Ketika berbicara mengenai kebudayaan Indonesia, maka tidak akan ada habisnya. Negeri kita yang kaya ini memiliki berbagai jenis kebudayaan yang beragam mulai dari bahasa hingga senjata. Leluhur kita dikenal sebagai orang-orang yang sakti, maka tidak mengherankan jika mereka meninggalkan warisan berupa senjata yang sakral. Salah satu senjata tradisional Indonesia yang paling populer adalah senjata keris, ada berbagai jenis keris mulai dari keris Bali hingga keris Jawa. Menurut sejarah, pusaka ini telah ada sejak 600 tahun yang lalu dan berkembang di berbagai wilayah di Indonesia. Simak pembahasan Munus terkait sejarah senjata tradisional keris di bawah ini.
Pengertian Keris
Daftar Isi
Senjata keris merupakan salah satu senjata tradisional dari Nusantara yang memiliki bentuk dan ukiran yang unik. Siapapun yang melihat benda tersebut, pasti akan mengetahui bahwa itu adalah keris karena bentuknya yang khas. Seseorang yang ahli dalam pembuatannya disebut dengan Mpu Panuluh.
Senjata ini telah dikenal oleh bangsa Melayu sejak 600 tahun yang lalu. Menurut sejarah, keris berasal dari Kepulauan Jawa, namun penggunaannya telah tersebar di wilayah-wilayah yang dipengaruhi oleh Majapahit. Di indonesia sendiri diantaranya Sulawesi, Pesisir Kalimantan, Nusa Tenggara, Madura dan Jawa. selain itu, senjata ini juga tersebar di wilayah Asia Tenggara seperti Semenanjung Malaysia, Thailand Selatan dan Filipina Selatan (Mindanao).
Jenis keris di setiap wilayah memiliki bentuk, penampilan, fungsi, teknik pembuatan dan istilah yang berbeda-beda namun tidak menghilangkan ciri khas bentuk keris pada umumnya. Di Indonesia sendiri, senjata ini telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Non-Bendawi Manusia di UNESCO pada tahun 2005.
Sejarah Senjata Tradisional Keris
Sampai saat ini, senjata tradisional tersebut masih menjadi sebuah budaya yang dilestarikan di Indonesia. Mengenai asal-usul senjata ini masih menjadi teka-teki. Namun, diduga kemunculannya telah ada sejak sebelum abad ke-15.
Asal mula penyebutan namanya diperkirakan berasal dari kalimat bahasa Jawa “Mlungker-mlungker kan bisa ngiris”, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti benda berliku-liku yang bisa mengiris.
Relief yang menggambarkan senjata ini juga telah ditemukan di Candi Borobudur (abad ke-8) dan juga Candi Prambanan (abad ke-9). Bentuknya tidak tampak sama dengan jenis keris pada umumnya, di relief tersebut digambarkan bentuk tegak dan tidak simesteris.
Pembuatan senjata tajam ini diduga terinspirasi dari Kebudayaan Dongson (Vietnam) dan Tiongkok Selatan. Kebudayaan Dongson telah masuk ke Indonesia sejak zaman perundagian, dan terdapat beberapa peninggalannya yang berupa senjata tajam.
Jenis Keris
Keris Bali memiliki ukuran yang lebih kecil dari keris Jawa namun lebih terlihat artistik karena biasanya terdapat ukiran-ukiran khas Bali. Sedangkan keris Jawa memiliki ukuran lebih besar dariapda keris Bali namun cenderung polos.
Keris Jawa Tengah terlihat lebih detail karena menggunakan bahan baku 19 logam terbaik agar bisa awet sampai ratusan tahun. Dalam pembuatan keris Jawa Tengah, sang Mpu diduga mampu merasakan bahan logam yang baik dan berkualitas meskipun pada saat itu belum ada peneliti logam.
Keris kuningan memiliki warna logam yang dominan kuning, karena itu dinamakan dengan keris kuningan. Sampai saat ini keris kuningan masih mudah untuk kita dapatkan.
Sama halnya dengan jenis keris lainnya, keris melayu juga penuh dengan nilai-nilai estetika. Hulu keris melayu berukuran sekitar 15 cm, mata keris melayu terkesan lurus dan bergelombang didukung dengan pamor yang indah.
Perkembangan Fungsi Senjata Keris
Dahulu kala senjata ini difungsikan sebagai senjata perang atau senjata untuk memusnahkan seseorang. Kalian pernah mendengar cerita keris Mpu Gandring yang digunakan oleh Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung bukan? Seperti itulah fungsinya di masa lalu. Selain itu, senjata ini juga digunakan sebagai sesembahan atau sesajian dan upacara ritual. senjata ini juga bisa menjadi simbol kebesaran para raja atau pemimpin terdahulu.
Namun, seiring berkembangnya zaman fungsi pusaka ini semakin diperhalus. Pusaka ini tidak lagi digunakan sebagai senjata perang atau alat membunuh. Meskipun saat ini sebagian orang masih menyimpan keris yang dianggap sakral dan ghaib dari leluhur mereka, namun banyak juga orang pada zaman sekarang yang menggunakan pusaka ini sebagai simpanan atau pajangan.
Dalam budaya Jawa, keris masih digunakan sebagai pelengkap beskap, busana khas Jawa yang biasanya digunakan dalam acara-acara resmi atau sebagai kostum pengantin pria dalam adat Jawa. benda ini biasanya diletakkan di belakang atau punggung.
Sementara di Kalimantan, Sumatera dan wilayah bagian Asia Tenggara seperti Filipina, Brunei dan Malaysia digunakan dalam upacara-upacara ritual kebesaran.
Bagian-Bagian Senjata Tradisional Keris
Keris dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu Hulu, Warangka, dan Wilah. Masing-masing penjelasannya ada di bawah ini:
Hulu (Pegangan)
Hulu merupakan bagian atas yang digunakan sebagai pegangan. Biasanya hulu keris terbuat dari gading, tulang, logam atau kayu. Kayu merupakan bahan yang paling sering dipakai untuk bagian hulu.
Hulu dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk. Di Bali, hulu biasanya berbentuk dewa, raksasa, penari, atau raksasa dan terkadang diberi hiasan berupa batu mulia atau emas.
Sedangkan di Jawa, sebagian besar hulu bentuknya terdiri dari sirah wingking (kepala belakang), bathuk (kepala depan), cethek, cigir, jiling, weteng dan bungkul atau menyerupai manusia.
Warangka (Sarung)
Warangka difungsikan sebagai pembungkus. Karena warangka merupakan bagian depan yang langsung terlihat mata, warangka biasanya dijadikan sebagai cerminan status sosial bagi pemiliknya.
Warangka mempunyai dua macam bentuk yaitu warangka ladrang dan warangka gayaman. Warangka ladrang dipakai dalam upacara resmi sebagai penghormatan. Sedangkan warangka gayaman dipakai untuk keperluan harian.
Warangka memiliki dua bagian yaitu gandar dan pendok. Gandar ada di bagian dalam dan berfungsi sebagai pembungkus bilah. Gandar ini nantinya akan dilapisi dengan pendok yang diukir sedemikian rupa hingga nampak indah.
Wilah (bilah)
Wilah atau bilah merupakan bagian utama dari senjata ini. Bilah adalah bagian logam yang ditempa hingga menjadi senjata tajam. Wilah ini yang akan digabungkan dengan hulu. Sedangkan warangka terpisah.
Nilai Estetika Keris
Menurut UNESCO, nilai estetika senjata ini meliputi dhapur, pamor dan tangguh. Berikut penjelasannya:
- Dhapur adalah istilah yang berasal dari bahasa Jawa untuk menyebut model atau bentuk keris. Pada setiap keris terdapat hiasan atau ornamen yang membuatnya berbeda satu sama lain.
- Pamor berasal dari hasil tempa yang dilakukan berulang kali pada logam keris dan membentuk sebuah pola hias yang unik.
- Tangguh merupakan proses interpretasi dari sebuah keris mengenai asal-usul dan umurnya. Semakin tua umurnya maka akan semakin tinggi nilai estetikanya.
Pusaka Legendaris di Indonesia
Sebagai salah satu warisan budaya yang berasal dari Indonesia dan masih ada eksistensinya hingga saat ini, tentu saja banyak sekali keris legendaris yang terkenal sakti mandraguna peninggalan leluhur terdahulu. Beberapa diantaranya adalah Pusaka Mpu Gandring, Setan Kober, Nagasara Sabuk Inten, Condong Campur dan Sengkelat. Berikut masing-masing penjelasannya:
- Pusaka Mpu Gandring
Senjata ini merupakan senjata pusaka yang terkenal dari jaman singasari. Ken Arok menggunakan senjata ini untuk memusnahkan Tunggul Ametung. Senjata ini juga terkenal dengan kutukannya yang akan menghancurkan Ken Arok beserta tujuh turunannya.
- Pusaka Setan Kober
Pusaka ini adalah milik Adipati Jipang, Arya Penangsang, Murid kesayangan Sunan Kudus. Pusaka ini ia gunakan saat berperang melawan Sutawijaya. Namun hingga saat ini belum diketahui bentuknya seperti apa.
- Pusaka Kyai Sengkelat atau Keris Sengkelat
Yang terkenal dari pusaka ini adalah sang Mpunya yaitu Mpu Supa. Mpu Supa terkenal setelah berhasil merebut kembali pusaka miliknya dari tangan Prabu Kertabumi atau Brawijaya-V. Dari situlah pusaka tersebut dikenal dengan kisah kesatrianya.
- Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten
Pusaka ini terkenal dari cerita silat karya S.H Mintaraja. Diceritakan keris ini merupakan pusaka yang diburu oleh Mahesa Jenas, Murid Syekh Siti Jenar. Konon, siapa yang berhasil menemukan pusaka tersebut akan menjadi pewaris sah Kerajaan Demak.
- Pusaka Kyai Condong Campur
Pusaka ini merupakan pusaka legendaris milik Kerajaan Majapahit yang sering disebutkan dalam legenda.
Kesimpulan
Keris merupakan salah satu budaya Nusantara yang berbentuk senjata. Senjata ini telah mengalami perkembangan fungsi sesuai dengan zaman. Dahulu pusaka ini sering kali digunakan untuk perang atau membunuh seseorang. Saat ini, pusaka ini tidak lagi digunakan sebagai senjata perang melainkan sebagai pajangan atau simpanan. Banyak sekali kisah-kisah legendaris yang sering kita dengar terkait dengan eksistensinya. Bahkan hingga saat ini masih banyak orang yang menganggap senjata ini sebagai benda yang sakral dan memiliki kekuatan ghaib. Namun, terlepas dari segala mitos seramnya, segala bentuk kebudayaan tersebut patut kita jaga dan kita lestarikan.
Baca juga: Kapak Corong: Peninggalan Sejarah Zaman Perunggu
Tidak ada komentar