1. Biografi

Raja Hayam Wuruk, Raja pada Masa Kejayaan Majapahit

Halo anak Nusantara! Pada zaman dahulu, Indonesia terbagi dalam banyak. Salah satu kerajaan yang terkenal adalah Kerajaan Majapahit. Kejayaan Majapahit tidak lepas dari peran Raja Hayam Wuruk. Ia adalah sosok raja yang membuat Majapahit menjadi salah satu kerajaan terbesar pada masanya. Seperti apa kisahnya? Yuk ikuti pembahasannya bersama Museum Nusantara!

Asal Usul Raja Hayam Wuruk

Hayam Wuruk lahir sekitar tahun 1334. Raja Hayam Wuruk merupakan raja dari kerajaan Majapahit yang memerintah mulai dari tahun 1350 sampai 1389 dengan gelar Maharaja Sri Rajasanagara. Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahannya.

Arti dari nama Hayam Wuruk sendiri adalah ayam yang terpelajar. Ia lahir dari pasangan Tribhuwana Tunggadewi, penguasa ketiga Majapahit sekaligus putri dari Raden Wijaya (pendiri Majapahit), dengan Cakradhara atau Sri Kertawardhana yang pada saat itu menjadi penguasa Tumapel (saat ini bernama Malang).

Menurut kitab Kakawin Negarakertagama yang ditulis Prapanca, Raja Hayam Wuruk lahir bersamaan dengan gempa bumi di Pabanyu Pindah serta letusan Gunung Kelud. Ketika Hayam Wuruk lahir, peristiwa ini bertepatan dengan Gajah Mada yang mengucapkan Sumpah Palapa.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Hayam Wuruk juga memiliki bernama Dyah Nertaja yang menguasai wilayah Kerajaan Pajang, serta adik angkat perempuan bernama Indudewi yang menguasai Lasem. Hayam Wuruk kemudian menikah dengan Sri Sudewi yang bergelar Paduka Sori.

Dari permaisuri Sri Sudewi, Hayam Wuruk dianugerahi Kusumawardhani. Kusumawardhani kemudian menikah dengan putra Dyah Nertaja Bhre Pajang yang bernama Wikramawardhana. Raja Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selirnya. Putra Hayam Wuruk kemudian menjadi penguasa Wirabhumi atau Bhre Wirabhumi. Oleh karena itu, Hayam Wuruk memiliki pengaruh yang kuat di Majapahit.

Masa Pemerintahan Raja Hayam Wuruk

Menurut sejarah, Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit dengan gelar Maharaja Sri Rajasanagara mulai dari tahun 1350. Ia menjadi raja setelah Ratu Tribhuwana Tunggadewi menyerahkan takhta kerajaan pada Hayam Wuruk.

Pada saat menjadi raja, Raja Hayam Wuruk masih baru berusia 16 tahun. Meskipun begitu, Ia didampingi memerintah dengan bantuan seorang patih. Raja Hayam Wuruk memiliki patih yang bernama Gajah Mada. Mahapatih Gajah Mada memiliki peran sebagai sosok yang sudah berpengalaman dalam pemerintahan kerajaan dan kemudian membantu Hayam Wuruk dalam memerintah Majapahit.

Bersama Gajah Mada yang sudah mengasuh Hayam Wuruk sejak kecil, Kerajaan Majapahit dapat mencapai puncak kejayaannya. Hayam Wuruk membangun Majapahit menuju kejayaan dengan falsafah negara yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa” yang berarti “Meski berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada kerancuan dalam kebenaran”. Falsafah kemudian diambil oleh Indonesia sehingga saat ini Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan negara Indonesia.

Gajah Mada (Sumber : Wikipedia)

Akhir Hayat Hayam Wuruk

Ketika Hayam Wuruk dan Gajah Mada berkuasa, Majapahit tidak hanya mampu memperluas daerah kekuasaan saja, tapi juga menciptakan kehidupan yang makmur kepada masyarakatnya. Rakyat yang hidup dalam Kerajaan Majapahit dapat merasakan kesejahteraan. Selain itu, Raja Hayam Wuruk juga menaruh perhatian pada budaya. Hal ini terbukti dari banyaknya peninggalan candi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, seperti Candi Tikus dan Candi Penataran.

Tidak hanya itu, kemajuan juga dapat terlihat dalam perkembangan sastra. Terbukti dari banyak munculnya karya-karya besar seperti Kitab Negarakertagama dan Kitab Sutasoma. Kedua kitab ini menjadi kemajuan dalam bidang sastra zaman itu.

Raja Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389, ketika Ia berusia 55 tahun. Sebelum Hayam Wuruk meninggal, Patih Gajah Mada telah meninggal terlebih dahulu pada tahun 1364. Setelah kematian Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit kehilangan kekuatan. Para raja penerus tidak mampu mengembalikan kejayaan pada masa Raja Hayam Wuruk.

Seiring berjalannya waktu, keberadaan  Hindu-Budha di Nusantara semakin melemah. Kemudian Majapahit diserang oleh Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Indonesia. Penyerangan ini kemudian menyebabkan Kerajaan Majapahit runtuh.

Peninggalan Raja Hayam Wuruk

Berikut adalah beberapa peninggalan dari pemerintahan Raja Hayam Wuruk :

Candi Tikus

Candi Tikus merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang terletak di Kompleks Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Nama Candi Tikus sendiri berasal dari penemuan candi pertama kali yang pada saat itu menjadi sarang tikus.

Fungsi dari candi ini adalah untuk petirtaan atau untuk tempat pemandian bagi keluarga raja. Beberapa pakar dan sejarawan juga berpendapat bahwa candi in berfungsi sebagai tempat penyaluran air ke penduduk Trowulan serta tempat untuk menampung air. Tidak hanya itu, candi ini juga diyakini sebagai tempat pemujaan karena adanya menara di sekitar candi.

Candi Tikus (Sumber : Wikipedia)

Candi Penataran

Candi Penataran adalah peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Penataran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi yang terkenal sebagai kompleks candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini berada di lereng barat daya dari Gunung Kelud. Menurut sejarah, candi sudah dibangun sejak tahun 1200 dan kemudian digunakan sampai tahun 1415.

Oleh karena letaknya yang berada di lereng serta corak bangunannya yang menggambarkan candi pemujaan. Dalam kitab Negarakertagama, juga disebutkan bahwa Hayam Wuruk mengunjungi Candi Penataran tahun 1365 ketika sedang bertamasya mengelilingi Jawa Timur.

Candi Penataran (Sumber : Wikipedia)

Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma merupakan salah satu kitab peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Kitab ini menggunakan Bahasa Jawa Kuno. Karena kitab ini sangat terkenal, maka setengah bait yang ada di kitab ini menjai semboyan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Kitab ini menceritakan sebuah kisah tentang pangeran Sutasoma sebagai tokoh protagonisnya. Dalam Kitab Sutasoma, kita diajarkan untuk toleransi antara satu sama lain. Oleh karena itu, kutipan dari kitab karya Mpu Tantular ini menjadi semboyan Indonesia.

Potongan Kitab Sutasoma (Sumber : Wikipedia)

Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama adalah kitab peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Kitab ini adalah kitab yang sering diteliti karena kemahsyurannya. Kitab Negarakertagama ditulis pada tahun 1365 dan ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama J.L.A. Brandes pada tahun 1894.

Arti dari nama Negarakertagama sendiri adalah negara dengan tradisi/agama yang suci. Prapanca sendiri menuliskan bahwa nama kitab ini adalah Deçawarnana atau Desawarnana. Nama asli dari kitab ini banyak dilupakan oleh masyarakat dan lebih sering menyebutnya dengan Kitab Negarakertagama. Nama Negarakertagama sendiri adalah tambahan dari penyalin yang bernama Arthapamasah, kitab ini disalin ke dalam Huruf Bali di Kancana.

Kitab Negarakertagama (Sumber : Wikipedia)

Baca Juga : Gajah Mada: Pemersatu Nusantara Dalam Ikatan Sumpah

Demikian adalah penjelasan Museum Nusantara tentang awal mula sampai peninggalan dari Raja Hayam Wuruk. Meskipun Ia memerintah pada usia yang masih sangat muda, Kerajaan Majapahit mampu mencapai masa kejayaannya. 

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Raja Hayam Wuruk, Raja pada Masa Kejayaan Majapahit

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]