, Hingga Silsilah

Wafatnya Syekh Siti Jenar

Ada banyak versi yang menceritakan kematian Raden Abdul Jalil ini. Namun, cerita turun-temurun yang saat ini masih melekat dalam sejarah adalah penyebab kematiannya karena dijatuhi hukuman mati yang merupakan imbas dari ajarannya yang dianggap sesat. 

Setelah adanya argumentasi dari Syekh Siti Jenar mengenai Tuhan, Wali Songo menggelar sebuah sidang dan menetapkan hukuman mati pada Syekh Siti Jenar. Dan dia menyetujui hukuman tersebut, bahkan meminta untuk segera dilaksanakan. 

Syekh Lemah Bang
Syekh Lemah Bang alias Syekh Siti Jenar. Foto oleh islamindonesia

Syekh Siti Jenar memiliki pandangan tersendiri mengenai kematian. Ia menganggap bahwa kematian merupakan kehidupan sejati manusia, di mana ia adalah hamba sekaligus Tuhan.

Syekh Siti Jenar berkata, “Syukur jika saya sampai tiba di alam kehidupan yang sejati, sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas di alam kematian. Saya akan hidup sempurna, langgeng, tiada ini dan itu.” (R. Sasrawidjaja, 1958:20)

Kesimpulan

Sayyid Hasan Ali al Husaini semasa hidupnya memiliki beberapa julukan, diantaranya adalah Syekh Lemah Bang, Raden Abdul Jalil, dan yang paling sering disebut hingga saat ini adalah Syekh Siti Jenar. Ia juga sempat mendapat gelar Sunan karena telah ikut menyebarkan ajaran Islam di Nusantara, yaitu Sunan Jepara.

Sayyid Hasan Ali al Husaini diyakini masih merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW yang semenjak kecil telah diajarkan untuk mendalami ilmu-ilmu agama. Ia juga mendalami ilmu tasawuf dan makrifat. Hingga pada dewasanya, ia menyerukan ajaran Manunggal Kawula Tuhan yang disebut-sebut melenceng dari syariat Islam karena menyamakan diri sendiri dengan Tuhan. Ajaran ini dianggap sesat dan menyebabkan dia harus menerima hukuman mati akibat pemikiran tersebut.

Baca juga: Wali Songo: Maskot Penyiar Agama Islam di Jawa

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Syekh Siti Jenar dan Ajarannya yang Dianggap Sesat

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]