1. Blog

Latar Belakang, Tujuan & Dampak Agresi Militer Belanda 2

Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia tidak lekas hidup dalam ketenangan dan kebebasan. Masyarakat harus masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Salah satu peristiwa yang berusaha mengganggu kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka adalah Agresi Militer Belanda 2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang peristiwa ini, Simak penjelasannya di bawah ini  

Latar Belakang Agresi Militer Belanda 2

Konflik ini bermula ketika Indonesia dan Belanda melakukan perjanjian Renville pada 8 Desember 1947-19 Januari 1948. Setelah penandatanganan perjanjian terjadi, masih banyak perdebatan terjadi antara kedua belah pihak.

Pihak Belanda dan Indonesia membuat klaim bahwa salah satu pihak tidak menepati hasil perundingan atau melanggar perjanjian yang sudah dibuat. Alasan ini yang melatarbelakangi Belanda kembali melancarkan agresi militer pada tanggal 19 Desember 1948.

Kedua belah pihak kesulitan untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Belanda menuduh Indonesia melakukan penyusupan, penjarahan, dan penyerangan di wilayah yang menjadi hak milik Belanda. Belanda mengatakan pihak Indonesia tidak bisa mengatur tentara rakyat supaya mematuhi perjanjian.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Di sisi lain, Indonesia menganggap Belanda tidak menghormati isi perjanjian yang sudah ditandatangani. Indonesia memberikan klaim bahwa Belanda tetap melakukan politik adu domba dengan pembentukan  konferensi Federal serta Negara Federal Bandung. Indonesia juga menuduh bahwa Belanda sering melanggar batas garis militer yang sudah disepakati. 

Tujuan Agresi Militer Belanda 2

Terdapat tiga tujuan dari Agresi Militer Belanda, yaitu :

  • Menghancurkan kesatuan negara Indonesia.
  • Menguasai ibu kota negara saat itu, Yogyakarta.
  • Menangkap para pemimpin Indonesia supaya tidak terjadi perlawanan.
Pasukan Belanda pada Agresi Militer Belanda 2 (Sumber : Tribunnews Wiki)

Kronologi Agresi Militer Belanda 2

Agresi Militer Belanda 2 bermula pada tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30. Radio Antara Jakarta mengatakan dalam siaran radionya bahwa Dr. Beel, Wakil Tinggi Mahkota Belanda akan menyampaikan pidato yang penting.

Di sisi lain, Jenderal Spoor yang sudah mempersiapkan rencana penghancuran TNI selama berbulan-bulan kemudian memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda yang ada di Jawa dan Sumatera untuk melakukan penyerangan kepada Republik. Operasi ini kemudian dikenal sebagai Operasi Gagak atau Operasi Kraai.

Jenderal Spoor kemudian melakukan inspeksi serta briefing. Para pasukan Belanda ini kemudian mendarat di Maguwo, Yogyakarta. Rute penerbangan menuju Maguwo melalui Lautan Hindia. Para pasukan mulai terjun pada pukul 6.45.

 Seiring dengan penyerangan yang terjadi di Maguwo, Dr. Beel menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Perjanjian Renville pada 19 Desember 1948. Serangan ke wilayah milik Republik Indonesia yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera ini kemudian dikenal dengan Agresi Militer Belanda 2.

Belanda menganggap gerakan agresi ini sebagai Aksi Polisionil karena Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan para pejuang Indonesia adalah pengganggu keamanan yang harus ditumpas oleh aparat keamanan.

Penyerangan ke Yogyakarta, yang pada saat itu menjadi Ibu Kota Republik Indonesia, diawali dengan pengeboman di Lapangan Terbang Maguwo. Pada pukul 05.45, pasukan Belanda menghujani Lapangan Terbang Maguwo dengan bom dan tembakan dari lima pesawat Mustang serta 9 pesawat Kittyhawk.

Garis pertahanan TNI yang ada di Maguwo hanya berjumlah 150 pasukan saja, terlebih lagi pangkalan udara ini memiliki persenjataan yang terbatas berupa satu senapan anti pesawat dan beberapa senapan biasa. Hanya ada satu kompi TNI yang bersenjata lengkap di pangkalan udara.

Pertempuran yang berlangsung di Maguwo tidak berlangsung lama, pertempuran hanya terjadi selama 25 menit saja. Lapangan Udara Maguwo akhirnya berhasil jatuh ke tangan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapten Eekhout. Banyak korban berjatuhan dari TNI, sedangkan pasukan Belanda tidak ada yang menjadi korban.

Pasukan yang dipimpin oleh Kolonel D.R.A. Van Langen kemudian berkumpul di Maguwo dan mulai bergerak ke Yogyakarta. Pasukan Belanda kemudian menyerang Kota Yogyakarta dengan pengeboman terhadapa bangunan dan penerjunan pasukan.

Setelah mendengar hal ini, Panglima Besar Soedirman kemudian mengeluarkan perintah kilat yang dinyatakan melalui radio pada tanggal 19 Desember 1948. Kabinet kemudian melakukan rapat untuk menentukan tindak lanjut pada situasi ini. Keputusan yang dibuat oleh kabinet adalah pemerintah tidak pergi dari Ibu Kota.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga membuat sebuah pemerintahan darurat di Bukittinggi. Presiden kemudian memberikan surat kuasa kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran, yang saat itu ada di Bukittinggi. Mr. Syafruddin kemudian membentuk pemerintahan darurat dan membentuk kabinet darurat. 

Mr. Syafrudin Prawiranegara (Sumber : WIkipedia)

Dampak Agresi Militer Belanda 2

Tentu, Agresi Militer Belanda 2 yang terjadi di Indonesia memiliki dampak, baik bagi pihak Indonesia maupun pihak Belanda. Berikut adalah dampak dampaknya :

Dampak untuk Indonesia 

  • Beberapa tokoh pemimpin Indonesia berhasil ditangkap dan kemudian diasingkan ke luar pulau Jawa
  • Pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara
  • Banyaknya korban meninggal dunia dari pihak Tentara Negara Indonesia
  • Banyak bangunan yang hancur karena serangan dari pihak Belanda

Dampak untuk Belanda 

  • Pasukan Belanda tidak berhasil merebut Indonesia sepenuhnya karena Indonesia berhasil melakukan serangan balik
  • Belanda yang kewalahan dengan perlawanan pasukan Indonesia
  • Belanda yang mengatakan bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada berhasil dipatahkan karena TNI melakukan serangan balik kepada Belanda
  • Belanda mendapatkan kecaman dari dunia internasional karena mengancam kedaulatan Indonesia

Baca Juga : Pemberontakan DI TII : Latar Belakang & Penumpasannya

Demikian adalah penjelasan tentang latar belakang, tujuan, sampai dampak dari Agresi Militer Belanda 2 terhadap Indonesia dan Belanda. Semoga penjelasan kali ini dapat menambah wawasan kalian tentang sejarah Indonesia.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Latar Belakang, Tujuan & Dampak Agresi Militer Belanda 2

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]