1. Museum
  2. Museum Sejarah

Museum Benteng Vredeburg: Sejarah, Jam Buka, & Tiket Masuk

Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum yang menjadi saksi bisu banyak peristiwa semenjak Belanda memasuki Yogyakarta. Benteng tersebut dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I atas permintaan Belanda pada tahun 1760.

Pada tahun 1982, Benteng tersebut diubah menjadi museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Tempat ini menjadi salah satu tempat bersejarah yang wajib kamu kunjungi jika kamu pergi ke Yogyakarta.

Sebelum berkunjung, mari kita pelajari sejarah Benteng Vredeburg tempo dulu hingga menjadi sebuah museum.

Sejarah Benteng Vredeburg

Berdirinya Benteng Vredeburg memiliki keterikatan dengan lahirnya kesultanan Yogyakarta. Pada 13 Februari 1755 dibuatlah Perjanjian Giyanti yang merupakan solusi dari perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Sultan Hamengku Buwono I yang merupakan taktik politik Belanda yang ingin ikut campur dan mengetahui masalah raja-raja Jawa pada masa itu.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Kemajuan pesat yang terjadi pada keraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I membuat Belanda menjadi gelisah. Pihak Belanda kemudian mengusulkan kepada Sultan Hamengku Buwono I agar membuat sebuah benteng dengan alasan agar Belanda dapat memantau keamanan keraton. Alasan tersebut sebenarnya hanya alibi untuk Belanda agar ia dapat memantau perkembangan yang terjadi di dalam keraton.

Peletakan jarak benteng yang hanya berjarak sangat dekat dengan keraton merupakan taktik yang dimanfaatkan sebagai benteng strategi dan penyerangan apabila Sultan Hamengku Buwono akan memusuhi Belanda.

Sejarah Benteng Vredeburg
Foto Bersejarah Benteng Vredeburg Saat Masih Aktif (sumber: Wikipedia)

Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada tahun 1760 namun dengan bentuk dan bangunan yang masih sederhana seperti bujur sangkar. Tembok-tembok dari Benteng diperkuat dengan tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Lalu, 5 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1765 Nicolas Hartingh meminta agar Benteng diperkuat dan permintaan tersebut dikabulkan.

Pembangunan selanjutnya dimulai pada tahun 1767 yang dipimpin oleh seorang arsitek bernama Ir. Frans Haak yang menyelesaikan bangunan tersebut dalam waktu 20 tahun atau tepatnya pada 1787. Bersamaan dengan selesainya benteng tersebut, maka kemudian diberi nama menjadi benteng Rustenburg yang artinya benteng peristirahatan.

Kepemilikan benteng ini secara formal dan tertulis adalah milik Sultan Hamengku Buwono I namun pada prakteknya tanah dan benteng dikuasai oleh Belanda (VOC). Tidak lama kemudian pada tahun 1799 VOC bangkrut dan benteng berpindah kepemilikan menjadi kerajaan Hindia Belanda di bawah kepemimpinan Van Den Burg. Penerapan fungsi dari Benteng ini pun masih sama yakni sebagai markas pertahanan Belanda.

Foto Benteng Vredeburg di Masa Lalu
Foto Benteng Vredeburg di Masa Lalu (sumber: Wikimapia)

Pada tahun 1811 – 1816 Inggris berkuasa, benteng Rustenburg ini pun dikuasai oleh Inggris dibawah Wakil Gubernur Thomas Stamford Raffles. Penguasaan tersebut hanya terjadi dalam waktu singkat karena Belanda kemudian mengambil alih benteng tersebut.

Gempa bumi yang terjadi pada tahun 1867 yang begitu kuat telah merobohkan Benteng. Dikarenakan peristiwa tersebut, maka dilakukan renovasi dan pergantian nama benteng yang semula bernama Rustenburg menjadi Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian. 

Ketika Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942, tentara-tentara Jepang menjadi Benteng Vredeburg menjadi markas mereka. Tentang yang bermarkas di Benteng Vredeburg adalah para tentara yang terkenal keras dan kejam. Benteng tersebut juga dijadikan sebagai tempat penahanan tawanan orang Belanda dan politisi yang bergerak melawan Jepang.

Selain menahan tawanan di benteng tersebut, Jepang juga menjadikan Benteng Vredeburg menjadi tempat penyimpanan persenjataan. Penguasaan Jepang atas benteng ini berakhir pada tahun 1945 ketika proklamasi berkumandang dan Indonesia telah merdeka. 

Salah Satu Diorama Perang di Museum Benteng Vredeburg
Salah Satu Diorama Perang di Museum Benteng Vredeburg (sumber: Vredeburg,id)

Pada masa kemerdekaan, Indonesia mengambil alih benteng tersebut yang diserahkan kepada instansi militer untuk digunakan sebagai markas dan pasukan yang tergabung dengan kode staff “Q” di bawah Letnan Muda I Radio untuk pembekalan militer. Pada tahun 1946, Benteng Vredeburg beralih fungsi menjadi rumah sakit untuk menampung tentara yang menjadi korban pertempuran.

Pada 19 Desember 1948 dimana terjadinya Agresi Militer Belanda yang kedua mengakibatkan benteng Vredeburg menjadi sasaran utama pengeboman yang dilakukan oleh pihak Belanda dan hancur. Belanda pun kembali menguasai kota Yogyakarta dan menjadikan Benteng Vredeburg sebagai markas.

Sebagai usaha untuk melengserkan kekuasaan Belanda, TNI melayangkan serangan kepada Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Setelah Belanda meninggalkan Yogyakarta maka Benteng Vredeburg dikuasai oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) dan kemudian diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. 

Pengelolaan banguanan Benteng Vredeburg diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Pada 15 Juli 1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg Jogja  ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari Benteng Berubah Jadi Museum

Atas perintah Mendikbud pada 9 Agustus 1980 yang kemudian disetujui oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX menetapkan bahwa Benteng Vredeburg Jogja menjadi pusat informasi dan pengembangan budaya Nusantara. Lalu beberapa tahun kemudian tepatnya pada 16 April 1985 benteng tersebut dipugar untuk dijadikan museum.

Ruang Game, Salah Satu Wahana Jelajah Sejarah Digital di Museum Vredeburg
Ruang Game, Salah Satu Wahana Jelajah Sejarah Digital di Museum Vredeburg (sumber: Vredeburg)

Museum Benteng Vredeburg mulai dibuka untuk publik pada tahun 1987. Pada tahun 1992 bangunan tersebut diakui secara resmi sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 

Isi Museum Benteng Vredeburg

Dalam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ini terdapat berbagai koleksi unggulan yang memiliki sejarah penting. Isi Museum Benteng Vredeburg adalah minirama Kongres Boedi Oetomo yang berlatar belakang di Kweekschool Yogyakarta, Mesin ketik milik Surjopranoto yang merupakan seorang pemimpin aksi mogok kerja buruh pabrik gula di Yogyakarta, dan masih banyak lagi.

Untuk memberikan informasi mengenai koleksi unggulan Museum Benteng Vredeburg maka pada tahun 2014 Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan sebuah buku yang berisi koleksi yang terdapat di museum tersebut.

Peta Museum Benteng Vredeburg
Peta Museum Benteng Vredeburg (sumber: Vredeburg)

Alamat & Jam Buka Benteng Vredeburg

Untuk kamu yang ingin menikmati wisata sejarah, Museum Benteng Vredeburg adalah tempat yang pas untuk dikunjungi. Museum Benteng Vredeburg ini terletak di Jalan Margomulyo No No.6, Ngupasan, Kec. Gondoman Kota Yogyakarta. Kamu akan melihat Museum ini terletak di depan Gedung Agung dan Keraton Kesultanan Yogyakarta.

Jadwal jam buka Benteng Vredeburg adalah pukul 07.30 – 16.00 WIB pada hari Selasa – Kamis, dan 07.30 – 16.30 WIB pada hari Jum’at – Minggu. Perlu diingat ya bahwa museum ini libur pada hari Senin dan hari libur nasional. 

Tiket Masuk Benteng Vredeburg dan Fasilitas

Menikmati keindahan barang-barang bersejarah dari Museum Benteng Vredeburg tidak perlu mengeluarkan budget yang banyak kok. Harga tiket masuk Benteng Vredeburg adalah Rp2.000,00 untuk anak-anak, Rp3.000,00 untuk dewasa, dan Rp10.000,00 untuk turis asing.

Fasilitas yang disediakan oleh Museum Benteng Vredeburg adalah toilet yang bersih, mushola, ruang audio visual, kantin, dan cafe. Pada hari Jum’at biasanya diadakan senam sehat yang dapat diikuti pengunjung.

Dengan harga tiket yang murah, kamu bisa berfoto sepuasnya di Museum Benteng Vredeburg yang memiliki banyak isi barang-barang sejarah Benteng Vredeburg dari barang asli hingga replika. 

Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu pilihan destinasi wisata kamu jika berkunjung ke Yogyakarta. Selain harganya yang murah, kamu dapat bersantai melihat benda-benda bersejarah yang menjadi isi Museum Benteng Vredeburg. Kunjungan ke museum juga akan menambah pengetahuan Munus lebih banyak lagi.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Museum Benteng Vredeburg: Sejarah, Jam Buka, & Tiket Masuk

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]