Halo anak Nusantara! Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Mulai dari pakaian adat, rumah adat, lagu adat hingga tarian adat. Kali ini, Munus akan membahas tentang salah satu tarian adat khas Maluku, yaitu Tari Cakalele. Tari ini sering dikenal sebagai salah satu tarian perang. Mengapa ya? Yuk, ikuti Munus dalam penjelasan di bawah ini.
Tari Cakalele, Tari Perang Khas Maluku
Daftar Isi
Tari Cakalele berasal dari daerah Maluku. Tarian ini melambangkan ketangkasan, rasa kesatuan, dan keberanian. Nama Cakalele sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu Caka dan Lele. Caka berarti setan atau roh halus. Arti dari nama Lele adalah mengamuk atau mengalir. Kedua kata ini berasal dari bahasa lokal Ternate.
Asal mula tarian berasal dari banyaknya peperangan yang terjadi di daerah Maluku Utara. Biasanya, mereka yang akan pergi berperang akan melakukan ritual adat supaya prajurit-prajurit tersebut menjadi lebih tangguh dan berani di medan perang. Dipercaya juga bahawa tarian tradisional ini berasal dari penggambaran proses penciptaan manusia.
Selain itu, tarian ini juga memiliki asal usul dari proses penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Maluku yang merupakan pelaut. Sebelum menempuh perjalanan di laut, para pelaut akan melakukan ritual dengan tarian dan pesta makanan.
Fungsi & Makna Tari Cakalele
Pada awal mulanya fungsi dari Tari Cakalele adalah tarian yang digelar sebelum para prajurit pergi berperang. Fungsi tarian ini kemudian mengalami pergeseran, tarian ini kemudian digunakan untuk mengiringi upacara adat dan dipertunjukkan pada acara khusus di Maluku. Ditambah lagi, tarian ini digunakan untuk menyambut tamu yang berkunjung ke daerah Maluku.
Saat tarian ini dibawakan pada upacara penyambutan tamu, parang tidak akan digunakan sebagai properti tarian dan diganti dengan menggunakan umbul-umbul yang terbuat dari daun kelapa. Para penari juga harus memakai pakaian adat.
Makna tarian khas Maluku ini adalah memberikan hormat kepada nenek moyang yang sudah berjasa di medan perang. Setiap gerakan yang dilakukan dalam tari ini memberikan semangat bagi para prajurit yang akan terjun ke dalam pertempuran.
Dalam berbagai cerita rakyat, makna dari tari ini adalah proses penyembuhan serta simbol keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai ritual yang dilakukan sebelum tarian dilakukan. Ada 3 pesan yang disampaikan Tarian Cakalel ini, yaitu mengatur hubungan baik dengan alam, manusia, dan Tuhan.
Properti Tari Cakalele
Penari pria memakai kostum khusus berupa busana perang. Warna busana tersebut adalah merah dan kuning tua. Penari wanita mengenakan pakaian adat berwarna putih dengan kain panjang sebagai bagian bawahan.
Para penari juga dilengkapi properti yang membuat busana lebih lengkap. Berikut adalah properti yang dikenakan.
1. Samarang
Samarang berbentuk pedang yang terbuat dari besi yang ditempa. Properti ini menggambarkan kekeluargaan atau terciptanya manusia. Ukuran Samarang bervariasi, mulai dari 10 cm sampai ukuran 90 cm. Gagang Samarang terbuat dari kayu yang keras, sehingga tidak mudah patah. Samarang akan digenggam di tangan kanan penari pria untuk memberi penggambaran keberanian saat bertarung.
2. Lenso
Lenso berarti sapu tangan. Lenso menjadi properti bagi para penari wanita dalam tarian Cakalele. Lenso akan dikibaskan oleh penari wanita sebagai simbol ucapan selamat berjuang bagi prajurit yang berangkat ke medan perang.
3. Salawaku
Salawaku adalah pasangan dari Samarang. Salawaku berbentuk seperti Samarang dengan hiasan pernak pernik dari kerang laut, yang menggambarkan keberanian. Jika Samarang dipegang di tangan kanan, Salawaku dipegang di tangan kiri para penari pria.
4. Hiasan Kepala
Hiasan kepala biasanya dipakai Kapten dari tarian Cakalele. Penari lain juga memakai hiasan kepala tapi dengan bentuk yang berbeda dari yang dipakai oleh kapten tarian. Hiasan kepala kapten akan dihiasi dengan bulu ayam, sedangkan penari biasa tidak ada hiasan bulu ayam.
Gerakan Tari Cakalele
Tari Cakalele memiliki gerakan yang kompak dan irama yang cepat. Penari terdiri dari penari wanita dan penari laki-laki. Penari pria memiliki gerakan lincah, jingkrak-jingkrak, dan agung layaknya prajurit yang pergi berperang. Dilengkapi dengan Samarang dan Sawalaku, penari pria bergerak sesuai alunan irama musik.
Para penari bergerak dengan semangat dan mata membara. Banyak gerakan dimana para penari berteriak-teriak dan melompat. Banyak yang mengatakan para penari tersebut sudah dirasuki oleh roh lain. Hal ini tidak benar karena sebenarnya para penari hanya mengeluarkan suasana peperangan. Penari berjumlah genap baik laki-laki maupun perempuan. Biasanya, jumlah penari adalah sebanyak 30 orang.
Musik Pengiring Tari Cakalele
Tarian Cakalele diiringi dengan alat musik seperti Bia (instrumen tiup yang terbuat dari kerang), tifa, dan suling. Instrumen tersebut akan dimainkan dalam tempo yang cepat supaya menciptakan semangat dalam gerakan para penari layaknya perang.
Seiring perkembangan zaman, tarian ini sudah memakai gerakan improvisasi dan gerakan menjadi lebih kompleks. Improvisasi gerakan dari tarian ini tidak menghilangkan makna dan nilai dalam tarian aslinya.
Baca Juga : Tari Kuda Lumping, Tarian Legendaris Asal Ponorogo
Tari Cakalele telah mengalami perkembangan baik dari segi gerak, busana, dan iringan musik, tapi bukan berarti nilai dan makna yang terkandung berubah dari tarian aslinya. Demikian penjelasan Munus mengenai Tari khas Maluku ini. Semoga penjelasan ini bermanfaat.
Tidak ada komentar