Masa kerajaan Hindu-Buddha adalah salah satu landasan dari peradaban masyarakat yang kita bisa lihat saat ini di Indonesia. Keberadaan kerajaan bercorak Hindu-Buddha membentuk tradisi dan budaya yang melekat bahkan sampai sekarang. Selain peninggalan berupa tradisi dan budaya, kerajaan-kerajaan tersebut juga meninggalkan peninggalan fisik, salah satunya adalah candi.
Kesempatan kali ini, Munus akan membahas tentang salah satu peninggalan tersebut yaitu Candi Kidal. Ingin mengenal dan tahu sejarah Candi Kidal lebih dalam? Simak penjelasan Munus di bawah ini.
Mengenal Sejarah Candi Kidal
Daftar Isi
Candi Kidal adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Singasari. Candi ini berada di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi Kidal Malang adalah salah satu candi tertua yang difungsikan sebagai tempat pemujaan di provinsi Jawa Timur. Hal ini dikarenakan Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Kediri hanya meninggalkan Candi Jalatunda dan Candi Belahan yang berfungsi sebagai pemandian di zaman dahulu.
Candi ini dibangun pada tahun 1248 masehi dalam rangka penghormatan untuk Raja Anusapati supaya sang raja mendapat kemuliaan sebagai Mahadewa Siwa setelah upacara pemakaman yang disebut Sradha. Pembangunan dilaksanakan saat masa transisi zaman keemasan dari kerajaan di Jawa Tengah ke kerajaan di Jawa Timur. Para pakar menyebutkan bahwa candi ini adalah cikal bakal dari candi candi lain di daerah Jawa Timur karena jika diperhatikan, candi ini memiliki perpaduan corak antara candi di Jawa tengah dan di Jawa Timur.
Arsitektur Candi Kidal
Arsitektur dari Candi Kidal dapat dikatakan sebagai arsitektur yang kecil jika dibandingkan candi bercorak Hindu lainnya. Candi ini memiliki panjang 10.8 m dengan lebar 8.36 m dan tinggi 12.26 m. Candi terbuat dari batuan Andesit dan tersusun dalam susunan geometri vertikal. Di bagian luar, terdapat pagar yang mengelilingi bangunan utama. Berikut adalah gambar Candi Kidal.
Candi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian atap, badan dan kaki. Sebelumnya terdapat patung dewa Siwa di bagian badan candi, tapi saat ini patung tersebut sudah dipindahkan ke museum di Amsterdam.
1. Bagian Atap
Bagian atap Candi Kidal memiliki bentuk kotak tiga susun dengan luas yang semakin mengecil jika semakin ke atas. Pada puncak atap tidak runcing, puncak memiliki permukaan yang luas dan membentuk persegi. Bagian atap tidak dihiasi oleh ratna atau stupa, tapi diberikan hiasan ukiran bunga dan sulur.
2. Bagian Badan Candi
Bagian badan Candi Kidal memiliki bentuk persegi dengan tiap sisi yang memiliki ukuran 5.3 m dan tinggi 4.92 m. Dinding badan candi dihiasi oleh beragam ukiran tanaman hias dan sulur. Di sini terdapat sebuah bilik dengan ukuran 1.9 m dan tinggi 2.6 m.
3. Bagian Kaki
Bagian kaki juga memiliki bentuk persegi dengan ukuran 6.82 m dan tinggi 1.94 m. Tangga dibuat tepat di depan pintu supaya candi dapat mencapai selasar di bagian lantai kaki candi. Bagian ini juga memiliki ukiran hiasan yang sama, bermotif medali dan ukiran bunga serta sulur-suluran.
Garudeya: Relief Di Bagian Kaki Candi Kidal yang Penuh Kisah
Candi Kidal juga memiliki ciri khasnya tersendiri, yaitu relief Garudeya. Relief ini terletak di bagian kaki candi dan menceritakan tentang kisah Garudeya. Relief ini adalah wasiat Anusapati yang berasal dari kisah Garudeya sebagai doa kepada Ken Dedes.
Garuda menceritakan tentang perjuangan Garuda yang berusaha untuk membebaskan ibunya dari penderitaan menggunakan air kehidupan. Jika ingin membaca atau melihat kisah secara urut, kalian bisa memulai dari sisi selatan candi, ke timur sampai utara atau mengikuti gerakan melawan arah jarum jam, yang disebut sebagai teknik Prasawiya.
Pada relief pertama, Garuda digambarkan sedang menggendong tiga ular besar. Pada relief kedua, Garuda diperlihatkan membawa kendi di atas kepalanya yang berisi air kehidupan atau Tirta Amerta. Pada relief ketiga dapat dilihat Garuda berhasil menyelamatkan dan sedang menggendong ibunya. Kisah ini mengajarkan tentang bakti pada orang tua, pelajaran moral yang bagus untuk anak anak zaman sekarang.
Fungsi Candi Kidal
Pada umumnya candi candi di Jawa Timur menjadi kuburan dari seorang raja. Hal ini juga diaplikasikan di candi ini. Candi Kidal merupakan makam dari Raja Anusapati, catatan ini dapat kalian lihat dari Kitab Negarakertagama. Selain untuk menghormati Raja Anusapati, candi ini juga dimaksudkan untuk menghormati Ken Dedes, ibu dari Anusapati, yang selama masa hidupnya menderita. Hal ini dapat dilihat dari penggambaran relief Garudeya yang menunjukkan kasih sayang Anusapati kepada Ken Dedes yang semasa hidupnya penuh penderitaan. Langkah ini dilakukan supaya para raja yang telah meninggal kembali menjadi suci dan menjadi dewa.
Harga Tiket & Lokasi Candi Kidal
Harga tiket masuk kawasan ini adalah 0 rupiah atau gratis. Kalian dapat datang ke lokasi candi tanpa membayar sepeserpun. Hal ini tidak menutup kesempatan bagi kalian yang ingin membantu pelestarian candi, kalian dapat menyumbang seikhlas kalian. Candi dapat dikunjungi mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB setiap hari.
Sebagai saran, pagi dan sore hari adalah waktu yang cocok jika kalian ingin berkunjung ke sini. Sinar matahari pagi sangat cocok untuk kalian yang suka berfoto ria, karena matahari juga belum terlalu terik. Lebih baik datang saat musim kemarau supaya liburan kalian tidak terganggu.
Candi Kidal berlokasi di Jl. Raya Kidal, Panggung, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Jika dari pusat kota Malang, kalian perlu menempuh 13 km dalam waktu kurang lebih 30 menit untuk mengunjungi candi ini.
Jika kalian baru pertama kali atau wisatawan dari luar kota, petunjuk dari aplikasi Google Maps akan membantu kalian menemukan lokasi candi. Untuk cara yang lebih mudah, kalian dapat mencari jasa rental mobil atau biro perjalanan untuk menuju ke lokasi candi ini.
Baca juga: Candi Cangkuang: Simbol Sejarah Toleransi Agama di Garut
Candi Kidal peninggalan kerajaan Singasari adalah candi yang memiliki nilai historis tinggi. Candi ini menjadi cikal bakal dari candi candi lain di daerah Jawa Timur. Nilai nilai yang terukir di Candi Kidal juga memiliki makna yang dalam.
Jika kalian mengunjungi candi ini, kalian tidak hanya belajar tentang sejarah candi dan kerajaan Singasari, tapi juga belajar tentang nilai moral seorang raja pada sang ibu.
Tidak ada komentar