Halo anak Nusantara! Selain di Pulau Jawa, perkembangan kerajaan Islam juga terjadi di Maluku. Salah satu kerajaan bercorak Islam tertua di Maluku adalah Kerajaan Ternate. Ingin tahu lebih dalam tentang kerajaan ini? Yuk, ikuti Munus untuk membahas lebih jauh tentang kerajaan ini!
Sejarah Kerajaan Ternate
Daftar Isi
Kerajaan ini berdiri sejak abad ke 13 Masehi. Pendiri Kerajaan Ternate adalah Momole Ciko yang bergelar Baab Mashur Malamo. Pada awalnya, kerajaan ini belum bercorak Islam. Kerajaan ini berasal dari empat kampung di Ternate, Maluku Utara yang berkesepakatan untuk membuat kerajaan gabungan antara keempat kampung tersebut. Meskipun kalian sering mendengar tentang nama Kerajaan Ternate dan Tidore, perlu diperhatikan bahwa kedua kerajaan ini berbeda.
Agama Islam mulai masuk ke Ternate pada abad ke 14. Raja pertama yang memeluk agama Islam secara resmi adalah Kolano Marhum (1432-1486 M). Penyebaran agama Islam yang terjadi di Ternate tidak lepas dari pengaruh para sunan yang datang dari pulau Jawa. Para sunan yang berkunjung ke Ternate mengajarkan masyarakat setempat untuk membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab. Oleh karena itu, keluarga kerajaan menjadi semakin tertarik dengan agama Islam.
Ketika takhta kerajaan diwariskan kepada Zainal Abidin (1486-1486 M), Kerajaan Ternate mulai menerapkan hukum-hukum Islam. Salah satu contohnya adalah penggantian gelar raja menjadi sultan.
Kesultanan Ternate berulang kali berkonflik dengan para penjajah, mulai dari Portugis sampai Belanda yang berlangsung berabad-abad lamanya. Kerajaan ini kemudian mengakui kekalahan dan takluk pada kekuasaan penjajah.
Raja-Raja Kerajaan Ternate
Berikut adalah daftar nama raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Ternate :
- Baab Mashur Malamo (1257-1277 M)
- Jamin Qadrat (1277-1284 M)
- Komala Abu Said (1284-1298 M)
- Bakuku (Kalabata) (1298-1304 M)
- Ngara Malamo (Komala) (1304-1317 M)
- Patsaranga Malamo (1317-1322 M)
- Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) (1322-1331 M)
- Panji Malamo (1331-1332 M)
- Syah Alam (1332-1343 M)
- Tulu Malamo (1343-1347 M)
- Kie Mabiji (Abu Hayat I) (1347-1350 M)
- Ngolo Macahaya (1350-1357 M)
- Momole (1357-1359 M)
- Gapi Malamo I (1359-1372 M)
- Gapi Baguna I (1372-1377 M)
- Komala Pulu (1377-1432 M)
- Marhum (Gapi Baguna II) (1432-1486 M)
- Sultan Zainal Abidin (1486-1500 M)
- Sultan Bayanullah (1500-1522 M)
- Sultan Hidayatullah (1522-1529 M)
- Sultan Abu Hayat II (1529-1533 M)
- Sultan Tabariji (1533-1534 M)
- Sultan Khairun Jamil (1535-1570 M)
- Sultan Babullah Datu Syah (1570-1583 M)
- Sultan Said Barakat Syah (1583-1606 M)
- Sultan Mudaffar Syah I (1607-1627 M)
- Sultan Hamzah (1627-1648 M)
- Sultan Mandarsyah (1648-1650 M) (masa pertama)
- Sultan Manila (1650-1655 M)
- Sultan Mandarsyah (1655-1675 M) (masa kedua)
- Sultan Sibori (1675-1689)
- Sultan Said Fatahullah (1689-1714 M)
- Sultan Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin (1714-1751 M)
- Sultan Ayan Syah (1751-1754 M)
- Sultan Syah Mardan (1755-1763 M)
- Sultan Jalaluddin (1763-1774 M)
- Sultan Harunsyah (1774-1781 M)
- Sultan Achral (1781-1796 M)
- Sultan Muhammad Yasin (1796-1801 M)
- Sultan Muhammad Ali (1807-1821 M)
- Sultan Muhammad Sarmoli (1821-1823 M)
- Sultan Muhammad Zain (1823-1859)
- Sultan Muhammad Arsyad (1859-1876)
- Sultan Ayanhar (1879-1900)
- Sultan Muhammad Ilham (Kolano Ara Rimoi) (1900-1902)
- Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1902-1915)
- Sultan Iskandar Muhammad Djabir Sjah (1929-1975)
- Sultan Haji Mudaffar Syah (Mudaffar Syah II) (1975-2015)
- Sultan Hidayatullah Syah bin Mudaffar Syah (penobatan 18 Desember 2021)
Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate mengalami masa kejayaan pada abad Ke 15. Kerajaan mengalami perkembangan di pelayaran dan perdagangan karena banyaknya rempah-rempah yang dimiliki alam Ternate. Keberadaan Portugis mengancam kestabilan hidup kerajaan sehingga muncul banyak perlawanan kepada Portugis. Hal ini karena Portugis berusaha untuk melakukan monopoli perdagangan di Ternate.
Selain mengganggu perdagangang, Portugis juga membangun Benteng Sao Paulo di Ternate. Hal ini menyebabkan keamanan Ternate terancam. Seiring berjalannya waktu, Portugis akhirnya dapat dikalahkan dalam perang dan meninggalkan Ternate pada tahun 1577 ketika Sultan Baabullah berkuasa. Kemenangan ini adalah kemenangan pertama dari masyarakat Nusantara melawan penjajah.
Sultan Baabullah mengantarkan Kerajaan Ternate ke masa kejayaan. Kerajaan dapat menguasai wilayah di sekitar Ternate mencakup Maluku, Sulawesi Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, bagian selatan Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall yang berada di Pasifik. Sultan Baabullah bahkan mendapat julukan sebagai Penguasa 72 Pulau, semua pulau tersebut berpenghuni.
Keruntuhan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate menjadi semakin lemah setelah Sultan Babullah meninggal. Hal ini dimulai dengan Ternate yang meminta bantuan kepada Belanda karena selalu kalah ketika melawan Portugis. Portugis kemudian bersekutu dengan Spanyol untuk menaklukan Maluku.
Karena kondisi yang sangat tidak menguntungkan bagi Kerajaan Ternate, maka Ternate meminta bantuan Belanda meskipun dengan bayaran yang besar pula. Mudaffar Syah I kemudian menandatangani kontrak dengan VOC karena berhasil memukul mundur Portugis dan Spanyol. Perjanjian tersebut menandakan bahwa VOC berhak untuk memonopoli perdagangan di Ternate. Belanda juga membangun Benteng Oranje sebagai bentuk kekuasaan di Maluku.
Beberapa bangsawan dan rakyat yang merasa tidak puas dengan perjanjian ini kemudian mulai melancarkan perlawanan. Seiring melemahnya pengaruh sultan, kekuasaan Belanda menjadi semakin kuat. Hal ini membuat rakyat Ternate hidup dalam kesengsaraan. Perlawanan terus dilancarkan oleh rakyat dan bangsawan.
Muhammad Nurul Islam atau Sultan Sibori kemudian melakukan kerja sama dengan Kerajaan Mindanao (Filipina) untuk mengalahkan Belanda. Perlawanan ini dapat dipatahkan oleh Belanda, karena Belanda sudah berhasil menguasai beberapa wilayah di Filipina terlebih dahulu. Tanggal 7 Juli 1683, Sultan Sibori menyerah, diasingkan ke Batavia, dan terpaksa menandatangani perjanjian dengan VOC yang menandai berakhirnya kedaulatan Kerajaan Ternate.
Mulai saat itu, Kesultanan Ternate sepenuhnya dikendalikan oleh VOC. Sejak tahun 1690, Kerajaan Ternate dijalankan para Bobato atau pejabat pelaksana peraturan yang ditunjuk oleh Belanda. Saat ini gelar Sultan Ternate dipegang oleh Sultan Hidayatullah Syah bin Mudaffar Syah yang baru dinobatkan pada 18 November 2021.
Peninggalan Kerajaan Ternate
Sebagai bukti keberadaan kerajaan, berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan Ternate :
- Keraton Kesultanan Ternate
Keraton Kesultanan Ternate adalah salah satu bangunan peninggalan yang sampai saat ini masih berdiri dan dapat kalian kunjungi. Bangunan terletak di tengah kota Ternate dan menghadap ke arah laut berada. Keraton ini mengambil gaya arsitektur Tiongkok yang dipadukan dengan gaya bangunan lokal.
Keraton sudah mengalami pemugaran dari bentuk semulanya dan juga dipelihara terus menerus oleh pemerintah setempat karena Keraton Ternate ditetapkan sebagai cagar budaya Ternate. Baik warga lokal dan wisatawan luar daerah dapat mengunjungi cagar budaya ini.
Bukti betapa kaya kerajaan ini dapat terlihat dari interior keraton yang dihiasi dengan emas. Pada salah satu ruang tidur, ditunjukkan sebuah sulaman benang emas dan pakaian yang terlihat sangat mewah. Di dalam keraton, terdapat juga peninggalan seperti kalung, giwang, cincin, gelang, dan mahkota.
- Masjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate adalah masjid bersejarah yang ada di Ternate. Pembangunan masjid sudah dirintis oleh Sultan Zainal Abidin. Beberapa sumber juga mengatakan bahwa masjid ini sudah berdiri dari abad ke 17.
Saat ini, masjid Sultan Ternate menjadi tempat ibadah bagi warga Maluku Utara. Beberapa acara atau tradisi bahkan masih dilestarikan dan dilakukan sampai saat ini.
- Makam Sultan Babullah
Peninggalan selanjutnya adalah Makam Sultan Baabullah, raja yang berkuasa pada tahun 1570-1583. Makam beliau terdapat di Puncak Bukit Foramadiahi, sebuah kampung tertinggi dan tertua yang ada di Ternate. Bagi kalian yang ingin mengunjungi makam beliau, kalian perlu mendaki Gunung Gamalama terlebih dahulu sejauh 1 km. Makam Sultan Babullah masih sering menjadi tempat ziarah sampai saat ini. Selain itu, nama Sultan Babullah diabadikan sebagai nama bandara di Ternate.
- Benteng Tolukko
Benteng Tolukko adalah benteng yang dibangun oleh Portugis pada masa penjajahan. Benteng ini dulunya menjadi tempat pertahanan Portugis dalam menguasai rempah-rempah serta menunjukkan dominasi di antara bangsa Eropa lainnya. Sampai saat ini, benteng Tolukko masih dirawat dengan baik. Suasananya yang asri membuat benteng ini sangat direkomendasikan bagi kalian yang ingin berwisata sekaligus mengenal sejarah.
Baca Juga : Mengenal Kerajaan Pajang : Letak, Raja, & Peninggalannya
Demikian penjelasan Museum Nusantara mengenai sejarah, raja raja, masa kejayaan Ternate dan peninggalan dari Kerajaan Ternate. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat untuk kalian!
Tidak ada komentar