“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya,” kata Presiden Soekarno dalam pidatonya di peringatan Hari Pahlawan tahun 1961. Pahlawan adalah mereka yang mengorbankan kenyamanan mereka demi tujuan yang mulia. Indonesia memiliki banyak sekali sosok pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan, salah satunya yang cukup terkenal adalah Sultan Hasanuddin.
Untuk mengetahui sejarah Sultan Hasanuddin lebih dalam, kalian bisa simak artikel Munus di bawah ini.
Sultan Hasanuddin, Pahlawan Nasional yang Gagah & Berani
Daftar Isi
Sultan Hasanuddin berasal dari Indonesia Timur, lebih tepatnya dari daerah Makassar. Beliau adalah salah satu raja dari Timur yang terkenal dengan semangatnya melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda di masa penjajahan. Beliau menolak monopoli perdagangan yang dilakukan oleh VOC dan itu membuat pihak Belanda kerepotan.
Selama Ia menjadi raja, Sultan Hasanuddin juga berhasil menggagalkan rencana Belanda menguasai Kerajaan Islam Gowa.Tidak berhenti di situ, beliau juga mengumpulkan kekuatan dengan cara menyatukan kekuatan bersama kerajaan kerajaan kecil lainnya dalam melawan Belanda.
Karena kehebatannya, Sultan Hasanuddin mendapat julukan sebagai si Ayam Jantan dari Timur atau oleh orang Belanda disebut sebagai De Haantjes van Het Oosten.
Nama kecil Sultan Hasanuddin adalah Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Beliau lahir pada tanggal 12 Januari 1631 dan merupakan putra dari Sultan Malikussaid, raja Kerajaan Gowa ke-15, dengan I Sabbe To’mo Lakuntu.
Ia sudah memiliki kepiawaian sejak kecil, bakatnya sebagai raja sudah terlihat saat beliau masih di usia belia.
Mengenyam pendidikan di Masjid Bontoala serta menghadiri berbagai pertemuan penting bersama raja ke-15 membuat kemampuan Hasanuddin sebagai pemimpin semakin terasah.
Ia bertanggung jawab untuk mengurusi pertahanan Kerajaan Gowa pada usia 21 tahun dan diangkat menjadi raja pada umur sekitar 22 sampai 24 tahun.
Perjuangan Sultan Hasanuddin Melawan VOC
Pada saat beliau memimpin, Sultan Hasanuddin dengan tegas menolak praktik monopoli perdagangan VOC di daerah timur Indonesia. Beliau memiliki prinsip bahwa kekayaan alam yang ada di wilayah kekuasaannya harus digunakan untuk menyejahterakan masyarakat Gowa.
Terlebih lagi, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis Speelman juga telah menyerang kerajaan lain di sekitar Kerajaan Gowa. Hal ini semakin membuat Hasanuddin gencar dalam melakukan penolakan terhadap kehadiran VOC.
Perlawanan terhadap VOC dimulai tahun 1660. Kerajaan Gowa yang memiliki armada laut yang tangguh mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan kerajaan lain untuk melawan penjajah.
Pihak Belanda yang melihat ini pun tidak tinggal diam. Belanda bekerja sama dengan Kerajaan Bone untuk mengalahkan Kerajaan Gowa. Mereka kemudian memanfaatkan situasi yang tidak baik di antara dua kerajaan ini.
Hasil perlawanan Sultan Hasanuddin adalah kemenangan di pihak Gowa. Kerajaan Gowa mendapat kedamaian, tapi hal ini tidak berlangsung lama karena Belanda kembali mengganggu perdagangan di daerah timur. Selain itu, perjuangan beliau juga mengobarkan perjuangan dari Indonesia timur lainya, beberapa tokoh juga ikut turun dalam pertempuran oleh karena semangatnya.
Faktor Kekalahan Sultan Hasanuddin
Meskipun perjuangan Sultan Hasanuddin sangat kuat, Ia akhirnya mengalami kekalahan. Kekalahan ini disebabkan karena pihak Belanda mendapat dukungan dari Kerajaan Bone, yaitu Arung Palakka. Cara yang dilakukan untuk memperlemah kekuatan Hasanuddin adalah dengan mengadu dombanya bersama Arung Palakka, raja dari Kerajaan Bone.
Setelah mendapat dukungan tersebut, Belanda berani untuk menyerang Kerajaan Gowa. Pasukan terdiri dari bala tentara VOC di bawah pimpinan Cornelis Speelman, pasukan dari orang Ambon yang dipimpin Jonker van Manipa, dan pasukan dari Kerajaan Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka.
VOC dan sekutu menyerang Kerajaan Gowa pada tanggal 7 Juli 1667 dari berbagai penjuru. Karena posisi yang terkepung dan peralatan senjata yang kurang lengkap, Kerajaan Gowa kewalahan dengan serangan ini. Pada akhirnya, benteng dari pasukan Kerajaan Gowa dikuasai oleh Arung Palakka, dan Belanda menang dalam pertempuran ini.
Sultan Hasanudin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang berisi tentang persetujuan dari Sultan untuk memberi hak monopoli pada VOC. Karena sultan merasa perjanjian ini sangat memberatkan masyarakat, Ia menolak untuk memberi tanda tangan di perjanjian ini. Sultan memerintahkan beberapa pasukan untuk melakukan pemberontakan, tapi usaha ini sudah dapat diketahui terlebih dahulu oleh Belanda.
Pasukan dari Batavia datang ke pulau Sulawesi sebagai bala bantuan. Perlawanan kedua berlangsung dan dipimpin oleh sultan sendiri. Perlawanan ini tidak menghasilkan kemenangan dan semua pejuang berhasil ditumpas oleh Belanda. Sultan Hasanuddin dipaksa mengakui kekalahan dan menandatangani perjanjian. Perlawanan sang sultan sudah selesai.
Keberanian & Kegigihan Sultan Hasanuddin
Perjuangan Sultan Hasanuddin menunjukkan betapa berani dan gigihnya beliau untuk melindungi masyarakatnya dan menciptakan kesejahteraan. Berikut adalah beberapa bukti dari keberanian dan kegigihan sultan itu.
1. Makna Julukan Ayam Jantan Dari Timur
Hasanuddin dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur karena semangatnya dalam melawan Belanda sangatlah besar. Beliau adalah seorang sultan dari kerajaan bagian timur Indonesia yang sangat gigih dan agresif dalam peperangan. Kehebatannya bahkan sudah berada pada diri sang sultan sedari kecil.
2. Penobatan Sebagai Pahlawan Nasional
Setelah perlawanannya selesai, beliau meninggal pada tanggal 12 Juni 1670. Hasanuddin dimakamkan di kompleks makam raja raja Gowa yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Atas jasa dan usahanya melawan penjajahan, beliau diangkat menjadi pahlawan nasional sesuai yang tercantum pada surat Kepres No.087/TK/1973 pada tanggal 6 November 1973.
Baca juga: Sultan Ageng Tirtayasa: Perjuangan Melawan VOC & Perannya
Sultan Hasanuddin hanyalah satu dari sekian banyak pahlawan nasional Indonesia. Perjuangan yang dilakukannya melawan penjajah mungkin sudah selesai saat ini, tapi bukan berarti kita sebagai generasi penerus tidak bisa mengambil nilai nilai dari sang ‘Ayam Jantan dari Timur’ karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.
Tidak ada komentar