1. Biografi
  2. Tokoh

Kesaksian AH Nasution tentang G30S PKI, Profil, & Akhir Hidupnya

Profil jenderal ah nasution
Jenderal Nasution (sumber: Arsip Nasional)

Masih dalam sesi berkabung di September Hitam, Museum Nusantara kali ini akan membahas tentang AH Nasution, atau lebih kita kenal dengan sebutan “Jenderal Nasution”. 

Setelah Presiden Soekarno dikabarkan sakit pada Agustus 1965, AH Nasution menjadi salah satu perwira TNI yang dituding PKI terlibat dalam “Dewan Jenderal”, yaitu dewan yang – menurut PKI – akan melakukan kudeta pemerintahan. 

Bersama dengan 6 perwira lainnya, Jenderal Nasution masuk sebagai target eksekusi Letkol Untung, pemimpin resimen Tjakrabirawa (pasukan pengaman Presiden saat itu). Ingin tahu biografi AH Nasution selengkapnya? Simak ulasan kami berikut ini.

Profil AH Nasution, Satu-Satunya Jenderal yang Selamat

Abdul Haris (AH) Nasution adalah Jenderal Besar Indonesia yang lahir di Mandailing Natal, 3 Desember 1918. Beliau dibesarkan di sebuah keluarga Batak Muslim yang menjunjung tinggi pendidikan.

Artikel Terkait

  • Kebijakan Energi Terbarukan dan Energi Baru di Indonesia
    by Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on November 19, 2023 at 2:07 pm

    Kebijakan energi terbarukan di Indonesia secara umum telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi. Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa penyediaan Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT) harus pemerintah nasional dan pemerintah daerah tingkatkan sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Untuk mengetahui kebijakan ini lebih dalam, yuk simak pembahasan Studio Literasi kali ini hingga akhir, Kawan Artikel Kebijakan Energi Terbarukan dan Energi Baru di Indonesia pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • 5 Langkah Membangun Budaya Organisasi yang Inklusif
    by Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on November 16, 2023 at 6:57 am

    Budaya organisasi yang inklusif secara umum adalah budaya suatu perusahaan di mana perbedaan yang ada sangat dirangkul dan tidak dibeda-bedakan, baik dari latar belakang suku, ras, agama, jenis kelamin, dan sebagainya. Hal ini sangat penting untuk menciptakan kesetaraan dalam perusahaan. Lantas bagaimana cara membangun inklusivitas dalam perusahaan? Simak artikel Studio Literasi kali ini hingga akhir! Artikel 5 Langkah Membangun Budaya Organisasi yang Inklusif pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Pemanfaatan dan Manajemen Sumber Daya Alam di Indonesia
    by Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on November 16, 2023 at 6:05 am

    Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah, mulai dari kekayaan hayati dan non hayati. Agar generasi di masa depan bisa tetap memanfaatkannya dengan maksimal, manajemen sumber daya alam sangat perlu untuk kita perhatikan. Kali ini, kita akan membahas manajemen sumber daya alam hingga pemanfaatannya yang sesuai dengan pembangunan berkelanjutan. Simak hingga selesai, Kawan Artikel Pemanfaatan dan Manajemen Sumber Daya Alam di Indonesia pertama kali tampil pada Studio Literasi.

  • Isu Keadilan Sosial: Mengapa Penting untuk Diperjuangkan?
    by Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on November 15, 2023 at 6:14 am

    Isu keadilan sosial mencakup banyak hal, seperti kemiskinan, ketimpangan pendapatan, hingga perubahan iklim. Isu-isu ini harus ditangani untuk mencapai keadilan yang terbangun atas hak asasi manusia, kesetaraan, dan kesempatan yang sama untuk memiliki akses terhadap sumber daya. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, mari simak artikel Studio Literasi kali ini hingga selesai, Kawan Literasi! Mengapa Memperjuangkan Isu Artikel Isu Keadilan Sosial: Mengapa Penting untuk Diperjuangkan? pertama kali tampil pada Studio Literasi.

Di usia 16 tahun, Nasution memulai karirnya di dunia pendidikan sebagai guru. Akan tetapi setelah pindah ke Bandung pada 1935, ia jadi lebih tertarik ke politik dan militer.

Demi memenuhi impiannya, Nasution bergabung ke korps KNIL Belanda pada tahun 1940 dan disekolahkan di Akademi Militer Bandung. Dalam waktu kurang dari 1 tahun, Nasution berhasil menjadi sersan dan ditugaskan langsung ke pertempuran.

Jenderal nasution di masa muda
Jenderal Nasution di masa muda (sumber: Arsip Nasional)

Saat Belanda digempur Jepang di tahun 1942, Nasution melepaskan diri dari KNIL dan bersembunyi untuk membantu pasukan PETA melakukan perang gerilya.

1. Masa-Masa Kemerdekaan

Begitu Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, AH Nasution bergabung ke Tentara Keamanan Rakyat (TNI masa itu) dan diangkat menjadi Panglima Regional di tahun 1946 dan memimpin Divisi Siliwangi.

Dua tahun berikutnya (1948), karir militer Nasution kembali naik menjadi Wakil Panglima Nasional TKR, dengan Jenderal Soedirman sebagai panglima tertinggi pada saat itu. Bersama dengan Soedirman, Nasution merumuskan strategi perang gerilya. 

Pada tahun yang sama, Nasution mengirimkan Divisi Siliwangi untuk menumpas Pemberontakan PKI Madiun 1948. Divisi Siliwangi akhirnya berhasil meredam kekacauan dan mengeksekusi Musso pada 31 Oktober 1948.

Selain menumpas Pemberontakan PKI Madiun, Nasution juga ikut berkontribusi dalam mengusir pasukan Belanda dalam Agresi Militer I bulan Desember 1948. Teknik yang digunakan TKR Indonesia pada saat itu adalah teknik gerilya.

Setelah Jenderal Soedirman meninggal pada 1950, Nasution naik pangkat menjadi panglima Angkatan Darat (AD).

2. Masa-Masa Pemberontakan

Di tahun 1952, Nasution mengalami perbedaan pendapat dengan DPR terkait integrasi kekuatan ABRI pasca pendudukan Belanda dan Jepang. Akibat perseteruan ini, Nasution dan panglima Simatupang dibebastugaskan dari ABRI dan diasingkan.

Selama masa pengasingan, Nasution menyusun buku militer berjudul “Pokok-Pokok Gerilya” berdasarkan pengalaman perang gerilya yang dilakukannya bersama Jenderal Soedirman. Hingga saat ini, buku tersebut menjadi salah satu pedoman pokok bagi perwira TNI.

Pada tahun 1955, karir AH Nasution kembali naik setelah Presiden Soekarno memutuskan mengembalikan perannya sebagai panglima tertinggi AD. Di awal era Demokrasi Terpimpin (1959), AH Nasution diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia.

Akan tetapi, Nasution tidak menyukai pemerintahan Indonesia yang saat itu berhaluan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Padahal NASAKOM adalah konsep yang saat itu sangat dielu-elukan Soekarno. Akhirnya pada 1962, gelar Nasution sebagai panglima tertinggi ketentaraan pun diturunkan dan digantikan oleh Jenderal Ahmad Yani. 

3. Masa-Masa Perseteruan dengan PKI

Selama Demokrasi Terpimpin, 7 jenderal besar TNI yang terbunuh dalam Gerakan 30 September tidak punya simpati pada PKI. Meski Jenderal Nasution punya hubungan kurang baik dengan Ahmad Yani, keduanya sama-sama menentang ideologi NASAKOM dalam diam.

Tahun 1965 adalah puncak kekacauan Demokrasi Terpimpin. Mei 1965, Pemuda Rakyat (organisasi pemuda PKI) menemukan Dokumen Gilchrist, pesan agen CIA Andrew Gilchrist pada negara Inggris.

Dalam pesan tersebut, Gilchrist menyebut “our local army friends” bersedia membantu Inggris dan Amerika Serikat melakukan kudeta di Indonesia. AH Nasution yang waktu itu masih bertugas sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dipanggil bersama dengan beberapa panglima besar lainnya.

Meski Dokumen Gilchrist akhirnya dianggap palsu, isu kudeta tetap panas diperbincangkan. Apalagi saat Soekarno sakit di bulan Agustus 1965. Puncaknya, resimen Tjakrabirawa selaku pasukan pengawal presiden melakukan rencana pembunuhan 7 jenderal yang diisukan sebagai “our local army friends”, dengan Jenderal Nasution sebagai target utamanya.

Kesaksian Jenderal Nasution di Malam G30 S PKI

Dari kiri ke kanan: Jenderal Nasution, Ade Irma Suryani (anak bungsu), Sunarti (istri), dan Hendrianti Sahara (anak pertama)
Dari kiri ke kanan: Jenderal Nasution, Ade Irma Suryani (anak bungsu), Sunarti (istri), dan Hendrianti Sahara (anak pertama) (Sumber: Arsip Nasional)

Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Jenderal Nasution dan keluarga dikagetkan dengan berkumpulnya 50 – 100 perwira di depan kediaman mereka di Teuku Umar No. 40. Pintu depan rumah mereka didobrak paksa oleh Pasukan Pasopati yang dipimpin Letnan Doel Arief.

Saat pasukan penculik mengetuk pintu kamar Nasution, istri, dan putri terkecilnya Ade Irma Suryani, Nasution membuka pintu. Akan tetapi, kembali menutupnya setelah tahu pasukan Tjakrabirawa muncul untuk menculiknya.

Mendapati perlawanan Nasution, pasukan Tjakrabirawa membombardir pintu dan tembok kamar. Jenderal Nasution dan keluarga berusaha kabur lewat jendela. Pierre Tendean sang ajudan gagal menyelamatkan diri dan menjadi korban penangkapan.

Setelah berhasil memanjat pagar menuju halaman Kedubes Irak, Jenderal Nasution melihat ke keluarganya. Anak sulung dan pembantu keluarganya tidak terluka. Istrinya, Sunarti Nasution, kena luka tembak di pelipis dan dada. Yang terparah kondisinya adalah Ade Irma Suryani, yang tertembak tiga kali di bagian punggung.

Berdasarkan kesaksian Jenderal Nasution pada media, beliau dan keluarganya yang sedang terluka bersembunyi di balik tumpukan drum bekas di halaman Kedubes. Saat Subuh, pasukan Pasopati membubarkan diri dan pada saat itulah Nasution mulai berlarian mencari pertolongan untuk keluarganya.

Akhir Hidup AH Nasution

Akibat parahnya luka yang dideritanya, Ade Irma Suryani Nasution meninggal dunia setelah 5 hari mendapat perawatan intensif di RSPAD Gatot Soebroto. Hingga akhir hidupnya pada 6 September 2000, Nasution masih mengenang putri bungsu kesayangannya.

Ade Irma Suryani Nasution (Sumber: Arsip Nasional)
Ade Irma Suryani Nasution (Sumber: Arsip Nasional)

Meski berduka atas kematian Ade Irma, AH Nasution sebagai satu-satunya perwira tinggi yang berhasil selamat bekerjasama dengan Mayjen Soeharto. Keduanya bersama-sama menumpas PKI, dalang pembunuhan, dan akhirnya berhasil menghentikan NASAKOM dan Demokrasi Terpimpin-nya Soekarno.

Pada tahun 1997, AH Nasution mendapat gelar kehormatan Jenderal Besar. Hingga saat ini, hanya ada dua perwira lain yang mendapatkan gelar sama, yaitu Jenderal Soedirman dan Soeharto.

Itulah bahasan tentang Jenderal AH Nasution, jenderal besar Indonesia yang kita banggakan! Di akhir bacaan ini, mari mengheningkan cipta sejenak untuk para Pahlawan Revolusi, Ade Irma Suryani, Pierre Tendean, dan korban-korban lainnya yang gugur dalam kemelut sejarah dan politik Indonesia.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Kesaksian AH Nasution tentang G30S PKI, Profil, & Akhir Hidupnya

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Busur panah telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia selama berabad-abad. Seni memanah telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap menjadi bagian dari budaya dan tradisi bangsa. Artikel ini akan mengenalkan Anda pada berbagai bentuk busur panah yang ada di Indonesia, serta memberikan wawasan tentang pentingnya seni memanah dalam masyarakat Indonesia. Apa Itu Busur […]

    Trending

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]
    Alat musik gambus adalah salah satu alat musik tradisional Riau yang dimainkan dengan cara dipetik. Menurut sejarah, musik tradisional ini lekat dengan budaya islam. Bentuknya memang sekilas mirip dengan gitar, namun cara memainkan gambus ini sedikit berbeda, Anak Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh tentang alat musik gambus dan cara memainkannya, simak artikel Museum Nusantara kali […]
    Selama berabad-abad, Indonesia telah menjadi rumah bagi keberagaman budaya yang kaya, termasuk seni tari tradisional yang memukau. Tari tradisional Indonesia bukan hanya sekadar gerakan-gerakan artistik yang menakjubkan, tetapi juga mewakili identitas, sejarah, dan nilai-nilai masyarakat di berbagai daerah. Tari Sirih Kuning adalah salah satu jenis tarian tradisional yang memiliki akar budaya kuat bagi masyarakat Betawi. […]