Indonesia sudah berdiri selama 76 tahun. Selama 76 tahun tersebut, banyak terjadi peristiwa yang terukir dalam sejarah negara Indonesia. Terdapat beberapa sejarah yang membawa bahagia serta beberapa sejarah yang menorehkan luka. Salah satu peristiwa sejarah yang menorehkan luka di Indonesia adalah Peristiwa G30S PKI.
Melalui artikel ini, Museum Nusantara akan membawa kalian untuk lebih dalam mengenal tentang sejarah, latar belakang, kronologi, serta dampak dari peristiwa G30S PKI.
Sejarah Peristiwa G30S PKI
Daftar Isi
G30 S PKI adalah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Gerakan ini melakukan penangkapan terhadap para petinggi TNI AD. D.N. Aidit adalah sosok yang memprakarsai gerakan 30 September ini, saat itu Ia juga menjabat sebagai ketua Partai Komunis Indonesia (PKI).
Gerakan ini didasari oleh tujuan PKI yang ingin menggulingkan Soekarno dari pemerintahan dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang menggunakan sistem komunis. Letkol Untung yang merupakan anggota pasukan Cakrabirawa (Pasukan Pengawal Presiden) memimpin penculikan terhadap tujuh orang anggota TNI AD yang kemudian dikenang sebagai Pahlawan Revolusi.
Empat dari anggota TNI dibunuh di kediaman mereka masing-masing, sedangkan tiga lainnya dibunuh di Lubang Buaya. Sebagai cara untuk menghilangkan jejak, pasukan G30S memasukkan mayat para anggota TNI AD tersebut ke dalam sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta TImur.
Latar Belakang Peristiwa G30S PKI
Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S PKI adalah dominasi dari ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme atau NASAKOM ketika Presiden Soekarno berkuasa pada tahun 1959 sampai 1965. Pertumbuhan ideologi NASAKOM menyebar dengan cepat dalam masyarakat karena pada saat itu Indonesia sedang mengalami kondisi ekonomi yang buruk.
PKI memiliki tujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Angkatan Darat yang menentang ideologi komunisme dan berusaha untuk mempertahankan ideologi Pancasila. Terlebih lagi, kekuatan TNI AD berada di atas PKI. Sebagai hasilnya, langkah-langkah PKI untuk memperkuat posisi dalam politik Indonesia selalu dihalangi oleh TNI AD.
Selain itu, hubungan Soekarno dengan PKI juga semakin dekat karena adanya konflik Indonesia dengan Malaysia. Soekarno memerintahkan tentara Indonesia untuk menyerang Malaysia, karena pihak Malaysia diyakini melakukan penghinaan pada lambang negara Indonesia.
Ahmad Yani menolak perintah ini karena Indonesia masih belum siap untuk berperang melawan Malaysia yang pada saat itu masih mendapat bantuan dari Inggris. Meskipun begitu, A.H. Nasution menyetujui perintah tersebut. Perang tersebut tidak berjalan dengan baik dan Indonesia menelan kekalahan. Presiden Soekarno yang kecewa kemudian mencari dukungan ke PKI.
Kronologi Peristiwa G30S PKI
Penyebaran ideologi komunis dalam masyarakat terjadi sangat cepat. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dari kelompok anti komunis. Persaingan antara elit politik nasional menjadi semakin panas. Selain kabar tentang penyebaran paham komunisme, muncul juga desas desus yang menyangkut kesehatan Jenderal Angkatan Darat dan Presiden Soekarno
Dalam kecurigaan tersebut, Letkol Untung dari Resimen Cakrabirawa memimpin sekelompok pasukan untuk melakukan aksi bersenjata. Pasukan ini menuju ke rumah-rumah petinggi TNI AD dan menculik mereka sampai pada akhirnya dibunuh. Terdapat enam petinggi TNI AD yang gugur dalam peristiwa ini, antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Suprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan.
Kepala Staf TNI AD, A.H. Nasution sebenarnya menjadi target dari peristiwa G30S PKI, tapi beliau berhasil melarikan diri. Korban lain yang ikut gugur dalam peristiwa ini adalah ajudan Jenderal A.H. Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun. Putri bungsu dari Jenderal A.H. Nasution yang bernama Ade Irma juga turut terbunuh dalam peristiwa ini.
Mayat para petinggi TNI AD tersebut kemudian dibawa ke daerah Lubang Buaya dan dibuang ke dalam sebuah sumur tua. Lokasi ini kemudian diresmikan sebagai monumen revolusi, sebagai bentuk penghormatan kepada para anggota TNI AD yang terbunuh dalam gerakan 30 September 1965.
Dampak Peristiwa G30S PKI
Peristiwa G30S PKI memberikan dampak yang cukup besar bagi negara Indonesia, berikut adalah dampak politik, ekonomi dan sosial dari peristiwa ini
Politik
- Presiden Soekarno kehilangan popularitasnya.
- Terjadinya pertentangan dalam lembaga negara.
- Munculnya demonstrasi rakyat dan mahasiswa yang menuntut untuk membubarkan PKI, membersihkan kabinet dari simpatisan PKI, dan menurunkan harga.
- Pemerintah melakukan reshuffle kabinet.
- Munculnya Surat Perintah Sebelas Maret yang memberikan perintah kepada Letjen Soeharto untuk melakukan tindakan supaya tercipta keadaan yang aman untuk jalannya pemerintahan.
- PKI dilarang di Indonesia.
- Pergantian dari Orde Lama ke Orde Baru.
Ekonomi
- Pemerintah menaikkan harga bahan bakar empat kali lipat lebih mahal
- Kenaikan harga barang yang tidak terkendali
- Pemerintah melakukan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru, yang awalnya Rp 1000 menjadi Rp 100.
Sosial
- Dugaan terjadinya pelanggaran HAM pada peristiwa G30S PKI.
- Terjadinya pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh sebagai komunis.
- Munculnya diskriminasi serta kebencian kepada keturunan orang-orang yang dituduh sebagai komunis.
Mengenang Peristiwa G30S PKI
Peristiwa G30S PKI kemudian selalu diperingati pada tanggal 30 September, dan tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Presiden Soeharto juga menggagas pembangunan Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur sebagai bentuk penghormatan kepada ketujuh Pahlawan Revolusi.
Selain itu, peristiwa ini juga terekam dalam sebuah film dokudrama berjudul Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. Film ini diduga sebagai bentuk propaganda politik karena film ini selalu ditayangkan di TVRI pada tanggal 30 September dan menjadi tontonan wajib anak sekolah.
Setelah Presiden Soeharto lengser dari jabatannya, pemutaran film yang disutradarai oleh Arifin C. Noer ini berhenti dilakukan. Hal ini terjadi karena masyarakat mulai menganggap bahwa film tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Baca Juga : Monumen Pancasila Sakti, Saksi Bisu Peristiwa G30S PKI
Guru terbaik adalah pengalaman. Pengalaman Indonesia yang terjadi di masa lalu biar menjadi pelajaran bagi kita generasi penerus. Kejadian serupa tidak perlu untuk kembali terulang di masa depan. Kita harus saling menghargai satu sama lain serta menerima perbedaan yang kita miliki, baik dari ideologi maupun secara fisik.
Tidak ada komentar