1. Cerita Rakyat

Putri Mandalika: Legenda Festival Bau Nyale dari Lombok

Lombok tidak hanya dikenal dengan pesona alamnya yang begitu indah nan menakjubkan. Pulau yang terletak di Nusa Tenggara Barat ini juga menyimpan berbagai budaya yang menarik. Salah satunya adalah Festival Bau Nyale atau tradisi menangkap cacing. Tradisi yang cukup unik ini rupanya menyimpan legenda tersendiri dalam sebuah cerita rakyat. Putri Mandalika merupakan cerita rakyat yang diindahkan oleh masyarakat Lombok sebagai asal muasal tradisi Bau Nyale. Jika kalian penasaran, simak cerita selengkapnya di bawah ini!

Cerita Putri Mandalika

Pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan di Lombok. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana. Raja tersebut memiliki seorang putri bernama Mandalika. Putri Mandalika tumbuh menjadi seorang perempuan dengan paras yang cantik dan menawan. Setiap pria yang melihatnya pasti akan terpesona akan kecantikannya. 

Kecantikan sang putri terkenal hingga ke berbagai daerah kerajaan, karena itu pangeran dari semua kerajaan ingin mempersuntingnya menjadi seorang istri. Satu persatu mereka datang menemui sang raja untuk melamar putri yang sangat disayanginya tersebut.

Melihat niat baik para pangeran tersebut, sang raja kemudian memberitahukan pada putrinya untuk memilih siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya. sang putri merasa bingung. Karena kebersihan hatinya, ia sulit untuk memutuskan siapa yang ia pilih dan ia juga tidak mau membuat kecewa pangeran yang tidak dipilihnya. Ia tidak ingin membuat mereka sedih.

Artikel Terkait

    Feed has no items.
cerita putri mandalika
Patung Kisah Putri Mandalika, Foto Oleh Lombok Sumbawa Travel Com

Dengan mempertimbangkan rasa gelisah dan kebingungan sang putri, raja kemudian mengadakan sebuah kompetisi memanah. Kompetisi tersebut dilaksanakan di Pantai Seger Kuta, Lombok. Raja meminta semua pangeran yang ingin menikahi putrinya ambil bagian dalam kompetisi tersebut. Aturannya adalah, siapapun yang bisa menembakkan panah ke sasaran dengan sempurna, maka dialah pemenangnya dan bisa menikahi putri kesayangannya

Pada mulanya kompetisi berjalan dengan damai, satu-persatu pangeran mencoba untuk memanah sasaran tersebut. Namun, alhasil tidak ada seorangpun pangeran yang mampu memanah tepat sasaran dengan sempurna. Suasana yang mulanya damai berubah menjadi sebuah adu mulut, masing-masing dari mereka berpendapat bahwa dirinyalah yang paling pantas untuk menikahi sang putri.

Karena tidak ada keputusan pada hari itu, akhirnya sang putri memutuskan untuk melakukan semedi agar tidak salah dalam membuat keputusan. Sepulangnya bersemedi, sang putri menyampaikan pada ayahnya bahwa ia ingin mengundang seluruh pangeran dan pemuda untuk berkumpul di pantai seger  pada tanggal ke 20 bulan ke 10 penanggalan sasak di waktu pagi buta.

Pada waktu dan tempat yang telah ditentukan tersebut, berkumpulah para pangeran dan pemuda bahkan rakyat dari kerajaan tersebut. Saat matahari mulai terbit, Putri Mandalika didampingi oleh raja dan para pengawalnya menemui seluruh undangan. Tidak ada satupun yang tau apa maksud dari undangan sang putri, bahkan raja sendiri tidak mengetahuinya.

Putri Mandalika kala itu terlihat begitu anggun dengan balutan busana yang sangat menawan. Kemudian sang putri naik ke atas bukit seger dan mengucapkan beberapa patah kata yang intinya ia tidak ingin menyebabkan perpecah belahan antara rakyat dengan memilih salah satu diantara mereka, untuk itu ia ingin menjadi sesuatu yang bisa dimiliki oleh semua orang.

Tidak ada yang memahami maksud dari perkataan putri tersebut, semua orang dibuatnya bingung. Dalam suasana kebingungan tersebut, tiba-tiba Putri Mandalika terjun ke laut dan hanyut ditelan ombak. Seluruh undangan yang berada disitu terkejut dan dengan sigap ingin menyelamatkan sang putri. Namun putri langsung menghilang tanpa jejak. Mereka justru menemukan banyak cacing warna-warni dan mereka mempercayai bahwa cacing tersebut jelmaan dari Putri Mandalika.

Legenda Putri Mandalika dan Bau Nyale

Munculnya banyak cacing yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika tersebut membuat para rakyat untuk menangkapnya. Cacing-cacing tersebut kemudian diberi nama Nyale. Cacing-cacing nyale tidak muncul setiap saat, na

mun hanya di saat-saat tertentu pada tanggal ke 20 bulan ke 20 penanggalan sasak. Tradisi penangkapan cacing diteruskan hingga saat ini oleh masyarakat lombok dan dinamakan dengan tradisi Bau Nyale. Legenda Putri Mandalika yang mengorbankan dirinya demi rakyat sangat  melekat dalam kebudayaan masyarakat Lombok.

Untuk mengenang pengorbanan tersebut, dibangun sebuah monumen yang menggambarkan peristiwa pengorbanan Putri Mandalika. Monumen tersebut terletak di Pantai Kuta Seger, Lombok.

Pesona Festival Bau Nyale

festival bau nyale
Festival Bau Nyale, Foto Oleh Aqua Expeditions Com

Festival bau nyale berlangsung setiap tahun pada bulan Februari hingga awal Maret. Sampai saat ini, saat berlangsungnya festival bau nyale masyarakat berduyun-duyun untuk mencari cacing di laut dimulai dari malam hari hingga pagi hari menjelang matahari terbit. Waktu kemunculan cacing tersebut diyakini sesuai dengan waktu Putri Mandalika mengundang seluruh rakyat dan menjatuhkan diri di laut.

Pasalnya, cacing-cacing yang muncul saat festival bau nyale memiliki rasa yang enak dan cita rasa yang unik. Cacing nyale saat ini telah menjadi makanan khas masyarakat sasak yang masih berkembang. Tidak hanya masyarakat setempat saja, namun para pengunjung dan wisatawan juga banyak yang tertarik dan mengikuti festival bau nyale saat berada di Lombok.

Kesimpulan

Setiap daerah memiliki keunikan budaya masing-masing. Sama halnya dengan cerita Putri Mandalika yang dipercaya oleh masyarakat Lombok. Legenda Putri Mandalika telah memunculkan sebuah tradisi unik yang sampai saat ini masih digelar oleh masyarakat Lombok. Pengorbanan yang dilakukan oleh sang putri pada cerita Putri Mandalika nyatanya benar-benar bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat hingga saat ini.

Baca Juga: Keong Mas: Cerita Rakyat dari Jawa Timur

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Putri Mandalika: Legenda Festival Bau Nyale dari Lombok

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]