Dalam bahasan tentang tokoh PKI, Museum Nusantara telah menyebut sekilas tentang tri ideologi nasionalis – agama – komunis yang pernah digunakan Indonesia, NASAKOM adalah istilah pendeknya.
Di masa kepemimpinan Soekarno, NASAKOM adalah ideologi yang digunakan dalam proses politik, meski secara konstitusional ideologi Indonesia tetaplah Pancasila.
Tapi sebenarnya apa itu NASAKOM? Bagaimana ideologi politik ini bisa terbentuk? Apa yang menyebabkan keruntuhan ideologi gagasan Soekarno ini?
Apa Itu NASAKOM?
Daftar Isi
Kepanjangan NASAKOM adalah Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Ada pula yang menyebut kepanjangan NASAKOM yaitu Nasionalisme, Islamisme, dan Komunisme, mengacu pada tulisan Soekarno yang terbit di koran Soeloeh Indonesia Moeda di tahun 1926.
Pasca Kemerdekaan, ada tiga kekuatan politik terkuat di Indonesia, yaitu kubu nasionalis, Islam, dan komunis.
Kubu nasionalis terwakili oleh Indische Partij, yang didirikan Tiga Serangkai Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Kubu Islam terwakili oleh Sarekat Islam (SI), dengan beberapa tokoh kuat seperti HOS Tjokroaminoto dan Kartusuwiryo. Sementara itu, kubu komunis terwakili PKI, dengan pentolan DN Aidit. Amir Sjarifuddin, Abdul Latief, dan lainnya.
Demi mempersatukan tiga kekuatan ini, pasca menang di Pemilu 1955 Soekarno mencetuskan konsep ideologi NASAKOM. Meski demikian, tiga kubu politik di dalamnya tetap melanjutkan perseteruan, terutama kubu Islam versus Komunis.
Sejarah NASAKOM dan Pengaruhnya di Indonesia dan Dunia
Sejarah NASAKOM sangat dinamis dan dipenuhi perseteruan, mulai dari 1955 sampai puncaknya berakhir pada 1965, berikut ini timeline lengkapnya.
Masa Pendirian (1955 – 1960)
NASAKOM adalah sebuah ideologi yang telah dirancang Soekarno puluhan tahun sebelum Kemerdekaan. Akan tetapi, konsep NASAKOM baru dibawa kembali ke permukaan sekitar 1956.
Pada saat itu, Soekarno mengusulkan ideologi NASAKOM sebagai solusi kegagalan pemerintah dalam menjalankan UUDS 1950 (Demokrasi Parlementer).
Bayangkan, selama 1950 – 1959, Indonesia telah mengganti Perdana Menteri (kepala pemerintahan di sistem parlementer) sebanyak 7 kali, yaitu:
- Mohamad Natsir (1950 – 1951)
- Sukirman Wiryosanjoyo (1951 – 1952)
- Wilopo (1952 – 1953)
- Ali Sastroamidjojo (1953 – 1955)
- Burhanuddin Harahap (1955 – 1956)
- Ali Sastroamidjojo (1956 – 1957)
- Djuanda Kartawijaya (1957 – 1959)
Menurut Soekarno, salah satu alasan sistem demokrasi parlementer kurang baik adalah karena potensi saling menjatuhkan antar anggota parlemen.
Saat tidak suka pada Perdana Menteri, anggota parlemen dapat bekerjasama guna menjatuhkannya dari puncak pemerintahan. Inilah yang mengakibatkan Indonesia terus menerus mengganti Perdana Menteri, sehingga pembangunan negara pun jadi tidak efektif.
Selain karena keresahan Soekarno sendiri, pembubaran Demokrasi Parlementer juga berdasar pada kecemasan rakyat pada berbagai konflik yang muncul saat itu, mulai dari kemiskinan sampai konflik Irian Barat.
Akhirnya pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang mengumumkan pembubaran Dewan Parlementer dan kembalinya masyarakat ke UUD 1945.
Sejak saat itulah, Demokrasi Terpimpin dimulai menggunakan ideologi NASAKOM.
Masa Pengukuhan (1959 – 1965)
Meski tujuannya baik, Demokrasi Terpimpin nyatanya membuat Soekarno ditinggalkan banyak sahabat seperjuangan, salah satunya adalah Muhammad Hatta. Wakil presiden pertama RI ini memutuskan mengundurkan diri pada 30 November 1956.
Pasalnya sejak Dewan Parlemen bubar, Soekarno menjadi satu-satunya kepala pemerintahan. Selain itu, pada tahun yang sama beliau juga semakin gencar mempromosikan konsep NASAKOM ke seluruh dunia.
Misalnya pada Sidang PBB 1960, Soekarno membawakan pidato berjudul To Build The World A New yang juga mempromosikan persatuan nasionalisme, agama, dan komunisme. Akan tetapi, ide Soekarno ditolak.
Di Indonesia, gaung ideologi NASAKOM semakin jelas terdengar di masa Demokrasi Terpimpin. Pada Peringatan Kemerdekaan 1961, Soekarno bahkan pernah menyebut NASAKOM sebagai representasi dari Pancasila dan UUD 1945. Beliau berkata siapa yang setuju pada Pancasila dan UUD 1945, harus setuju pada NASAKOM.
Tak dapat dipungkiri, pihak paling diuntungkan oleh NASAKOM adalah Partai Komunis Indonesia yang waktu itu dipimpin DN Aidit. Pada tahun 1954, anggota PKI yang awalnya berjumlah 165 ribu menjadi 1,5 juta orang pada 1959.
Berdasarkan buku Sejarah Nasional VI karangan Djoened Pusponegoro, ideologi NASAKOM adalah alat yang digunakan PKI untuk melebarkan sayapnya. Meski terdapat berbagai laporan kekacauan oleh PKI, Soekarno abai dan menganggap pelapor sebagai penolak ideologi tersebut.
Selain komunitas adat, beberapa organisasi dan tokoh besar yang sempat berkonflik dengan PKI di masa NASAKOM adalah:
- Masyumi, berujung penangkapan petinggi organisasi oleh pemerintah
- Partai Sosialis Indonesia, berujung penangkapan petinggi, salah satunya Sutan Syahrir
- Mr. Roem, perwakilan Indonesia di Perjanjian Roem – Royen
- Gerakan Angkatan Pemuda Islam (GAPI), organisasi ex-petinggi Masyumi
- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), berkonflik langsung dengan Corps Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi backing-an PKI
- Nahdlatul Ulama (NU)
Masa Keruntuhan (1965)
Hingga tahun 1965, Demokrasi Terpimpin dan NASAKOM masih tampak digdaya. Pemenjaraan tokoh dan pembubaran organisasi penentang secara sepihak membuat ideologi NASAKOM makin kokoh di puncak.
Akan tetapi, pergolakan politik mulai terjadi kembali saat Soekarno dinyatakan sakit pada Agustus 1965. Di masa tersebut, ada berbagai spekulasi tentang siapa yang akan menggantikan Soekarno jika beliau meninggal dunia, mulai dari petinggi PKI sampai perwira TNI (yang berhaluan nasionalis – agamis).
Puncak penerapan NASAKOM di Indonesia adalah Peristiwa 30 September 1965 dini hari, yang kemudian kita kenal sebagai Peristiwa G30 S PKI.
Tanpa diduga, Letkol Untung selaku pemimpin Tjakrawibawa, pasukan elit pengawal presiden, muncul sebagai eksekutor penangkapan dan pembunuhan sadis ketujuh perwira tertinggi TNI. Ada berbagai versi tentang peran Letkol Untung dalam G30 S PKI, beberapa di antaranya:
- Letkol Untung berangkat atas kepentingan pribadi, demi melindungi Presiden dari kudeta militer.
- Untung punya afiliasi dengan PKI, dan menjadi “eksekutor” saja bukannya otak pembunuhan.
- Letkol Untung mendapat “hasutan” dari beberapa pihak untuk melakukan eksekusi.
Semisterius apapun asal muasal Gerakan 30 September, Soekarno menjadi pihak utama yang dinyatakan bersalah. Setelah Orde Baru mulai di tahun 1965, Presiden pertama RI ini diasingkan dan akhirnya meninggal sebagai tahanan negara pada 21 Juni 1970.
Demikian penjelasan dari Museum Nusantara tentang apa itu NASAKOM, dan sejarahnya. Ideologi NASAKOM adalah salah satu ideologi politik terkuat di Indonesia. Namun demikian, otoriterisme dan ketidakharmonisan ketiga ideologi di dalam NASAKOM menjadi awal mula dari kehancuran NASAKOM dan para pendukungnya.
Tidak ada komentar