1. Peninggalan Sejarah

Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon: Silsilah & Arsitekturnya

Halo anak Nusantara! Pada zaman dahulu, Indonesia terbagi dalam berbagai wilayah kerajaan. Saat ini, sistem kerajaan tersebut telah digantikan dengan bentuk negara Indonesia. Di sisi lain, masih ada daerah yang mempertahankan identitas kerajaan atau kesultanannya, salah satunya adalah Keraton Kasepuhan Cirebon.

Kesempatan kali ini, Munus akan membahas tentang sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon, silsilah, serta info menarik museumnya. Mari, simak pembahasan Munus di bawah ini.

Sejarah & Silsilah Keraton Kasepuhan Cirebon

Sejarah & Silsilah Keraton Kasepuhan Cirebon (sumber: InfoPublik)
Sejarah & Silsilah Keraton Kasepuhan Cirebon (sumber: InfoPublik)

Asal mula dari Keraton Kasepuhan Cirebon berawal dari Kerajaan Cirebon yang runtuh. Pada saat runtuh, Kerajaan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Rasmi atau Panembahan Ratu II. Sebagai mertua dari Pangeran Rasmi, Sultan Amangkurat, raja Kerajaan Mataram, memanggilnya untuk mempertanggungjawabkan tentang isunya yang bersekutu dengan Kerajaan Banten dengan tujuan menjatuhkan kekuasaan Sultan Amangkurat I.

Panembahan Ratu II kemudian diasingkan bersama dengan kedua putranya, yaitu Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya. Panembahan Ratu diasingkan sampai Ia wafat pada tahun 1667.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Oleh karena kekuasaan Cirebon mengalami kekosongan, Kerajaan Mataram berniat untuk mengambil alih Cirebon. Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Banten, yang mengetahui informasi ini tidak terima dan turun tangan untuk membebaskan putra Panembahan Ratu II.

Pada tahun 1677, konflik internal terjadi dalam Kerajaan Cirebon dikarenakan perbedaan pendapat tentang penerus kerajaan. Akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa membagi kerajaan menjadi tiga.

Tiga kerajaan itu adalah Kesultanan Kasepuhan, Panembahan Cirebon, dan Kesultanan Kanoman. Keraton Kasepuhan dipimpin oleh Pangeran Martawijaya dengan gelar Sultan Sepuh I. Panembahan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta. Kesultanan Kanoman diberikan pada Pangeran Kartawijaya dengan gelar Sultan Anom I.

Sultan Sepuh I menjadi penguasa di Kerajaan Pakungwati yang kemudian akan berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan. Sebelum Kerajaan Cirebon runtuh, terdapat dua kompleks bangunan, yaitu Dalem Agung Pakungwati yang dibangun Pangeran Cakrabuana dan kompleks Keraton Pakungwati yang dibangun Pangeran Mas Zainul Arifin 

Pendiri Keraton Pakungwati adalah Pangeran Mas Zainul Arifin, cicit dari Sunan Gunung Jati, dengan gelar Panembahan Pakungwati I. Beliau memberi nama Pakungwati sebagai bentuk penghormatan pada Ratu Dewi Pakungwati. Silsilah Keraton Kasepuhan Cirebon dimulai dari Keraton Pakungwati yang kemudian menjadi Keraton Kasepuhan ini.

Bangunan & Arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon

Sampai saat ini bangunan Keraton masih terawat dengan sangat baik. Keraton ini, layaknya keraton lain di Cirebon, menghadap ke utara. Pada bagian depan Keraton Kasepuhan terdapat sebuah alun alun yang bernama Sangkala Buana.

Alun-alun ini dahulu digunakan sebagai tempat para prajurit untuk berlatih serta sebagai titik pusat dari kompleks kerajaan. Selain itu, alun-alun ini juga digunakan untuk tempat perayaan serta tempat rakyat berkumpul.

Bangunan & Arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon (sumber: Paradigma Bintang)
Bangunan & Arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon (sumber: Paradigma Bintang)

Pada bagian barat keraton terdapat sebuah masjid peninggalan para wali yang disebut sebagai Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sedangkan, di bagian timur alun-alun terdapat sebuah pasar yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Kasepuhan. 

Keraton memiliki dua gerbang yang terbagi atas gerbang utama yang disebut sebagai Kreteg Pangrawit. Gerbang ini berada di sebelah utara dan gerbang kedua yang disebut sebagai Lawang Sanga berada di bagian selatan. Setelah melewati gerbang utama, kalian akan langsung disambut dua bangunan bernama Pancaniti dan Pancaratna.

Pancaniti adalah sebuah pendopo yang terletak di bagian timur. Pada zaman dahulu, Pancaniti digunakan sebagai tempat bagi para perwira melatih prajurit saat latihan keprajuritan dilaksanakan di alun-alun.

Sedangkan, Pancaratna adalah tempat yang dulunya digunakan untuk menghadap para petinggi desa. Kedua bangunan ini memiliki pagar terali besi, serta memiliki ukuran yang sama, yaitu 8 x 8 meter.

Setelah memasuki kompleks keraton, kalian akan dapat menyaksikan sebuah bangunan bernama Siti Inggil atau Lemah Dhuwur yang berarti tanah tinggi. Bangunan ini memiliki arsitektur yang mirip dengan bentuk candi lengkap dengan dinding tembok batanya.

Bangunan ini dibangun oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1529. Di bagian depan bangunan ini kalian dapat melihat sebuah meja batu untuk tempat bersantai. Bangunan Siti inggil ini mempunyai dua gapura yang menunjukkan motif mirip arsitektur zaman Majapahit. 

Bukan hanya itu, di dalam kompleks keraton juga terdapat sebuah Masjid yang disebut Langgar Agung. Langgar Agung sendiri memiliki ukuran 6 x 6 meter yang memiliki teras seluas 8 x 2,5 meter. Teras masjid ini memiliki dinding kayu. Dalam masjid terdapat sebuah mihrab dengan mimbar dari kayu. Atap masjid ini memakai bentuk tumpang dua dengan sirap. Langgar Agung digunakan sebagai tempat ibadah untuk para kerabat keluarga keraton.

Bagian utama Keraton Kasepuhan adalah area yang berisi bangunan induk dari Keraton. Pada bagian induk ini terdapat sebuah gerbang yang menjadi pintu masuk ke area utama keraton. Gerbang ini terbuat dari kayu dan jika dibuka akan menimbulkan bunyi menyerupai guntur. Berikut adalah beberapa bangunan yang ada di area utama :

Museum Keraton

Museum ini adalah tempat untuk menyimpan peninggalan peninggalan dari Kesultanan Kasepuhan. Bangunan ini berbentuk huruf E dan berada di sebelah barat Taman Dewandaru.

Taman Dewandaru

Taman ini memiliki luas 20 meter persegi dengan bentuk yang melingkar. Makna dari taman yang melingkar ini adalah keseluruhan dari nama Dewandaru. Nama Dewandaru berasal dari tanaman Pinus Dewandaru yang memiliki kaitan dengan cerita Ramayana. Dalam kepercayaan agama Hindu, hutan yang dipenuhi pohon Dewandaru digunakan untuk memohon berkah kepada dewa Siwa. Dalam sudut pandang Cirebon, makna taman ini adalah sebuah pengingat supaya manusia mencari mereka  yang masih tinggal dalam kegelapan dan membawanya kembali ke jalan yang benar. Di taman ini juga terdapat dua buah patung macan putih yang menjadi lambang keluarga Panjajaran, meja dan bangkku, serta dua buah meriam dengan nama Nyi Santoni dan Ki Santomo.

Tugu Manunggal

Tugu ini berbentuk pendek dengan ukuran 50 cm serta dikelilingi pot bunga. Tugu ini menggambarkan Allah yang satu.

Sri Manganti

Bangunan Sri Manganti berada di sebelah Tugu Manunggal. Bangunan ini berbentuk persegi, tidak memiliki dinding, ditopang oleh tiang yang berjumlah 28 tiang, serta beratap model joglo. Bangunan ini berfungsi untuk tempat tunggu keputusan raja

Lunjuk

Lunjuk adalah bangunan yang digunakan untuk melayani tamu yang ingin melaporkan urusan pada raja. Bangunan ini memiliki ukuran sekitar 10 x 7 meter dan terletak di sebelah Tugu Manunggal.

Bangunan Induk Keraton

Pada area utama ini, terdapat sebuah bangunan induk yang dijadikan sebagai tempat tinggal serta tempat sultan untuk melaksanakan kegiatan.

Wisata Keraton Kasepuhan Cirebon

Ternyata, saat ini kamu juga bisa melakukan wisata langsung ke Keraton Kasepuhan. Berikut adalah beberapa informasi yang perlu kamu tahu sebelum pergi ke sana.

Kereta Kencana Singa Barong (sumber: Good News From Indonesia)
Kereta Kencana Singa Barong (sumber: Good News From Indonesia)

1. Museum Keraton Kasepuhan Cirebon

Museum Keraton Kasepuhan Cirebon adalah satu bangunan yang sengaja dibangun untuk menjadi tempat penyimpanan peninggalan peninggalan kerajaan pada masa lalu. Semua peninggalan tersebut masih dirawat dengan baik sampai saat ini.

Koleksi paling terkenal adalah Kereta Kencana Singa Barong. Kereta ini adalah kendaraan dari Sunan Gunung Jati semasa Ia hidup. Kereta kencana ini memiliki tiga unsur budaya, yaitu India, Tiongkok dan Indonesia. Kereta ini dibuat pada tahun 1529 oleh Panembahan Losari. Bentuk dari kereta ini adalah perpaduan dari bentuk naga, gajah, garuda, serta macan.

2. Harga Tiket masuk

Bagi kalian yang ingin masuk wilayah keraton, kalian akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 20.000. Wisata Keraton Kasepuhan buka setiap hari pada pukul 08.00 sampai pukul 18.00 WIB. Kalian dapat memilih hari apa pun untuk mengunjungi keraton ini.

3. Lokasi & Rute

Keraton berlokasi di Jalan Pantura, lebih tepatnya Jalan Kasepuhan No.43, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Untuk menuju Cirebon sendiri, kalian bisa menggunakan kereta api atau melalui jalan tol Cipali. Karena fasilitas taksi yang minim, kalian bisa langsung menggunakan taksi online untuk menuju lokasi Keraton Kasepuhan.

4. Fasilitas

Fasilitas yang sudah tersedia di area wisata ini seperti tempat ibadah, tempat parkir, toilet, dan fasilitas kebersihan. Tidak hanya itu, di sini juga terdapat pemandu wisata serta toko kuliner dan cinderamata khas Cirebon. Di area wisata juga terdapat sebuah bangsal yang biasanya digunakan sebagai tempat pagelaran acara acara penting.

Baca juga: Keraton Yogyakarta, Ikon Sarat Sejarah & Warisan Budaya

Pada saat ini, kita cenderung melupakan keberadaan warisan warisan masa lalu. Kita harus lebih peduli terhadap peninggalan tersebut, warisan budaya yang ditinggalkan oleh leluhur kita. Bahkan, kita juga kadang kala memandang negatif peninggalan tersebut. Dengan mempelajari dan meningkatkan kesadaran tentang peninggalan sejarah, kita akan dapat menangkal pandangan negatif tersebut.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon: Silsilah & Arsitekturnya

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]