Halo anak Nusantara! Sebelum Indonesia berbentuk republik seperti saat ini, wilayah Indonesia pernah terbagi menjadi beberapa kerajaan pada zaman dahulu. Salah satu kerajaan tersebut adalah Kerajaan Banjar, kerajaan bercorak Islam pertama yang ada di Kalimantan Selatan.
Pada awalnya, kerajaan ini berada di bawah kekuasaan kerajaan lain dan bercorak Hindu. Bahkan, ibukota kerajaan ini juga sempat berpindah-pindah. Simak uraian lebih lengkapnya di bawah ini.
Kerajaan Banjar, Kerajaan Islam Pertama di Kalimantan Selatan
Daftar Isi
Letak Kerajaan Banjar mencakup daerah yang saat ini menjadi Provinsi Kalimantan Selatan, terbentang mulai dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Pada awalnya, ibukota kerajaan ini terletak di Banjarmasin. Tapi seiring berjalannya waktu, ibukotanya berpindah ke Martapura. Karena corak Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam, maka dapat dikatakan bahwa kerajaan ini diperintah dengan sistem kesultanan.
Kerajaan ini adalah penerus dari Kerajaan Daha, dan memperoleh kekuasaan dengan bantuan Kerajaan Demak. Letak Kerajaan Banjar sangat strategis untuk menjadi bandar perdagangan disebabkan oleh banyaknya sumber daya alam yang tersedia. Oleh karena itu, Banjar menjadi kerajaan yang maju.
Saat masih dalam kekuasaan Kerajaan Daha, Banjar memiliki corak kerajaan Hindu. Namun kemudian, agama Islam mulai masuk ke pulau Kalimantan melalui Sunan Giri yang mendarat di pelabuhan Banjar pada abad 15. Orang-orang Islam dari pulau Jawa mulai datang dan menetap di Kalimantan. Penyebaran agama juga ikut meningkat seiring meningkatnya pendatang beragama Islam.
Kesultanan Banjar adalah salah satu akar dari penyebaran agama Islam di tanah Kalimantan. Hukum-hukum Islam mulai diterapkan sebagai hukum negara. Salah satu ulama besar Kerajaan Banjar adalah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau mendampingi sultan dalam memerintah kerajaan sembari menyebarkan agama Islam kepada masyarakat.
Sejarah Kerajaan Banjar
Pada masa itu, Kalimantan Selatan masih dalam kekuasaan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Maharaja Sukarama. Beliau memiliki tiga orang anak, yang bernama Putri Galuh, Pangeran Tumenggung dan Pangeran Mangkubumi. Berdirinya Banjar bermula dari konflik internal dalam Istana Daha. Konflik antara Pangeran Samudera dengan pamannya Pangeran Tumenggung membuat keadaan kerajaan menjadi panas. Maharaja memberikan wasiat supaya tahta kerajaan diberikan cucunya, yaitu Raden Samudera.
Tentu saja Pangeran Tumenggung tidak bisa menerima keputusan ayahnya ini. Wasiat ini membuat nyawa Raden Samudera terancam. Raden Samudera yang tidak mau terlibat konflik lebih lanjut memilih untuk melarikan diri dengan bantuan Arya Taranggana menggunakan sampan menuju hilir sungai Barito. Setelah Maharaja Sukarama meninggal, tahta kerajaan jatuh kepada Pangeran Mangkubumi, dan dilanjutkan oleh adiknya, Pangeran Tumenggung.
Raden Samudera melarikan diri dan menyamar menjadi nelayan di Balandean. Saat masa pelarian, Ia ditampung oleh Patih Masih di rumahnya. Kemudian, Raden Samudera diangkat menjadi raja di Bandarmasih.
Pangeran Tumenggung yang mengetahui hal ini murka dan melakukan penyerangan ke Bandarmasih. Tetapi dengan bantuan pasukan Kerajaan Demak yang berjumlah 40.000 prajurit, Pangeran Samudera berhasil mengalahkan serangan Pangeran Tumenggung. Pangeran Tumenggung kemudian menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera. Setelah penyerahan kekuasaan, Kerajaan Daha dibagi menjadi dua, yaitu Kesultanan Banjar yang berpusat di Bandarmasih dan kerajaan yang dipimpin Pangeran Tumenggung yang memiliki wilayah di Batang Alai.
Raja pertama Kerajaan Banjar adalah Pangeran Samudera. Beliau memiliki gelar Sultan Suriansyah. Setelah dilantik, beliau masuk Islam serta memindahkan ibu kota kerajaan ke Banjarmasin.
Urutan Raja Kerajaan Banjar
Berikut adalah urutan raja-raja Kerajaan Banjar serta tahun pemerintahannya :
- Sultan Suriansyah (1520-1540)
- Sultan Rahmatullah (1546-1570)
- Sultan Hidayatullah (1570-1595)
- Sultan Mustain Billah (1595-1642)
- Sultan Inayatullah (1642-1645)
- Sultan Ratu (1645-1660)
- Sultan Rakyatullah (1660-1663)
- Sultan Adipati Anom (1663-1679)
- Sultan Suria Angsa (1679-1700)
- Sultan Tahmidullah (1700-1717)
- Panembahan Kusuma Dilaga (1717-1730)
- Sultan Kuning (1730-1734)
- Sultan Tamjidillah I (1734-1759)
- Sultan Muhammadillah (1759-1761)
- Sunan Nata Alam (1759-1761)
- Sultan Sulaiman Saidullah (1801-1825)
- Sultan Adam al Watsiq Billah (1825-1857)
- Sultan Tamjidillah II (1857-1859)
- Sultan Hidayatullah II (1859-1862)
- Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin / Pangeran Antasari 1862
- Sultan Muhammad Seman (1862-1905)
- Sultan Khairul Saleh (2010)
Masa Kejayaan Kerajaan Banjar
Masa kejayaan Kerajaan Banjar bermula pada dekade pertama di abad ke-17. Kerajaan ini menguasai komoditas perdagangan lada yang dapat dibilang sebagai komoditas yang cukup berharga pada masa itu. Di samping komoditas dagang, Kesultanan Banjar yang telah menguasai sebagian besar pulau Kalimantan mendapat keuntungan melalui upeti dari daerah tenggara, timur, dan barat daya Kalimantan.
Banjar menjadi semakin kuat setelah menguasai daerah lain seperti Sukadana, Kotawaringin, Kahayan Hilir, Sambas, Kintap, Satui, Asam Asam, Swarangan, Lawai, hingga Mendawai. Hal ini dilakukan karena mengantisipasi serbuan dari kerajaan lain.
Keruntuhan Kerajaan Banjar
Keruntuhan Kerajaan Banjar dimulai sejak kedatangan Belanda ke pulau Kalimantan. Berikut adalah 2 alasannya :
1. Serangan dan Usaha Monopoli dari Belanda dan VOC
Pada awalnya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Hindia-Belanda, tapi pihak Belanda berambisi untuk memonopoli perdagangan lada. Usaha untuk mendekati pemerintah Banjar gagal membuat pihak Belanda menggunakan jalan kekerasan. Selain itu, mereka juga mulai menyerang internal Kesultanan Banjar dengan mengadu domba para raja.
2. Perebutan Kekuasaan Penerus Sultan Adam
Setelah meninggalnya Sultan Adam, kekuatan Banjar terbagi menjadi 3, yaitu Prabu Anom, Tamjidillah, dan Hidayatullah. Karena pada saat itu pihak Belanda menguasai pemerintahan maka Tamjidilah yang diangkat sebagai raja. Padahal, masyarakat berpihak pada Hidayatullah untuk menjadi penerus Sultan Adam.
Peninggalan Kerajaan Banjar
Ketika membahas tentang kerajaan, tentu tidak jauh dari peninggalan kerajaan tersebut. Berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan Banjar :
1. Masjid Sultan Suriansyah
Peninggalan Kerajaan Banjar yang pertama adalah Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini adalah masjid tertua di provinsi Kalimantan Selatan. Masjid ini berada di kelurahan Kuin Utara, kota Banjarmasin. Nama dari Masjid ini diambil dari nama raja yang memerintah saat itu yaitu Sultan Suriansyah, raja pertama Kesultanan Banjar. Situs candi ini saat ini menjadi lambang daerah dan tempat wisata.
2. Candi Agung
Peninggalan kedua adalah Candi Agung. Candi ini berasal dari kerajaan sebelum Banjar, yaitu Kerajaan Negaradipa. Candi ini dibangun oleh Empu Jatmika pada abad 14 Masehi. Umur dari candi ini diperkirakan sekitar 740 tahun. Bahan dari candi ini adalah kayu dan batu, sampai saat ini masih terlihat kokoh.
3. Makam Sultan Suriansyah
Peninggalan Kerajaan Banjar yang ketiga adalah Makam Sultan Suriansyah. Sultan Suriansyah adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Banjar. Sebuah kompleks pemakaman dibuat untuk mengenang beliau. Pemakaman Sultan Suriansyah yang ada saat ini adalah bentuk yang sudah dipugar. Kompleks pemakaman terletak di daerah Kuin Utara.
Baca juga: Kerajaan Gowa Tallo: Sejarah, Kehidupan Masyarakat dan Peninggalan
Demikian penjelasan Munus tentang Kesultanan Banjar, Kerajaan Islam pertama di Kalimantan Selatan. Semoga dapat menambah wawasanmu seputar kerajaan yang pernah ada di Indonesia. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!
Tidak ada komentar