Bali adalah salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri. Upacara adat Bali merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi pulau Dewata. Simak informasi lebih dalam tentang upacara-upacara adatnya hanya di Museum Nusantara!
7 Upacara Adat Bali yang Masih Berlangsung Sampai Saat Ini
Daftar Isi
Bali terkenal dengan upacara adatnya yang sangat menarik, bahkan menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan. Berikut adalah nama – nama upacara adat Bali yang harus kalian ketahui:
Upacara Ngaben
Upacara adat Bali Ngaben merupakan upacara yang paling terkenal. Upacara Ngaben adalah sebuah upacara pembakaran jenazah yang ditujukkan kepada pada para Leluhur (Upacara Pitra Yadnya). Tujuan pembakaran jenazah dan menghanyutkan abu ke sungai atau ke laut adalah untuk melepaskan Atma atau roh dari dunia sehingga jiwa yang sudah meninggal bersatu dengan Tuhan kembali.
Secara umum Upacara Ngaben terbagi menjadi tiga, yaitu Ngaben Asti Wedana, Ngaben Sawa Wedana, dan Ngaben Swasta. Ngaben Sawa Wedana adalah upacara pembakaran jenazah yang benar-benar masih utuh atau jenazah yang belum dikubur terlebih dahulu. Upacara ini biasanya dilakukan dengan kurun waktu sekitar 3-7 hari sampai satu bulan semenjak meninggalnya jenazah.
Supaya jenazah yang akan melalui proses Ngaben tetap awet, keluarga akan melaksanakan upacara dengan memberikan ramuan tertentu supaya jenazah tidak cepat membusuk. Keluarga jenazah akan memperlakukan jenazah seperti orang yang masih hidup, seperti memberikannya kopi dan mengganti pakaiannya. Hal ini dilakukan karena jenazah dianggap hanya tertidur sebelum rangkaian upacara Ngaben (Upacara Papegatan).
Upacara ngaben kedua adalah Ngaben Asti Wedana. Upacara Ngaben satu ini merupakan upacara pembakaran untuk jenazah yang sudah pernah dikubur. Asti Wedana disertai dengan upacara menggali kembali kuburan jenazah dan kemudian membakar tulang belulang yang masih tersisa atau sering disebut dengan Upacara Ngagah.
Terakhir adalah Upacara Ngaben Swasta. Upacara Ngaben satu ini merupakan upacara ngaben tanpa memperlihatkan jenazah atau kerangka mayat. Upacara ini dilakukan biasanya karena berbagai hal, seperti meninggal di luar negeri atau jenazah yang tidak ditemukan. Biasanya jenazah akan disimbolkan dengan kayu cendana yang sudah dilukis sebagai badan kasar dari jiwa orang yang bersangkutan.
Upacara Melasti
Upacara adat Bali kedua adalah Upacara Melasti. Upacara satu ini merupakan upacara penyucian diri sendiri dan benda-benda sakral milik Pura. Masyarakat yang beragama Hindu percaya bahwa sumber air, seperti laut, danau dan sungai merupakan sumber kehidupan yang juga sering disebut sebagai tirta amerta. Masyarakat akan datang berbondong-bondong menuju sumber air atau laut dengan mengenakan pakaian putih serta membawa perlengkapan sembahyang dan pratima, benda atau patung yang disakralkan.
Upacara ini bertujuan untuk mengikuti ajaran Dewa atau manifestasi Tuhan serta meningkatkan kesadaran umat Hindu untuk mengembalikan kelestarian alam. Kalian dapat melihat Upacara Melasti sekitar 3 atau 4 hari sebelum perayaan Nyepi berlangsung dan menginap di hotel yang tidak jauh dari Pura-Pura yang cukup besar di sekitar Kuta atau Uluwatu.
Omed-Omedan
Upacara berikutnya adalah Omed-omedan. Omed-omedan sendiri adalah sebuah upacara yang dilakukan para muda-mudi yang berumur 17-30 tahun dan belum menikah. Upacara ini dilaksanakan setelah hari raya Nyepi dalam rangka menyambut tahun baru Saka.
Omed-omedan berarti tarik-tarikan. Para muda-mudi yang terdiri dari 40 pria dan 60 wanita akan saling tarik menarik menggunakan tangan kosong dan kemudian disirami air. Prosesi awal dimulai dengan sembahyang bersama memohon keselamatan. Setelah itu, peserta akan dibagi sesuai kelaminnya.
Kedua kelompok ini kemudian mengambil posisi saling berhadapan. Setelah sesepuh memberikan aba-aba, dua kelompok tersebut akan tarik menarik satu sama lain. Biasanya kalian dapat menyaksikan upacara adat Bali ini di daerah Denpasar dan berlangsung sampai sore hari.
Upacara Saraswati
Upacara adat Bali selanjutnya adalah Upacara Saraswati. Upacara satu ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali sesuai kalender Bali, tepatnya pada hari Sabtu Umanis Watugunung. Masyarakat melakukan pemujaan kepada Dewi Saraswati sebagai dewi ilmu pengetahuan dan seni yang dipercaya membawa pengetahuan ke bumi sehingga semua manusia di bumi menjadi memiliki pengetahuan dan terpelajar.
Rangkaian upacara ini biasanya meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, seperti mendoakan buku atau kitab. Kalian juga dapat menyaksikan pentas seni tari, pembacaan cerita sampai malam sastra yang berlangsung semalam penuh.
Otonan
Upacara Otonan adalah sebuah upacara adat Bali untuk merayakan ulang tahun kelahiran seorang anak. Upacara ini dilakukan setiap 6 bulan sekali. Upacara Otonan pertama biasanya akan diadakan dengan meriah bersamaan dengan ritual potong rambut untuk membersihkan kotoran yang terdapat pada kulit kepala.
Upacara satu ini memiliki tujuan untuk menebus kesalahan dan menghilangkan keburukan yang ada pada kehidupan sebelumnya dengan harapan supaya kehidupan sekarang menjadi hidup yang lebih sempurna. Pelaksanaan Otonan dipimpin oleh pendeta, pemangku agama, atau tetua yang ada dalam keluarga sebagai bentuk rasa syukur kepada Hyang Widhi atas berkah yang sudah diberikan.
Tumpek Landep
Upacara Adat Bali selanjutnya adalah Tumpek Landep. Tumpek Landep sendiri adalah sebuah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Bali dalam rangka untuk memohon keselamatan kepada Dewa Senjata yang bernama Pasupati.
Tumpek Landep dilaksanakan setiap 6 bulan sekali pada saat Saniscara Kliwon wuku Landep. Upacara akan dipimpin oleh pemuka agama dan biasanya dilakukan di Pura. Semua senjata atau barang barang sakral yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan akan memberi berkah pada pemiliknya.
Mepandes
Upacara adat Bali terakhir pada artikel kali ini adalah upacara Mepandes. Upacara Mepandes merupakan upacara adat di Bali yang harus dilakukan jika seorang anak sudah mencapai usia dewasa. Upacara Mepandes atau upacara potong gigi ini memiliki arti sebagai pembayaran hutang oleh orang tua kepada si anak karena sudah bisa menghilangkan enam sifat buruk dalam diri manusia. Upacara ini dimulai dengan mengikis 6 bagian atas yang berbentuk taring supaya mengurangi sifat buruk yang ada dalam sang anak dan harapan supaya anak tetap melakukan kebaikan sampai kapanpun.
Baca Juga: Upacara Melasti, Aktivitas Religi Sebelum Hari Raya Nyepi
Demikian pembahasan Museum Nusantara kali ini tentang 7 upacara adat Bali yang masih berlangsung sampai saat ini. Sebagai masyarakat Indonesia, kita tidak boleh melupakan berbagai budaya yang ada, karena jika bukan kita, siapa lagi? Semoga penjelasan kali ini bermanfaat untuk kalian.
Tidak ada komentar