Museum adalah salah satu destinasi wisata yang kerap menjadi pilihan keluarga dan juga Anak Nusantara. Itu karena museum tidak hanya menjadi tempat melepas lelah namun juga sebagai tempat menambah wawasan. Tahukan Anda bahwa museum tidak hanya sebagai tempat untuk menyimpan cerita dan peninggal sejarah. Namun, museum juga digunakan untuk menyimpan koleksi seni keramik. Di Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik sudah lama ada di daerah Kota Tua.
Museum Keramik Kota Tua dibangun untuk menjadi pusat pelestarian seni Indonesia. Bagi Anak Nusantara maupun turis yang ingin berwisata seni dan budaya tentu bisa berkunjung ke museum keramik Kota Tua.
Sejarah Museum
Daftar Isi
Gedung dengan arsitektur bangunan Romawi bergaya Neo Klasik memiliki delapan tiang besar pada depan bangunan, arsitektur oleh W.H.F.H van Raders. Permulaan sejarah Museum Seni Rupa dan Keramik dimulai dari bangunannya. Berdiri sejak Januari 1870, digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia. Juga bisa disebut dengan bahasa Belanda yaitu Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kesteel Batavia. Namun Jepang berhasil mengambil alih gedung Museum Seni Rupa dan Keramik sekitar tahun 1944. Setelah itu gedung museum keramik dijadikan sebagai asrama militer milik Jepang.
10 Januari 1972 Museum Seni Rupa dan Keramik dijadikan bangunan bersejarah dan juga sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh negara. Kegunaannya juga dimanfaatkan sebagai Kantor Walikota Jakarta Barat saat itu. Perjalanan gedung Museum Keramik tidak berhenti. Hingga Soeharto menjabat sebagai Presiden RI gedung ini diresmikan sebagai Balai Seni Rupa pada tanggal 20 Agustus 1976.
Maju ke tanggal 10 Juni 1977, Gubernur Ali Sadikin saat itu meresmikan gedung Balai Seni Rupa sebagai Museum Keramik. Jadi tidak hanya menyimpan beragam karya seni rupa, tetapi juga beragam karya keramik. Lalu gedung ini dipersiapkan dan dilengkapi dengan beragam benda untuk menambah koleksi hingga menjadi museum yang bukan lagi sebagai balai. Hingga akhirnya, pada tahun 1990 Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta meresmikan gedung itu menjadi gedung Museum Seni Rupa dan Keramik.
Koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik Kota Tua
Tercatat koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik berasal dari karya seniman-seniman Indonesia dari yang rata-rata dari tahun 1800 an sampai saat ini. Koleksi yang dimiliki museum keramik sudah pasti seputar barang yang memiliki nilai seni, diantaranya ada patung, lukisan, dan barang keramik.
Koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki kurang lebih 500 karya seni. Karya seni terdiri dari berbagai bahan dan teknik yang berbeda seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa, dan batik lukis. Banyaknya koleksi-koleksi, Museum Seni Rupa dan Keramik memperlihatkan koleksi unggulan dan penting bagi sejarah seni rupa di Indonesia, seperti:
- ‘Pengantin Revolusi’ karya Hendra Gunawan
- ‘Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh
- ‘Ibu Menyusui’ karya dari Dullah
- ‘Seiko’ karya S.Sudjojono
- ‘Potret Diri’ karya dari Affandi
Terdapat pula di museum keramik kota tua, patung yang mempunyai ciri klasik tradisional dari Bali. Patung tersebut adalah totem kayu yang magis dan simbolis karya dari keluarga besar I Wayan Tjokot. Tidak hanya yang tradisional, namun ada juga yang modern milik G.Sidharta, Oesman Effendi dan karya-karya ciptaan seniman dari lulusan akademis.
Koleksi keramik pada museum ini ada yang berasal dari local dan juga ada yang berasal dari mancanegara. Koleksi tersebut berasal dari Aceh, Jakarta, Purwakarta, Bandung, Palembang, Bali, Yogyakarta, Malang, Lombok dan banyak daerah Indonesia lainnya. Beberapa koleksi keramik yang di perlihatkan juga ada yang berasal dari kerajaan yang pernah berjaya di Indonesia. Koleksi seperti Kerajaan Majapahit abad ke-14, menunjukan ciri keindahan dari keistimewaannya dan memiliki keragaman bentuk pula fungsinya. Sedangkan mayoritas koleksi yang berasal dari mancanegara berasal dari China terutama pada masa Dinasti Ming dan Ching. Tak lain dan tak bukan bahwa negara China memang terkenal dengan desain keramik yang memiliki ciri khasnya sendiri. Koleksi mancanegara yang berasal dari Jepang, Thailand, dan beberapa negara di Eropa juga diperlihatkan di dalam Museum Keramik.
Harga Tiket Masuk Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
Tidak gratis untuk bisa masuk dan menikmati sejarah dari koleksi-koleksi yang ada di Museum Keramik Kota Tua. Anak Nusantara perlu mengeluarkan sedikit uang untuk membeli tiket masuk.
Harga Tiket Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta untuk perorangan:
Dewasa | Rp 2.000 |
Mahasiswa/i | Rp 1.000 |
Pelajar | Rp 600 |
Harga Tiket Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta untuk rombongan dengan minimal 20 orang:
Dewasa | Rp 1.500 |
Mahasiswa/i | Rp 750 |
Pelajar | Rp 500 |
Dengan jam operasional dari Museum Keramik yaitu pada hari Selasa sampai Minggu, pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Museum ini tutup pada hari Senin dan juga hari libur Nasional.
Rute dan Lokasi Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
Bagi Anak Nusantara yang ingin berkunjung sekaligus mengetahui koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik juga sejarahnya, Anak Nusantara bisa langsung berkunjung ke Jalan Pos Kota No 2, Jakarta Barat. Letaknya masih berada pada kawasan Taman Fatahillah atau berseberangan dengan Museum Fatahillah.
Untuk Anak Nusantara yang ingin ke Museum Seni Rupa dan Keramik menggunakan mobil pribadi dari arah Cempaka Putih, maka bisa melanjutkan perjalanan ke Yos Sudarso, lalu lanjut ke gerbang Tol Sunter, tol dalam kota dan lanjutkan ke Gedong Panjang. Berjalan terus menuju ke Roa Malaka Utara, Kalibesar Barat, kemudian ke Kalibesar Timur, dan sampai akhirnya di Kota Tua.
Jika kalian yang biasa menggunakan KRL, Anak Nusantara bisa naik KRL ke Museum Seni Rupa dan Keramik, jika dari Stasiun Tangerang / Rangkasbitung, maka rutenya sebagai berikut,
- Naik KRL dengan jurusan Duri (jika dari Stasiun Tangerang) dan Tanah Abang (jika dari Stasiun Rangkasbitung), turun di stasiun tersebut.
- Lalu naik rangkaian kereta menuju Stasiun Transit Manggarai.
- Sampai di Stasiun Manggarai, turun dan berganti KRL jurusan Jakarta Kota.
- Setelah turun stasiun Jakarta Kota, bisa keluar menuju pintu keluar stasiun dan berjalan kaki menuju lokasi dengan menempuh jarak sekitar 300 meter dari stasiun.
Lalu untuk KRL dari stasiun Bogor / Bekasi / Cikarang / Jatinegara / Tanjung Priok bisa mengambil rangkaian kereta langsung menuju Stasiun Jakarta Kota.
Tidak ada komentar