1. Peninggalan Sejarah

Sejarah Masjid Agung Banten & Keunikan Arsitekturnya

Banten adalah salah satu provinsi yang terkenal tentang sejarah Islamnya. Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan Islam yang bernama Kesultanan Banten di provinsi ini. Kesultanan Banten memiliki beberapa peninggalan yang sampai saat ini masih berdiri di wilayah Banten, salah satunya adalah Masjid Agung Banten, yang juga terkenal sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia.

Ingin tahu penjelasan lebih dalam? Simak artikel Munus di bawah ini.  

Sejarah Masjid Agung Banten

Sejarah Masjid Agung Banten (sumber: Ikons)
Sejarah Masjid Agung Banten (sumber: Ikons)

Masjid Agung Banten berada di wilayah Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Menurut sejarahnya, Masjid Agung Banten didirikan oleh sultan pertama Kesultanan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570). Setelah kematian Maulana Hasanuddin, pembangunan dilanjutkan oleh Sultan Maulana Yusuf, sultan kedua dan putra dari Sultan Maulana Hasanuddin.

Pada pembangunan ini, masjid dibangun dengan arsitektur khas Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad (1580-1596), sebuah pawestren atau ruang untuk shalat wanita, yang terdapat di samping  masjid ditambahkan.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Tidak hanya itu, serambi selatan masjid juga diubah menjadi makam yang berisi sekitar 15 makam. Sebuah menara dengan tinggi 24 meter ditambahkan pada tahun 1632 dan , dirancang oleh arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut.

Penambahan bangunan masih berlangsung dengan ditambahkannya tiyamah atau paviliun bergaya eropa yang dirancang oleh Lucaasz Cardeel. Sampai saat ini, Masjid Agung Banten menjadi salah satu destinasi wisata religius yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan dan peziarah.

Arsitektur & Letak Masjid Agung Banten

Letak Masjid Masjid Agung Banten berada di Desa Banten Lama, sekitar 10 km dari kota Serang. Untuk menuju masjid ini, kalian dapat menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Untuk kendaraan umum, kalian bisa menggunakan bus dari terminal Pakupatan dengan jurusan Banten Lama. Perjalanan yang diperlukan hanya sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi ini

Sampai saat ini, arsitektur Masjid Agung Banten terlihat kokoh dan masih terawat. Bangunan induk masjid berbentuk segi empat. Atap dari masjid ini berbentuk atap yang bersusun lima dengan bagian kiri dan kanannya terdapat serambi-serambi. Serambi-serambi tersebut difungsikan sebagai makam para sultan.

Bagian Dalam Masjid Agung Banten (sumber: Aroeng Binang)
Bagian Dalam Masjid Agung Banten (sumber: Aroeng Binang)

Di serambi kiri terdapat makam dari Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar, dan Sultan Ageng Tirtayasa. Di serambi kanan terdapat makam , Sultan Zainul ‘Abidin dan Sultan Maulana Muhammad serta sultan lainnya.

Mengutip laman Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama RI, Masjid Agung Banteni memiliki luas tanah sebesar 1,3 hektar yang dikelilingi pagar tembok setinggi 1 meter. Terdapat dua gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar pada sisi tembok. Masjid menghadap ke arah timur. Pondasi yang menopang bangunan  setinggi satu meter. Ukuran bangunan utama adalah 25×19 meter.

Ruang utama dan serambi dipisahkan oleh sebuah dinding. Pintu berada dalam bidang segi empat di dinding yang berukuran 174×98 cm. Terdapat dua buah lubang angin pada dinding yang mengapit pintu. Pintu bagian selatan berbentuk persegi panjang serta memiliki hiasan kertas tempel.

Dinding barat dari masjid terdapat penyangga, pelipis cekung, setengah lingkaran, dan pelipis rata. Dinding utara membatasi ruang utama dan serambi utama. Di sisi lain, dinding selatan hanya memiliki satu daun pintu yang menghubungkan ke bangunan untuk para wanita shalat yang terdapat di dekat barat dinding. 

Keunikan Masjid Agung Banten

Sebagai peninggalan tentu masjid ini memiliki berbagai keunikan. Berikut adalah beberapa keunikan Masjid Agung Banten.

Keunikan Masjid Agung Banten (sumber: About Tangerang)
Keunikan Masjid Agung Banten (sumber: About Tangerang)

1. Merupakan Bentuk Nyata Dari Akulturasi Budaya

Pendiri Masjid Agung Banten adalah sultan dari keturunan Jawa, tentu saja masjid ini memiliki fondasi dasar arsitektur Jawa.Tidak berhenti di situ, Masjid Agung Banten adalah bentuk nyata dari akulturasi berbagai budaya, mulai dari gaya bangunan Jawa, Islam, Cina, dan Belanda. Bangunan utama masjid memiliki arsitektur masjid Jawa kuno, salah satu contohnya adalah terdapat gapura di setiap arah mata angin.

Bukan hanya itu sisi menarik bangunan ini, bangunan utama masjid memiliki atap tumpuk lima, menyerupai pagoda Cina. Atap ini dirancang oleh Tjek Ban Tjut, seorang arsitek dari Cina. 

Tjek Ban Tjut juga membuat menara masjid ini. Menara ini memiliki ukuran diameter 10 meter dan tinggi 24 meter. Di dalam menara, terdapat 83 anak tangga yang dapat dinaiki, dari atas sini kalian dapat melihat pemandangan di sekitar masjid dan daerah lepas pantai. Dalam sebuah catatan, menara ini dulunya menjadi tempat untuk menyimpan persenjataan dan mengumandangkan adzan.

Selain arsitektur Jawa dan Cina, masjid ini juga memiliki arsitektur Belanda. Hal ini dikarenakan  Lucas Cardeel, seorang arsitek dari Belanda, ikut memberikan usul untuk pembangunan masjid.  Lucaasz Cardeel mengusulkan untuk membangun paviliun atau tiyamah. Tiyamah ini digunakan sebagai tempat musyawarah dan pengkajian agama.

Perpaduan dari gaya arsitektur Jawa, Eropa, dan Cina membuat arsitektur Masjid Agung Banten memiliki ciri khas dan perbedaan yang kuat dibanding masjid masjid yang ada di pulau Jawa.

2. Menara yang Mirip Mercusuar

Menara Masjid Agung Banten adalah menara yang menjadi ciri khas dari Masjid Banten. Menara ini berada di sisi timur masjid. Tinggi menara ini adalah 24 meter dan diameternya 10 meter. Untuk menuju ke puncak menara, kalian perlu menapaki 83 buah anak tangga. Dan seperti yang sudah dijelaskan di atas, kalian dapat melihat pemandangan sekitar masjid.

3. Bentuk Atap Bertumpuk

Atap dari bangunan utama masjid ini berbentuk seperti pagoda yang ada di Cina. Hal ini dikarenakan atap tersebut adalah karya dari Tjek Ban Tjut. Jumlah atap pada masjid berjumlah 5 tumpuk, yang  bermakna lima waktu shalat yaitu Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrhib, dan Isya.

4. Keberadaan Tiyamah

Tiyamah di sini berfungsi sebagai tempat musyawarah dan pengkajian agama Islam. Ide dari Tiyamah ini berasal dari seorang arsitektur Belanda yang bernama Lucas Cardeel. Tiyamah memiliki bentuk persegi-panjang sesuai arsitektur Belanda kuno

Wisata Masjid Agung Banten

Wisata Masjid Agung Banten (sumber: Property Inside)
Wisata Masjid Agung Banten (sumber: Property Inside)

Wisata Masjid Agung Banten sampai saat ini masih ramai digemari baik oleh para peziarah maupun para wisatawan. Selain bangunan yang unik, terdapat sebuah fasilitas yang mirip seperti di Masjid Nabawi, Arab Saudi. Masjid ini memiliki halaman yang sangat luas, oleh karena itu, halaman luas ini dimanfaatkan dengan peletakan fasilitas payung elektrik raksasa. Kalian dapat masuk ke kawasan masjid secara gratis tanpa perlu membayar tiket masuk dan datang kapan saja ke masjid ini. 

Baca juga: Masjid Cheng Ho: Simbol Perdamaian Umat Beragama

Masjid Agung Banten yang saat ini masih berdiri tentu memiliki banyak perubahan dan sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Tapi kita harus mengingat bahwa masjid ini adalah peninggalan zaman dahulu. Selain menjadi tempat ziarah dan religi, kalian dapat mempelajari nilai sejarah dari salah satu masjid tertua di pulau Jawa ini.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Sejarah Masjid Agung Banten & Keunikan Arsitekturnya

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]