1. Candi

Candi Brahu Trowulan: Sejarah, Arsitektur, Fungsi & Lokasi

Candi adalah salah satu peninggalan sejarah berbentuk bangunan yang cukup banyak tersebar di penjuru Indonesia. Salah satunya Candi Brahu yang berada di Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini terletak di situs Trowulan yang terkenal sebagai bekas ibu kota Kerajaan Majapahit.

Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas tentang sejarah, arsitektur, dan fungsi dari Candi Brahu ini. Seperti apa penjelasannya? Simak informasi selengkapnya dalam artikel di bawah ini!

Sejarah Candi Brahu

Candi Brahu adalah sebuah candi bercorak Buddha yang diperkirakan sudah ada sebelum keberadaan Kerajaan Majapahit. Letak candi Brahu berada di daerah Trowulan, Jawa Timur. Trowulan sendiri adalah bekas ibu kota dari Kerajaan Majapahit. Secara tidak langsung, candi ini termasuk ke dalam situs Trowulan.

Candi ini memiliki fungsi yang berbeda jika dibandingkan candi-candi lainnya di daerah Jawa Timur. Candi Brahu digunakan sebagai tempat ibadah. Sejak Raja Brawijaya I memimpin, candi ini sudah berdiri di lingkungan situs Trowulan. Oleh karena itu, peneliti menyebutkan bahwa candi ini adalah candi yang pertama kali dibanung di situs Trowulan, Mojokerto.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Candi Brahu adalah peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Dalam sejarah, candi ini didirikan oleh Mpu Sendok. Mpu Sendok sendiri adalah seorang raja dari Kerajaan Mataram Kuno. Catatan sejarahnya dapat dilihat di sebuah prasasti yang berjarak 45 meter di sebelah barat bangunan candi. Prasasti itu menyebutkan tentang Warahu atau Wanaru yang berarti bangunan suci yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Kara Wanaru ini kemudian dikaitkan dengan nama Brahu.

Terdapat angka tahun 861 Saka atau 9 September 939 Masehi yang tertulis pada prasasti tersebut. Selain itu, proses pembangunan candi juga disebutkan atas perintah Mpu Sendok dari Kahuripan. Dari angka tahun 939 Masehi, dapat disimpulkan bahwa candi ini memiliki usia yang lebih tua dibanding Kerajaan Majapahit. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, candi ini menjadi bangunan suci yang berfungsi sebagai tempat berdoa dan sembahyang. Buktinya banyak ditemukan beberapa benda yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.

Arsitektur Candi Brahu

Arsitektur Candi Brahu (sumber: @ki_sarwojolo on Instagram)
Arsitektur Candi Brahu (sumber: @ki_sarwojolo on Instagram)

Candi Brahu memiliki struktur bangunan khas bangunan Budha. Hal ini dapat dilihat dari stupa yang merupakan ciri khas dari bangunan dengan corak Budha. Seperti kalian ketahui, Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu. Perbedaan ciri arsitektur ini membuat Brahu terlihat dari candi-candi lainnya yang berada di Trowulan.

Candi ini diperkirakan berdiri pada abad ke 15 Masehi. Material utama candi adalah batu bata merah. Candi memiliki panjang sekitar 22,5 meter, lebar 18 meter, dan tinggi 20 meter erta menghadap ke arah barat.

Di sekitar area candi ini,terdapat juga banyak candi-candi kecil. Beberapa diantaranya masih berdiri dan yang lainnya sudah runtuh. Saat penggalian, peneliti menemukan banyak alat-alat keagamaan yang terbuat dari logam, perhiasan, arca, dan peninggalan bersejarah lainnya.

Candi Brahu terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Berikut adalah penjelasan untuk setiap bagiannya:

Bagian Kaki 

Bagian kaki candi diperkirakan memiliki memiliki ukuran 17×17 meter. Bagian kaki ini memiliki bingkai bawah dan bingkai atas, bingkai atas ini adalah tempat berdiri dari tubuh candi. Bingkai ini berbentuk setengah lingkaran dan memiliki pelipit rata. Kaki candi memiliki dua tingkat, terdapat tangga yang menuju bagian dalam candi. Selasar tangga ini sudah tidak berbentuk lagi.

Bagian Tubuh 

Kondisi candi saat ini merupakan hasil dari pemugaran yang dilakukan pemerintah Belanda pada zaman dahulu. Tubuh candi memiliki sudut yang tumpul dan banyak. Bagian tengah tubuh candi mengecil sehingga proporsi candi terlihat seperti pinggang manusia. Bagian depan tubuh candi memiliki lekukan yang tegas sehingga polanya semakin kentara.

Tubuh candi ini memiliki ukuran 10 x 10.5 meter dengan tinggi sekitar 9.6 meter. Jika kalian masuk ke dalam candi, kalian akan menemukan ruangan dengan luas 16 meter persegi. Lantai bagian dalam candi sudah dalam keadaan rusak, jadi kalian perlu berhati-hati. Dalam bagian dalam candi ini juga pernah ditemukan sisa-sisa arang. Sisa-sisa arang tersebut menunjukkan bahwa peninggalan ini berasal dari tahun 1410 sampai 1646 Masehi.

Bagian Atap

Bagian atap candi ini memiliki bentuk paling berbeda dari candi-candi di situs Trowulan. Candi-candi yang berada di situs Trowulan kebanyakan memiliki bentuk atap prisma atau segi empat bersusun. Candi Brahu sendiri memiliki sudut yang banyak dan bagian paling atas dari atap candi berbentuk datar. Atap ini menunjukkan ciri yang cukup jelas sebagai bukti bahwa candi ini bercorak Budha.

Candi dibangun dengan merekatkan batu-batu sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk candi yang presisi dan indah. Atap candi memiliki tinggi sekitar 6 meter. Bagian tenggara atap dihiasi dengan sebuah lingkaran yang diperkirakan adalah sisa-sisa stupa. Kondisi hiasan tersebut sudah rusak karena itu tidak jelas apa bentuk aslinya.

Fungsi Candi Brahu

Fungsi Candi Brahu (sumber: @enungsrioktaviani on Instagram)
Fungsi Candi Brahu (sumber: @enungsrioktaviani on Instagram)

Mpu Sindok sendiri menuliskan pada sebuah prasasti bertanggal 9 September tahun 939 Masehi (861 Saka) bahwa candi ini adalah tempat pembakaran jenazah para raja. Bukti tersebut dibantah karena tidak ada ditemukan satupun bekas abu mayat di bagian dalam candi. Fungsi lain dari candi ini adalah sebagai tempat ibadah dan sembahyang. Fungsi ini bertahan sampai saat ini dimana candi digunakan untuk tempat ibadah pada hari besar umat Budha di Indonesia.

Demikian penjelasan Museum Nusantara tentang Candi Brahu. Candi ini dapat dikatakan berada dalam tahap terancam karena beberapa bagiannya banyak yang hilang, baik itu karena ulah manusia atau memang termakan zaman. Semoga penjelasan kali ini membantu kalian dan meningkatkan kesadaran kita semua untuk menjaga peninggalan bersejarah!

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Candi Brahu Trowulan: Sejarah, Arsitektur, Fungsi & Lokasi

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]