Hingga hari ini, Pertempuran Surabaya masih menjadi salah satu peristiwa sejarah terbesar di Indonesia pasca kemerdekaan. Dalam peristiwa yang disebut juga sebagai Pertempuran 10 November ini, ada sekitar 6 ribu – 20 ribu pejuang Indonesia tewas. Sebagai bentuk penghormatan pada Arek-Arek Surabaya yang gugur, hingga hari ini Pertempuran 10 November di Surabaya diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Sebenarnya, apa penyebab Pertempuran Surabaya? Bagaimana kronologinya hingga pertempuran berdarah ini meletus? Berikut ini bahasan lengkapnya.
Sejarah Pertempuran Surabaya, Perang Paling Berdarah Pasca Kemerdekaan
Daftar Isi
Pertempuran Surabaya 10 November terjadi kurang dari tiga bulan pasca Proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa ini terjadi karena negara Sekutu (terutama Inggris dan Belanda) berusaha melakukan penjajahan kembali terhadap tanah air Indonesia, pasca kalahnya Jepang dalam Perang Dunia II.
Jika ditotal, Pertempuran Surabaya terjadi selama 24 hari. Meski tergolong sebentar, jumlah pejuang Indonesia yang tewas dalam Pertempuran 10 November 1945 mencapai minimal 6000 dan maksimal 20000 orang.
Penyebab Pertempuran Surabaya
Meski disebut sebagai peristiwa 10 November, Pertempuran Surabaya sebenarnya terjadi sejak akhir Oktober, tepatnya pada 30 Oktober 1945. Di Selasa malam itu, Brigjen AWS Mallaby selaku utusan militer Inggris di Surabaya terlibat baku tembak dengan arek Surabaya dan tewas.
Marah dengan kematian Mallaby, pada tanggal 9 November Sekutu menyebarkan pamflet ultimatum melalui udara. Ultimatum ini berisi ancaman bahwa seluruh orang Surabaya wajib menyerahkan senjata mereka dan menyerah ke Sekutu paling lambat 10 November 1945 pagi.
Ultimatum tersebut membuat arek-arek Surabaya sangat marah. Menolak untuk dijajah kembali, para pemuda akhirnya menyampaikan tekad “Merdeka atau Mati” pada Ario Suryo, gubernur Surabaya pada saat itu.
Akhirnya jam 9 malam tanggal 9 November, gubernur Suryo melalui radio RRI menyampaikan sikap arek-arek Surabaya terhadap ultimatum Inggris. Pertempuran Surabaya pun meletus pada jam 6 pagi keesokan harinya.
Kronologi Pertempuran Surabaya 10 November
Secara ringkas, kematian Brigjen Mallaby adalah penyebab Pertempuran Surabaya bermula. Akan tetapi, cepat atau lambat sebenarnya perang Sekutu VS arek-arek Surabaya tetap akan meletus, karena niat Sekutu kembali ke Indonesia memang untuk kembali menjajah.
Selengkapnya tentang kronologi Pertempuran 10 November adalah sebagai berikut:
1. Kekalahan Jepang Atas Sekutu
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Jepang mengalami kekalahan telak atas Sekutu setelah bom atom jatuh ke Hiroshima dan Nagasaki. Akhirnya pada 2 September 1945, Jepang menandatangani Dokumen Kapitulasi dan menyatakan menyerah sepenuhnya pada Sekutu.
Kekalahan Jepang secara otomatis membuat negara-negara bekas jajahannya terbebas. Merasa berhak atas negara jajahan Jepang, Sekutu berusaha melanjutkan penjajahan ke negara-negara tersebut, salah satunya Indonesia.
2. Tentara Sekutu (Inggris dan Belanda) Datang Lagi untuk Menduduki Indonesia
Sejak Perjanjian Kalijati 8 Maret 1942, Sekutu (terutama Belanda) sudah menunggu saat-saat bisa kembali ke Indonesia untuk melanjutkan penjajahan. Oleh karena itu sejak bulan September 1945, Belanda dengan backing dari Inggris berusaha kembali ke Indonesia melalui pelabuhan Tanjung Perak.
Tapi sebelum masuk ke Surabaya, pasukan Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin Letjen Sir Philip Christison telah membuat janji dengan Soekarno dan Hatta.
Letjen Philip berkata bahwa tujuan AFNEI ke Indonesia adalah untuk perdamaian dan menjemput perwira Sekutu yang masih dalam sandera Jepang. Akan tetapi, arek-arek Surabaya tidak mempercayai perjanjian tersebut.
3. Insiden Perobekan Bendera di Hotel Yamato
Berita kekalahan Jepang atas Sekutu pada 2 September 1945 menyebar ke seluruh daerah bekas jajahan Jepang. Tanggal 19 September, sekelompok perwira Belanda yang dipimpin Ch Ploegman menantang masyarakat Surabaya dengan mengibarkan bendera Belanda di pucuk Hotel Yamato.
Masyarakat Surabaya menganggap pengibaran bendera tersebut sebagai penghinaan atas Kemerdekaan Indonesia. Pasukan PETA berusaha berunding dengan Ploegman untuk menurunkan bendera, tapi tak digubris. Akhirnya terjadi bentrok yang merenggut nyawa beberapa orang, termasuk Ploegman sendiri.
4. Kematian Jenderal AWS Mallaby
Sejak insiden Yamato, terjadi perang-perang kecil antara pasukan Sekutu dan masyarakat Surabaya. Guna meredam bentrok, Sekutu berusaha melobi Soekarno – Hatta dan meminta keduanya meredakan situasi. Akhirnya, militer Indonesia dan Inggris sepakat untuk gencatan senjata pada 29 Oktober 1945.
Tapi pada tanggal 30 keesokan harinya, Brigjen Mallaby tewas dalam baku tembak di Jembatan Merah. Peristiwa ini konon terjadi karena pasukan AFNEI di Surabaya tidak mendapat info tentang kesepakatan gencatan senjata di Jakarta.
5. Ultimatum Inggris & Meletusnya Perang
Setelah Mallaby tewas, Inggris mengangkat Mayjen Eric Mansergh untuk menangani konflik di Surabaya.
Pada tanggal 8 November, Mayjen Mansergh menuduh gubernur Suryo sengaja tidak mengindahkan gencatan senjata dan tidak mengevakuasi tentara Sekutu dari bentrok di Surabaya. Selain itu, Mansergh juga mengancam bahwa sebentar lagi Surabaya akan diduduki kembali oleh militer Inggris.
Puncaknya 9 November 1945, Mansergh memberikan dua ultimatum ke Surabaya. Ultimatum pertama dikirimkan langsung ke gubernur Suryo dan ultimatum berikutnya disebarkan ke seluruh area Surabaya melalui kapal-kapal udara.
Ultimatum tersebut berisi dua tiga poin utama, yaitu:
- Semua sandera Sekutu yang dipegang rakyat Indonesia wajib dikembalikan dalam keadaan sehat paling lambat 10 November jam 06.00 pagi.
- Semua pemimpin rakyat Indonesia, termasuk pemimpin masyarakat, militer, dan pimpinan radio harus melaporkan diri paling lambat 10 November jam 06.00 pagi.
- Semua rakyat Indonesia wajib menyerahkan seluruh senjata yang dimiliki, menyerahkan diri sebagai sandera, dan menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
Arek-arek Surabaya merasa terhina dengan ultimatum tersebut. Akhirnya para pemuda pun mengangkat Sungkono sebagai Komandan Pertahanan Kota Surabaya (defense) dan Surachman sebagai Komandan Pertempuran (attack).
Pemuda Surabaya juga membuat semboyan “Merdeka atau Mati!” dan berikrar akan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sampai titik darah penghabisan. Jam 21.00 di tanggal 9 November, gubernur Suryo juga membakar semangat arek-arek Surabaya dan secara resmi membuka Pertempuran Surabaya.
6. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
10 November 1945, Pertempuran Surabaya dimulai sejak pagi. Pidato Bung Tomo di salah satu stasiun radio terus menggema selama pertempuran, mengguyurkan semangat dan sikap berani mati pada arek-arek Surabaya.
Dipenuhi dengan tekad dan fanatisme, arek-arek Surabaya bertempur melawan persenjataan canggih Sekutu dengan senjata-senjata seadanya. Bahkan beberapa arek Surabaya nekat melakukan bom bunuh diri demi menghancurkan perwira Sekutu.
Hingga saat ini, veteran Inggris yang pernah berperang di Surabaya 10 November menganggap Pertempuran Surabaya adalah salah satu medan perang paling mencekam.
Selama tiga minggu, Surabaya dipenuhi tumpukan mayat, genangan darah, ledakan bom dan senjata, serta teriakan “Allahu Akbar” dari segala penjuru. Selain itu, sebanyak apapun digempur, tanah Surabaya seperti tidak pernah kehabisan pejuang untuk menyerang.
Selama tiga minggu pertempuran, Sekutu kehilangan sekitar 1500 pasukan. Sedangkan jumlah pejuang Indonesia yang gugur diestimasi sekitar 6000 – 20000 orang.
Kewalahan dan trauma dengan Pertempuran 10 November, Sekutu akhirnya memutuskan berhenti memberi bantuan ke Belanda untuk menjajah dan ikut mengakui kedaulatan Indonesia.
Tidak ada komentar