Candi adalah salah satu peninggalan sejarah berbentuk bangunan yang cukup banyak tersebar di penjuru Indonesia. Salah satunya Candi Brahu yang berada di Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini terletak di situs Trowulan yang terkenal sebagai bekas ibu kota Kerajaan Majapahit.
Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas tentang sejarah, arsitektur, dan fungsi dari Candi Brahu ini. Seperti apa penjelasannya? Simak informasi selengkapnya dalam artikel di bawah ini!
Sejarah Candi Brahu
Daftar Isi
Candi Brahu adalah sebuah candi bercorak Buddha yang diperkirakan sudah ada sebelum keberadaan Kerajaan Majapahit. Letak candi Brahu berada di daerah Trowulan, Jawa Timur. Trowulan sendiri adalah bekas ibu kota dari Kerajaan Majapahit. Secara tidak langsung, candi ini termasuk ke dalam situs Trowulan.
Candi ini memiliki fungsi yang berbeda jika dibandingkan candi-candi lainnya di daerah Jawa Timur. Candi Brahu digunakan sebagai tempat ibadah. Sejak Raja Brawijaya I memimpin, candi ini sudah berdiri di lingkungan situs Trowulan. Oleh karena itu, peneliti menyebutkan bahwa candi ini adalah candi yang pertama kali dibanung di situs Trowulan, Mojokerto.
Candi Brahu adalah peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Dalam sejarah, candi ini didirikan oleh Mpu Sendok. Mpu Sendok sendiri adalah seorang raja dari Kerajaan Mataram Kuno. Catatan sejarahnya dapat dilihat di sebuah prasasti yang berjarak 45 meter di sebelah barat bangunan candi. Prasasti itu menyebutkan tentang Warahu atau Wanaru yang berarti bangunan suci yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Kara Wanaru ini kemudian dikaitkan dengan nama Brahu.
Terdapat angka tahun 861 Saka atau 9 September 939 Masehi yang tertulis pada prasasti tersebut. Selain itu, proses pembangunan candi juga disebutkan atas perintah Mpu Sendok dari Kahuripan. Dari angka tahun 939 Masehi, dapat disimpulkan bahwa candi ini memiliki usia yang lebih tua dibanding Kerajaan Majapahit. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, candi ini menjadi bangunan suci yang berfungsi sebagai tempat berdoa dan sembahyang. Buktinya banyak ditemukan beberapa benda yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Arsitektur Candi Brahu
Candi Brahu memiliki struktur bangunan khas bangunan Budha. Hal ini dapat dilihat dari stupa yang merupakan ciri khas dari bangunan dengan corak Budha. Seperti kalian ketahui, Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu. Perbedaan ciri arsitektur ini membuat Brahu terlihat dari candi-candi lainnya yang berada di Trowulan.
Candi ini diperkirakan berdiri pada abad ke 15 Masehi. Material utama candi adalah batu bata merah. Candi memiliki panjang sekitar 22,5 meter, lebar 18 meter, dan tinggi 20 meter erta menghadap ke arah barat.
Di sekitar area candi ini,terdapat juga banyak candi-candi kecil. Beberapa diantaranya masih berdiri dan yang lainnya sudah runtuh. Saat penggalian, peneliti menemukan banyak alat-alat keagamaan yang terbuat dari logam, perhiasan, arca, dan peninggalan bersejarah lainnya.
Candi Brahu terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Berikut adalah penjelasan untuk setiap bagiannya:
Bagian Kaki
Bagian kaki candi diperkirakan memiliki memiliki ukuran 17×17 meter. Bagian kaki ini memiliki bingkai bawah dan bingkai atas, bingkai atas ini adalah tempat berdiri dari tubuh candi. Bingkai ini berbentuk setengah lingkaran dan memiliki pelipit rata. Kaki candi memiliki dua tingkat, terdapat tangga yang menuju bagian dalam candi. Selasar tangga ini sudah tidak berbentuk lagi.
Bagian Tubuh
Kondisi candi saat ini merupakan hasil dari pemugaran yang dilakukan pemerintah Belanda pada zaman dahulu. Tubuh candi memiliki sudut yang tumpul dan banyak. Bagian tengah tubuh candi mengecil sehingga proporsi candi terlihat seperti pinggang manusia. Bagian depan tubuh candi memiliki lekukan yang tegas sehingga polanya semakin kentara.
Tubuh candi ini memiliki ukuran 10 x 10.5 meter dengan tinggi sekitar 9.6 meter. Jika kalian masuk ke dalam candi, kalian akan menemukan ruangan dengan luas 16 meter persegi. Lantai bagian dalam candi sudah dalam keadaan rusak, jadi kalian perlu berhati-hati. Dalam bagian dalam candi ini juga pernah ditemukan sisa-sisa arang. Sisa-sisa arang tersebut menunjukkan bahwa peninggalan ini berasal dari tahun 1410 sampai 1646 Masehi.
Bagian Atap
Bagian atap candi ini memiliki bentuk paling berbeda dari candi-candi di situs Trowulan. Candi-candi yang berada di situs Trowulan kebanyakan memiliki bentuk atap prisma atau segi empat bersusun. Candi Brahu sendiri memiliki sudut yang banyak dan bagian paling atas dari atap candi berbentuk datar. Atap ini menunjukkan ciri yang cukup jelas sebagai bukti bahwa candi ini bercorak Budha.
Candi dibangun dengan merekatkan batu-batu sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk candi yang presisi dan indah. Atap candi memiliki tinggi sekitar 6 meter. Bagian tenggara atap dihiasi dengan sebuah lingkaran yang diperkirakan adalah sisa-sisa stupa. Kondisi hiasan tersebut sudah rusak karena itu tidak jelas apa bentuk aslinya.
Fungsi Candi Brahu
Mpu Sindok sendiri menuliskan pada sebuah prasasti bertanggal 9 September tahun 939 Masehi (861 Saka) bahwa candi ini adalah tempat pembakaran jenazah para raja. Bukti tersebut dibantah karena tidak ada ditemukan satupun bekas abu mayat di bagian dalam candi. Fungsi lain dari candi ini adalah sebagai tempat ibadah dan sembahyang. Fungsi ini bertahan sampai saat ini dimana candi digunakan untuk tempat ibadah pada hari besar umat Budha di Indonesia.
Demikian penjelasan Museum Nusantara tentang Candi Brahu. Candi ini dapat dikatakan berada dalam tahap terancam karena beberapa bagiannya banyak yang hilang, baik itu karena ulah manusia atau memang termakan zaman. Semoga penjelasan kali ini membantu kalian dan meningkatkan kesadaran kita semua untuk menjaga peninggalan bersejarah!
Tidak ada komentar