Halo anak Nusantara! Pernahkah kamu mendengar nama Henk Sneevliet? Beliau adalah sosok yang cukup berperan besar dalam pertumbuhan paham komunis di Indonesia pada zaman dahulu. Untuk mengetahui lebih dalam tentang beliau, simak penjelasan Museum Nusantara di bawah ini, yuk!
Kehidupan Awal Henk Sneevliet
Daftar Isi
Sneevliet lahir pada tanggal 13 Mei 1883 di Rotterdam dan besar di Den Bosch dengan nama lengkap Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet. Ia bekerja di perusahaan kereta api Belanda pada tahun 1900 setelah menyelesaikan pendidikannya dan menjadi Partai Buruh Sosial Demokrat atau Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP).Sneevliet aktif sejak tahun 1906, bahkan ia menjadi anggota dewan kota pertama yang berasal dari kelompok demokrat sosial dalam pemilu 1907.
Ia juga masuk ke dalam serikat buruh Belanda dan menjadi ketuanya pada tahun 1911. Sneevliet adalah sosok pemimpin yang cukup radikal. Pada tahun 1911, terjadi pemogokan yang dilakukan oleh pelaut internasional, beberapa serikat buruh Belanda yang lebih radikal berpartisipasi, tapi hal ini menimbulkan banyak tentangan dari SDAP sendiri.
Setelah kejadian tersebut, Sneevliet menjadi terasing dan kemudian memutuskan untuk meninggalkan Belanda dan menuju ke Hindia Belanda atau Indonesia.
Peran Henk Sneevliet
Henk Sneevliet adalah sosok yang besar perannya dalam komunisme, berikut adalah perannya di Hindia Belanda dan setelah kembali ke Belanda.
Peran di Hindia Belanda
Sneevliet tiba di Hindia Belanda pada Februari 1913. Ia bergabung menjadi staf editor dari Soerabaiasch Handelsblad dan pindah kemudian pindah ke Semarang pada Mei tahun 1913 untuk menggantikan D.M.G. Koch sebagai Semarang Handelsvereeniging.
Henk Sneevliet bergaul dengan buruh kereta api. Para buruh ini tergabung dalam Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel. Cara Sneevliet bergaul sama seperti yang Ia lakukan di Belanda.
Selain aktif di VSTP, Ia juga menjadi sekretaris dari lembaga bernama Kamar Dagang Semarang. Sneevliet sendiri memiliki gaji yang cukup besar saat bekerja di Kamar Dagang, tapi pekerjaannya ini tidak bertahan lama meskipun dengan upah yang besar. Semangat komunisme dari Sneevliet membuatnya melepaskan pekerjaan tersebut.
Sneevliet kemudian mengumpulkan orang-orang Belanda yang memiliki paham sosialis sepertinya dan kemudian mendirikan perkumpulan sosialis demokrat Hindia Belanda yang bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). ISDV kemudian membuat surat kabar mereka sendiri yang bernama Het Vrije Woord, yang berarti Suara Kebebasan.
ISDV semakin mengembangkan organisasi dengan menyasar masyarakat Indonesia. Sneevliet kemudian terjun langsung ke masyarakat dan mempengaruhi bumiputera untuk memprotes hukuman terhadap Marco Kartodikromo dan peraturan pers Hindia Belanda.
Sneevliet kemudian berkenalan dengan Semaun. Mereka bertemu di Surabaya dan Semaun terkesan dengan tulisan serta sikap manusiawi Sneevliet karena tidak terpengaruh mentalitas pemerintah kolonial Belanda. Semaun berguru kepada Sneevliet dan segera menjadi sekretaris dari ISDV di Surabaya sekaligus menjadi pemimpin VSTP Surabaya.
Selain Semaun, Sneevliet juga memiliki pengikut bernama Darsono yang sudah mengikutinya sejak tahun 1917. Darsono terkesan dengan Sneevliet karena Ia yang berasal dari Belanda memihak pada kepada rakyat yang terjajah. Angkatan muda yang juga menjadi pengikut Sneevliet adalah Musso dan Alimin. Keempat orang tersebut sempat bergabung dengan Serikat Islam
Setelah kepergian Sneevliet dari Indonesia, paham komunisme menjadi semakin luas. Semaun kemudian bersama Darsono mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah memisahkan diri dari SI. Seiring berjalannya waktu, keberadaan PKI menjadi semakin radikal dan tidak merakyat bahkan sampai mengeluarkan kecaman kepada paham Islamisme dan Asianisme.
Sneevliet adalah sosok guru dari para pemula PKI. Keberadaanya di Indonesia tidak lepas dari nama Partai Komunis Indonesia, meskipun Ia sudah dibuang dari Indonesia sejak tahun 1918.
Kembali ke Belanda
Setelah Henk Sneevliet kembali ke Belanda, Ia tersingkirkan setelah taktiknya di Hindia Belanda dikritik oleh pemimpin Partai Komunis Belanda. Setelah itu Henk Sneevliet menghabiskan waktu dalam gerakan buruh.
Bahkan kiprah Sneevliet juga disadari oleh Lenin, Lenin kemudian mengutus Sneevliet untuk membantu Partai Komunis Tiongkok.
Pada tahun 1927, Sneevliet memutuskan untuk membentuk partainya sendiri, Revolutionair Socialistische Partij (RSP) serta memutus semua hubungan dengan CPH dan Komintern. RSP kemudian menandatangani Deklarasi Empat pada tahun 1934 bersama Liga Komunis Internasional yang dipimpin oleh Leon Trotsky, yang kemudian berganti nama menjadi Revolutionair Socialistische Arbeiders Partij (RSAP).
Setelah itu, RSAP memisahkan diri dari Trotsky dan memusatkan perhatian kepada masalah-masalah nasional, seperti mengorganisasi pergerakan, aksi mogok dan melawan kebangkitan fasisme.
Sneevliet ikut aktif terlibat dalam perlawanan terhadap pendudukan Jerman. Ia bersama kelompoknya melakukan propaganda paham sosialisme serta melawan pendudukan Nazi di Belanda,
Kehidupan Pribadi
Henk Sneevliet pernah menikah 4 orang wanita semasa hidupnya. Istri pertamanya bernama Maartje Visser. Mereka bertemu ketika aktif dalam organisasi pemuda sosialis di Zwolle. Mereka menikah pada tanggal 11 Januari 1906 di Zwolle. Sneevliet dan Maartje bukan hanya pasangan suami-istri, tap juga teman seperjuangan dalam gerakan sosialis.
Hubungan antara Sneevliet dan Maartje semakin renggang setelah berjalan selama satu tahun. Ditambah lagi, Sneevliet juga sibuk dengan urusannya sendiri. Kemudian, Maartje meninggalkan Sneevliet.
Setelah itu, Sneevliet jatuh hati kepada Betsy Brouwer dan menikah pada tanggal 22 Juli 1909. Hubungan ini ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan kedua belah pihak. Pada November tahun 1909, Sneevliet pindah ke Utrech dan menjadi ketua sebuah organisasi di sana.
Anak Henk Sneevliet lahir pada tanggal 9 Maret 1911, Betsy melahirkan anak kembar yang bernama Ingbert Klaas Cornelis dan Marten Hendrik Wouter. Kedua anak ini juga sering dipanggil dengan nama Pim dan Pam.
Selama kepergian Sneevliet ke Hindia Belanda, Ia sering mengirim surat serta nafkah kepada keluarganya di Zwolle. Pada tahun 1914, Betsy bersama putra-putranya menyusul Sneevliet ke Hindia Belanda. Keluarga ini berkumpul kembali dan menetap di Hindia Belanda. Betsy juga bekerja sebagai guru di daerah Semarang.
Ketenangan tersebut berhenti setelah pemerintah kolonial Belanda mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda. Sneevliet kemudian pergi dari Hindia Belanda pada tahun 1918, sementara anak dan istrinya tetap di Semarang. Hubungan antara Sneevliet dan Betsy berhenti setelah Sneevliet menikah dengan perempuan Rusia bernama Sima Zolkowskaja.
Dari pernikahannya dengan Sima, Sneevliet dianugerahi seorang putri bernama Sima Sneevliet. Hubungan pasangan ini renggang setelah terdengar isu spionase yang dilakukan oleh istrinya. Kongsi Politik dengan Soviet mulai terpecah, dan Stalin meringkus para lawan politiknya.
Henk Sneevliet kemudian bercerai dengan Sima pada Juni 1928. Sima kembali ke Moskow bersama anaknya. Setelah perceraian tersebut, Sneevliet kemudian menikah dengan Mien Draaijer. Mereka sudah saling kenal sejak lama karen Mien aktif di organisasi yang sama seperti Sneevliet.
Mien adalah istri terakhir dari Sneevliet. Mereka tidak punya anak dari pernikahan ini. Sampai titik terakhir kehidupan Sneevliet, Ia tetap berusaha menyelamatkan Mien dari hukuman Nazi.
Akhir Hayat
Henk Sneevliet adalah sosok yang sangat aktif dan terkenal dalam komunisme. Ia harus bersembunyi ketika Jerman menginvasi Belanda. Selama masa persembunyiannya, Sneevliet bergerak dalam berbagai aktivitas dan menjadi editor surat kabar Spartakus.
Pada April tahun 1942, Sneevliet bersama teman-temannya ditangkap dan dieksekusi di Kamp Konsentrasi Amersfoort pada tanggal 12 April 1942.
Baca Juga : Biografi Sarwo Edhie Wibowo, Sang Penumpas G30S PKI
Demikian pembahasan Museum Nusantara tentang biografi Henk Sneevliet. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat untuk anak Nusantara sekalian!
Tidak ada komentar