Tahun 1998 adalah salah satu tahun yang menjadi sejarah gelap bagi Indonesia. Keadaan negara yang penuh krisis memaksa barisan para mahasiswa untuk terjun ke jalanan demi menegakkan reformasi. Dalam kurun waktu yang sama, terjadi sebuah peristiwa yang masih menjadi luka bagi bangsa ini, yaitu Tragedi Trisakti 1998. Simak artikel di bawah ini untuk mengetahui lebih dalam dan mengingat kembali tentang Tragedi Trisakti.
Tragedi Trisakti 1998, Sebuah Demonstrasi Berujung Luka
Daftar Isi
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan sejumlah mahasiswa pada tanggal 12 Mei 1998, yang saat itu melakukan demonstrasi dalam rangka menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatanya. Peristiwa ini membuat 4 mahasiswa dari Universitas Trisakti meninggal tertembak dan 681 orang dari perguruan tinggi lainnya mengalami luka.
Penyebab Tragedi Trisakti adalah para mahasiswa menuntut turunnya Soeharto dari jabatannya oleh karena masa pemerintahan presiden Soeharto sudah berlangsung selama 32 tahun. Selain itu, para mahasiswa dan rakyat yang turun ke jalan memaksa pemerintah untuk mengatasi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang membuat negara mengalami Krisis Moneter. Berbagai kebijakan dibuat untuk membantu rakyat, tapi banyak juga kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat dan bahkan cenderung menuju kekuasaan absolut.
Empat korban yang meninggal dalam Tragedi Trisakti adalah Heri Hartanto, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, dan Elang Mulia Lesmana. Keempat mahasiswa ini tertembak saat berada di dalam kampus. Jika kalian ingin tahu, Anggie Dwi Widowati menjelaskan dengan detail peristiwa ini dalam bukunya yang berjudul “Langit Merah Jakarta”.
23 tahun setelah peristiwa tersebut, tapi penegakan hukum masih belum menemui kejelasan. Dalam penyelidikan Komnas HAM, terdapat kejahatan kemanusiaan atau pelanggaran HAM pada Tragedi Trisakti. Penyelesaian pelanggaran dalam peristiwa tersebut diharapkan bukan hanya terjadi bagi korban dan keluarga korban, tapi juga bagi pemerintahan sendiri.
Kronologi Tragedi Trisakti
Berikut adalah kronologi Tragedi Trisakti yang dapat dirangkum oleh Munus dari berbagai sumber.
Sebelum kejadian, para mahasiswa memulai demonstrasi secara damai dari kampus Universitas Trisakti di daerah Grogol, Jakarta Barat menuju ke Gedung Nusantara. Peristiwa bermula ketika para mahasiswa mulai bergerak pada pukul 12.30 dan diblokade oleh pasukan gabungan dari tentara dan polisi.
Setelah aksi demo yang berlangsung selama beberapa jam, para mahasiswa menyudahi aksi dan mundur pada pukul 17.15. Mereka pada awalnya melakukan negosiasi dengan aparat untuk sama-sama mundur. Tapi secara tiba-tiba, seorang oknum yang bernama Mashud berusaha melakukan provokasi. Tapi provokasi ini dapat diredam oleh ketua SMUT (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) dan kepala Keamanan Kampus Trisakti. Tanpa alasan yang jelas, aparat melakukan tembakan gas air mata ke arah mahasiswa.
Penembakan tersebut menjadi semakin membabi buta, karena bukan hanya gas air mata yang ditembakkan, tapi juga peluru karet dan peluru tajam. Sedangkan, aparat yang tidak memiliki senjata api memukuli massa dengan tangan kosong atau pentungan.
Aparat mengejar para mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus. Beberapa massa yang tertangkap dipukuli dan dianiaya oleh aparat setelah itu dibiarkan tergeletak begitu saja di jalan. Aparat menembak ke arah depan gerbang kampus, dan ada juga aparat yang menembak dari atas jembatan layang. Para aparat yang berada di depan gerbang membuat formasi siap menembak dan melepaskan tembakan ke mahasiswa yang berada di dalam kampus
Banyak korban Tragedi Trisakti berjatuhan oleh karena terkena tembakan tersebut. Tiga orang diantaranya meninggal seketika di lokasi, dan satu lainnya meninggal saat dilarikan ke rumah sakit. Korban luka sebanyak 15 orang dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan.
Kejadian tersebut menyisakan trauma yang mendalam bagi para mahasiswa yang bersembunyi di area kampus, karena sejumlah aparat masih berjaga di pelataran tempat parkir. Keadaan mulai kondusif pada pukul 21.00. Dekan Fakultas Ekonomi berdialog dengan Kol. Pol. Arthur Damanik untuk memulangkan para mahasiswa. Perlahan-lahan, para mahasiswa dievakuasi dan dipulangkan sesuai arahan tim dari Kol. Pol. Arthur Damanik.
Latar Belakang & Penyebab Tragedi Trisakti
Latar belakang Tragedi Trisakti memiliki beberapa faktor, yaitu krisis kepercayaan, krisis hukum, krisis politik, dan krisis ekonomi.
Keadaan ekonomi Indonesia mengalami krisis pada permulaan tahun 1998. Hal ini karena dampak dari krisis finansial Asia yang terjadi selama tahun 1997-1999. Di sisi lain, pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto cenderung otoriter dan tidak demokratis. Banyak kritik dari rakyat yang dibungkam dan bahkan beberapa orang yang berani mengkritik akan dihilangkan secara paksa. Terlebih lagi, kehakiman berada dalam kontrol Presiden Soeharto.
Latar belakang tersebut yang menciptakan krisis kepercayaan masyarakat terhadap masa Orde Baru, sehingga mahasiswa ditambah masyarakat pro-demokrasi memilih untuk melakukan demonstrasi besar besaran pada bulan Mei tahun 1998 demi menuntut reformasi.
Dampak Tragedi Trisakti 1998
1. Jatuhnya Korban Jiwa
Dampak Tragedi Trisakti menyebabkan empat mahasiswa tertembak dan meninggal. Keempat mahasiswa tersebut adalah Heri Hartanto, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, dan Elang Mulia Lesmana. Keempat korban Tragedi Trisakti meninggal mendapat sebutan dari masyarakat sebagai pahlawan reformasi. Tidak hanya itu, beberapa mahasiswa juga menjadi korban penganiayaan dan pelecehan seksual. Hal ini memberikan luka secara fisik dan mental kepada para korban.
2. Soeharto Mundur dari Jabatan Presiden Republik Indonesia
Setelah Tragedi Trisakti 1998, Presiden Soeharto mundur dari jabatanya yang sudah didudukinya selama tujuh periode. Pernyataan pengunduran diri Soeharto disiarkan di televisi secara langsung. Bulan Mei tahun 1998 adalah masa yang membuat kekuasaan Soeharto menuju kejatuhan oleh karena aksi massa menyebar ke seluruh Indonesia. Pada akhirnya, beliau mengundurkan diri tanggal 21 Mei 1998 dan pemerintahan diteruskan oleh B.J. Habibie.
3. Tercetusnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998
Setelah masa otoriter yang berlangsung selama 32 tahun, TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang “Hak Asasi Manusia menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat serta segera meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945” dibuat sebagai salah satu langkah serius dari pemerintah dalam penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
4. Memperburuk Krisis Ekonomi Indonesia
Sebelum terjadi tragedi, keadaan ekonomi Indonesia sudah berada dalam taraf krisis. Keadaan ini diperparah dengan kerusuhan 1998. Jaringan perdagangan mengalami kelumpuhan oleh karena sebagian besar pemegang jaringan perdagangan, yaitu warga keturunan, menjadi korban dalam kerusuhan ‘98.
Di sisi lain, para investor asing yang menanamkan modal di Indonesia memilih untuk meninggalkan Indonesia karena kerusuhan di Jakarta. Keadaan ini membuat para investor mengurungkan niat untuk berinvestasi di Indonesia, sehingga keadaan ekonomi Indonesia menjadi semakin anjlok.
5. Terjadinya Kerusuhan yang Mencekam
Tragedi Trisakti 1998 menciptakan keadaan yang tidak stabil di Jakarta. Kegiatan belajar-mengajar untuk sementara diliburkan. Sekolah sekolah di area Jakarta memilih untuk meliburkan para murid oleh karena alasan situasi keamanan yang belum kondusif dan masih rawan.
Selain itu, transportasi juga mengalami penurunan penumpang oleh karena kejadian yang membuat masyarakat ketakutan. Salah satunya adalah penumpang kapal feri dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni yang mengalami penurunan penumpang yang drastis. Tidak hanya itu, bus tidak berani untuk beroperasi karena masih takut dengan kerusuhan dan kemungkinan dijarah. Jalan Tol ditutup membuat beberapa kendaraan yang ingin menuju Jakarta membatalkan perjalanan. Banyak truk pengangkut juga yang menunda perjalanan ke Jakarta demi menghindari kerusuhan.
Baca juga: Mengenal Museum Lubang Buaya, Saksi Bisu Kekejaman G30S PKI
Tragedi Trisakti 1998 adalah salah satu luka yang sangat besar dalam sejarah Indonesia. Banyak korban berjatuhan, berbagai sektor terhambat oleh karena keadaan yang serba kacau. Kita sebagai generasi penerus perlu mengingat perjuangan para mahasiswa yang turun ke jalan demi menegakkan reformasi yang kita bisa saat ini. Beberapa orang melupakan masa lalu, tapi kita belum tentu!
Tidak ada komentar