Sebuah stasiun kereta api kelas I yang sudah dialihfungsikan menjadi sebuah museum. Museum tersebut adalah Museum Kereta Ambarawa yang merupakan museum perkeretaapian pertama di Indonesia. Dengan sejarah stasiun ambarawa yang cukup dinilai tragis oleh pemerintah setempat maka dijadikan sebuah museum.
Museum Kereta Ambarawa ini terletak pada sebuah ketinggian kurang lebih 474,40 meter. Museum yang memiliki kereta wisata sendiri ini dikelola oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI yang tentunya juga berkerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Ketika hari libur telah tiba Museum Kereta Ambarawa ini bisa menjadi alternatif liburan Anak Nusantara untuk melepas penat. Museum tersebut tidak hanya untuk sekedar refreshing namun juga banyak pengetahuan yang akan didapatkan mengenai kereta api dan juga seperti apa mesin kereta api zaman kolonial Belanda.
Sejarah Stasiun Kereta Api Ambarawa
Daftar Isi
Bermula dari nama seorang Raja Belanda yang bertakhta pada masa itu, yaitu Raja Willem I yang berasal dari Belanda. Maka sejarah Stasiun Ambarawa ini dulunya dinamai dengan Stasiun Willem I. Nama tersebut didapatkan dari Benteng Willem I yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Ambarawa. Benteng tersebut lebih dikenal dengan nama ‘Benteng Pendhem’.
Pembangunan Periode Pertama
Pembangunan Stasiun Ambarawa kala itu karena kebutuhan dari kelancaran mobilisasi tentara dan logistik KNIL, maka Pemerintah Kolonial yang pada saat itu di bawah Gubernur Jenderal baron Sloet van de Beele memberikan tugas kepada Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) untuk membangun jalur kereta api yang akan menghubungkan Semarang dengan benteng tersebut. Hingga pada tanggal 21 Mei 1873, jalur Semarang – Vorstenlanden dan juga Kedungjati – Ambarawa akhirnya pembangunan jalur kereta api periode pertama telah selesai dibangun oleh NIS.
Baca juga : Museum Kebangkitan Nasional
Pembangunan Periode Kedua
Selanjutnya pada periode kedua yaitu pembangunan jalur kereta api Secang – Ambarawa dengan tujuan untuk mempermudah mobilitas tentara KNIL dalam kawasan tersebut, selesai pada tanggal 1 Februari 1905. Jalur yang menghubungkan kawasan strategis militer Hindia Belanda di Magelang dengan Benteng Willem I di Ambarawa ini tergolong jalur yang sukar untuk dibangun. Jalur kereta api yang dibangun pada periode kedua ini melalui pegunungan dengan kontur yang terjal dan juga topografi yang sulit untuk ditaklukkan. Tidak berhenti untuk melakukan pembangunan jalur kereta api periode kedua ini, NIS memiliki solusi agar Kereta dapat melalui jalur yang sulit ini, yaitu dengan membuat kereta api yang memiliki sistem rel gigi.
Stasiun Ambarawa jadi Museum Kereta Ambarawa
Mulai memasuki tahun 1970 an, lokomotif uap mulai banyak yang tidak berfungsi. Lokomotif-lokomotif tersebut mulai tidak difungsikan karena faktor usia, akhirnya banyak lokomotif yang dirucat, dipindahtangankan, atau bahkan hanya menjadi barang rongsokan. Kemudian pada tahun 1975 terjadi banjir lahar akibat erupsi Gunung Merapi di tahun 1972. Dampak dari kejadian alam tersebut maka pemerintah memberlakukan penutupan jalur kereta api Yogyakarta – Magelang – Secang untuk alasan keselamatan. Penutupan jalur kereta api tersebut ternyata berdampak pada jalur Stasiun Ambarawa.
Menyaksikan perjalanan yang cukup memprihatinkan tersebut ternyata mendapat perhatian dari pemerintahan setempat. Gubernur Jawa Tengah pada tahun 1976 yaitu Soepardjo Rustam dan beserta dengan Kepala PJKA Eksploitasi Tengah yaitu Soeharso mengambil keputusan yang amat bijak dengan membuka sebuah museum yang mengoleksi barang-barang antik era lokomotif uap. Keputusan yang diambil oleh pemerintahan setempat diputuskan pada tanggal 8 April 1976.
Pemilihan lokasi museum perkeretaapian akhirnya disepakati oleh Komisi DPRD Jawa Tengah pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Willem I atau Stasiun Ambarawa.
Hingga sampai saat ini koleksi yang dihadirkan dan dipamerkan di Museum Kereta Ambarawa sebanyak 21 koleksi lokomotif uap, dan tiga diantaranya masih dapat dioperasikan. Koleksi lainnya juga ada yang berupa telegram morse, telepon, bel dan banyak koleksi lainnya.
Kereta Wisata Ambarawa
Setelah proses kesepakatan dibukanya Museum Kereta Ambarawa ini, maka pada tanggal 21 April 1978 museum mulai dibuka untuk umum dan menyelenggarakan angkutan Kereta Wisata Ambarawa dengan menggunakan kereta api uap. Rute perjalanan Kereta Wisata Ambarawa ini mulai dari Ambarawa – Tuntang – Ambarawa dan Ambarawa – Bedono – Ambarawa. Landasan dasar mengapa diadakannya Kereta Wisata Ambarawa ini yaitu supaya bisa tetap menunjang operasi kepada Stasiun Tuntang, Stasiun Jambu dan juga Stasiun Bedono untuk tetap dipertahankan.
Kereta Wisata Ambarawa ini juga untuk menunjang kepariwisataan sehingga PT KAI menyelenggarakan sebuah gagasan Kereta Wisata Ambarawa. Perjalanan yang dilakukan oleh Kereta Wisata Ambarawa ini hanya dilakukan secara reguler yaitu pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Tetapi itu tidak menjadi alasan untuk Anak Nusantara berkunjung di hari biasa atau di hari Senin hingga Jumat karena Kereta Wisata Ambarawa juga bisa dilakukan pada weekdays dengan memberlakukan sistem sewa.
Berkunjung ke Museum Kereta Ambarawa ini juga akan menambah pengalaman dan kenangan untuk Anak Nusantara. Kereta Wisata Ambarawa dengan jurusan Ambarawa – Bedono hanya bisa menggunakan kereta api yang menggunakan rel gigi. Rute perjalanan tersebut yang melalui Stasiun Jambu hingga sampai di Stasiun Bedono dan kembali ke Ambarawa ini hanya bisa dilakukan dengan menggunakan lokomotif uap bergigi. Hal itu dikarenakan tidak ada satu lokomotif diesel pun yang dipasangi dengan sistem roda gigi. Dengan perjalanan yang tergolong unik ini maka pihak Museum Kereta Ambarawa sendiri memberikan label branding layanan tersebut dengan sebutan Ambarawa Mountain Railway Tour.
Untuk menikmati Kereta Wisata Ambarawa tujuan Tuntang Anak Nusantara bisa memilih ingin menggunakan lokomotif uap maupun lokomotif diesel.
Sewa Kereta Wisata Ambarawa
Bagaimana caranya bisa merasakan sensasi naik kereta wisata di Museum Kereta Ambarawa? Jadwal Kereta Wisata Ambarawa yang dijalankan secara regular dari Museum Kereta Ambarawa yaitu setiap pukul 10.00, 12.00 dan 14.00 WIB. Lama perjalanan pulang pergi Ambarawa – Tuntang memakan waktu kurang lebih selama satu jam.
Harga sewa Kereta Wisata Ambarawa ini tergolong cukup tinggi, namun pengalaman yang didapatkan tidak kalah pentingnya. Satu gerbong Kereta Wisata dapat menampung hingga 40 penumpang. Khusus untuk tujuan Bedono, maksimal hanya dapat menggunak 2 gerbong dengan kapasitas per gerbong yang sama yaitu 40 penumpang per satu gerbong. Harga sewa Kereta Wisata Ambarawa adalah sebagai berikut;
1 Gerbong | Rp 10.000.000 |
2 Gerbong | Rp 12.500.000 |
3 Gerbong | Rp 15.000.000 |
Baca juga : Museum 3D Kota Tua
Lokasi Museum Kereta Ambarawa
Munus punya rute menuju lokasi Museum Kereta Ambarawa untuk Anak Nusantara yang belum pernah berkunjung ke daerah tersebut. Alamat lokasi dari Museum Kereta Ambarawa terletak di Jalan Stasiun nomor 1, Panjang, Ambarawa, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Rute untuk Anak Nusantara yang ingin berkunjung ke Museum Kereta Ambarawa yang datang dari Semarang maka pilih jalan yang mengarah ke Selatan atau ke arah tujuan Ungaran. Setelah itu terdapat pertigaan Bawen, lalu belok kanan untuk memiliki jalur ke kota Jogja sampai di tugu Palagan, Ambarawa. Jarak tempuh dari tugu menuju Museum Kereta Ambarawa hanya berjarak sekitar 100 meter.
Tiket Masuk Museum Kereta Ambarawa
Supaya bisa masuk dan menikmati refreshing di Museum Kereta Ambarawa, diperlukan untuk merogoh kocek Anak Nusantara.
Berikut daftar harga Tiket Masuk Museum Kereta Ambarawa dan Jam Buka Museum Kereta Ambarawa
Jam Buka Museum | 08.00 – 17.00 WIB (Setiap Hari) |
Anak (3-12 thn) | Rp 5.000 |
Pelajar | Rp 5.000 |
Dewasa / Mahasiswa | Rp 10.000 |
Wisman / Tourist | Rp 10.000 |
Tidak ada komentar