1. Biografi

Sultan Ageng Tirtayasa: Perjuangan Melawan VOC & Perannya

Halo anak Nusantara! Apakah kalian tahu bahwa sebelumnya tentang Kesultanan Banten? Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten. Kesultanan Banten sendiri mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Di samping itu, sosok beliau juga terkenal dengan perjuangan melawan penjajah Belanda, bahkan diangkat menjadi salah satu pahlawan nasional Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan Munus berikut ini.

Asal Usul 

Sultan Ageng Tirtayasa berasal dari Banten, lahir pada tahun 1631 dengan nama kecil Abdul Fatah. Ia adalah putra dari Sultan Abdul Ma’ali Ahmad, sultan Banten ke-5, dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil, beliau memiliki gelar Pangeran Surya, tapi setelah kematian Sultan Abdul Ma’ali Ahmad, ayahnya, pada tahun 1650, Ia diangkat menjadi sultan muda dengan gelar Pangeran Adipati.

Tidak lama, kakeknya yang bernama Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau dikenal sebagai Sultan Agung meninggal pada tahun 1651, dan Ia diangkat menjadi Sultan Banten ke-6 pada umur 20 tahun dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih. Nama Tirtayasa diambil setelah Ia membangun keraton baru di dusun Tirtayasa, Kabupaten Serang.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Peran Sultan Ageng Tirtayasa Bagi Kejayaan Kesultanan Banten

Kesultanan Banten (sumber: Merdeka)
Kesultanan Banten (sumber: Merdeka)

Peran Sultan Ageng Tirtayasa bagi kesultanan Banten dapat dibilang sangat besar karena kesultanan Banten mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahannya. Pada masa pemerintahannya, beliau berusaha untuk memajukan sektor ekonomi masyarakat Banten.

Peningkatan kesejahteraan dimulai dengan membuat serta meningkatkan persawahan baru dan saluran irigasi yang sekaligus menjadi sarana transportasi. 

Untuk sektor perdagangan, Ia menjalin hubungan erat dengan pedagang Asia dan Eropa untuk menyaingi VOC di Batavia. 

Dalam bidang agama, Sultan ke-8 kesultanan Banten ini mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan. Syekh Yusuf bertugas untuk menyelesaikan urusan keagamaan dan sebagai penasehat sultan dalam pemerintahan. Beliau juga menjalankan pendidikan agama, baik di lingkungan kesultanan maupun di masyarakat umum melalui pondok pesantren.

Secara garis besar, Peran Sultan Ageng Tirtayasa yaitu membuat saluran irigasi, menjalin hubungan dagang dengan pedagang Asing, dan menjalankan pendidikan Islam di kesultanan Banten.  space

Perjuangan & Politik Adu Domba VOC

Selain perannya yang besar di kesultanan Banten, perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa tidak kalah besarnya, terutama perjuangan untuk  melawan para penjajah. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dimulai ketika perjanjian monopoli VOC membuat kerugian terhadap kesultanan Banten. 

Pasukan Belanda (sumber: Liputan6)
Pasukan Belanda (sumber: Liputan6)

Perlawanan berlangsung sengit. Pihak Belanda melakukan blokade terhadap beberapa pelabuhan di Banten karena serangan gerilya yang kerap dilancarkan oleh kesultanan Banten. Hal ini tidak membuatnya gentar. 

Beliau sempat didesak untuk menandatangani perjanjian damai oleh VOC. Tapi, Ia berani untuk menolak mempersetujui perjanjian tersebut. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa mulai menyasar pabrik pabrik serta perkebunan milik VOC pada tahun 1656. Para pasukan kesultanan Banten melakukan perlawanan dengan cara sabotase, serta membakar kampung kampung yang menjadi markas pertahanan Belanda. Hal ini membuat Banten memperoleh kapal kapal milik VOC serta pos-pos penting.  

1. Penyerahan Urusan dalam Negeri Kepada Sultan Haji

Semangat perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa tidak disetujui oleh Sultan Haji, anaknya. Hal ini dikarenakan ketika ada sengketa antara Sultan Haji dengan Pangeran Purbaya, Belanda ikut campur dengan menjadi sekutu Sultan Haji. Belanda melakukan strategi ini karena mereka merasa Sultan Haji mudah dipengaruhi.

Dasar konflik ini adalah Sultan Haji merasa pembagian tugas yang dilakukan ayahnya adalah upaya untuk menyingkirkannya dari takhta kesultanan sehingga Pangeran Purbaya yang akan mendapatkan tahta kesultanan.

Oleh karena itu, Sultan Haji bersekongkol dengan Belanda supaya tahta kesultanan tidak diambil oleh Pangeran Purbaya. Belanda tentu senang akan hal ini karena dengan begini semangat perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dapat dipadamkan dan Belanda dapat memonopoli perdagangan di Banten kembali. 

Sultan Haji melakukan beberapa kesepakatan dengan Belanda, karena tentu pihak Belanda ikut campur dengan imbalan. Pihak Belanda mengajukan empat syarat sebagai berikut :

  • Tanah Cirebon harus diserahkan pada kekuasaan VOC
  • Hanya VOC yang diizinkan untuk melakukan perdagangan lada di Banten sedangkan pedagang dari negara lain tidak diperbolehkan berjualan
  • JIka melanggar perjanjian tersebut pihak Banten harus membayar 600.000 ringgit
  • Pasukan Banten yang berada di pedalaman daerah Priangan dan daerah garis pantai harus ditarik mundur

Sultan Haji menyanggupi perjanjian tersebut meskipun terkesan sangat merugikan bagi pihak kesultanan Banten.

2. Pertempuran Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji

Sultan Haji dengan bantuan Belanda dapat menguasai Keraton Surosowan tahun 1681. Keadaan ini tidak berlangsung lama karena Surosowan dapat dikuasai kembali oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pertarungan antara ayah dan anak ini berlangsung sengit. Banyak korban berjatuhan dalam perseteruan ayah dan anak ini 

3. Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa selalu dibujuk untuk menghentikan perlawanan, sampai pada titik dimana sang Sultan kewalahan dan tidak berdaya. Oleh karena keadaan ini, Ia memilih untuk mengasingkan diri ke pedalaman. Sultan Haji mengundang sang ayah untuk datang ke kesultanan, tapi sebenarnya, cara ini adalah salah satu cara untuk menangkapnya. Tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipaksa menyerahkan tahta kepada Sultan Haji.

Akhir Hayat 

Patung Sultan Ageng Tirtayasa (sumber: detik News)
Patung Sultan Ageng Tirtayasa (sumber: detik News)

Sesudah beliau tertangkap, Ia dibawa ke penjara di Batavia sampai akhir hayatnya. Sultan Ageng Tirtayasa dimakamkan di kompleks pemakaman raja raja Banten yang terletak di sebelah utara Masjid Agung Banten. Pada tanggal 1 Agustus 1970, atas surat keputusan Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, Ia diangkat menjadi seorang pahlawan nasional Indonesia oleh karena perjuangan nya di tanah Pasundan.

Baca juga: Raden Wijaya Majapahit: Fakta Sejarah, Asal Usul, Kisahnya

Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan yang berani memberikan perlawanan sengit pada VOC. Ia membuktikan betapa kuatnya tekad dan semangat untuk melawan kezaliman. Kita dapat berkaca dari keberanian dan semangat membara dari beliau sebagai seorang pemimpin.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Sultan Ageng Tirtayasa: Perjuangan Melawan VOC & Perannya

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]