1. Budaya
  2. Tari Daerah

Tari Gambyong: Asal, Sejarah, Gerakan & Pola Lantai

Hai, anak nusantara! Sebelumnya kita membahas tarian dari Surakarta yaitu Tari Serimpi, kali ini Munus akan membahas tari tradisional lainnya yang juga berasal dari Surakarta. Yap, Tari Gambyong. Walaupun sama-sama dari Surakarta, tentunya tarian ini memiliki keunikan dan aturan tarinya tersendiri. Yuk, langsung saja kita simak!

Sejarah

Pada mulanya, tari tradisional ini adalah tarian biasa yang bisa ditarikan oleh seluruh lapisan masyarakat dan menjadi tari yang berfungsi sebagai acara ritual atau upacara menanam padi atau upacara panen padi.

Tarian ini dipercaya bahwa ketika masyarakat menarikannya, maka Dewi Sri atau yang biasa disebut dengan Dewi Padi akan datang dan memberikan berkah dan kesuburan sehingga panen yang dihasilkan dapat berlimpah ruah. Sejarah mencatat bahwa tari tradisional Gambyong adalah hasil dari pengembangan Tari Tayub dan telah dikreasikan sedemikian rupa hingga saat ini.

Dikisahkan kala itu ada seorang penari terkenal pada masanya bernama Sri Gambyong yang membawakan Tarian Tayub dihadapan Raja Pakubuwono IV yang ditarikan secara langsung di lingkungan keraton Surakarta. Sri Gambyong adalah seorang wanita yang memiliki bakat dalam menari dan suaranya yang merdu.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Pada saat itu Sri Gambyong membawakan tarian tersebut dengan keluwesannya dan ditambah dengan suaranya yang merdu sehingga dapat menarik perhatian masyarakat Surakarta. Nama Sri Gambyong terus dikenal oleh masyarakat luas hingga terdengar oleh Sinuhun Paku Buwono IV yang kala itu memegang pemerintahan kesunanan Surakarta. Sejak saat itu, tarian ini disebut dengan Tari Gambyong dan nama itu didapatkan dari penari yang bernama Sri Gambyong.

Selepas keluarga keraton mengetahui tarian tradisional ini, tari ini resmi dan memiliki hak paten menjadi Tari Gambyong milik keraton Surakarta. Disamping itu, pada tahun 1950, pihak keraton Nyi Bei Mintotaras yaitu instruktur tari dari Keraton Mangkumanegara yang ada pada zaman Mangkumanegara VIII mulai menciptakan dalam bentuk formal.

Tarian tersebut dikenal dengan Gambyong Pareanom dan pertama kali mulai dipentaskan pada upacara pernikahan Gusti Nurul pada tahun 1951 yang diketahui beliau adalah kerabat perempuan Mangkumanegara ke VIII. Kemudian masyarakat mulai menata ulang dan mengkreasikan gerakan tari sehingga tari dapat berfungsi sebagai tari hiburan dan tarian sambutan ketika datang tamu kehormatan ke keraton Surakarta.

Pelajari Juga Tarian Daerah Lainnya

Gerak Tari

Ada tiga bagian gerakan dalam tari tradisional ini, antara lain gerak awal (maju beksan), gerak utama (beksan), dan gerakan penutup (mundur beksan).

Pada maju beksan, awalan tarian dimulai dengan gending pangkur yang merupakan nyanyian awalan yang bertujuan untuk mengundang penari naik ke atas panggung.

Tari Gambyong merupakan pengembangan dari Tari Tayub yang dikreasikan, sehingga gerakan yang dimilikinya tidak jauh berbeda. Yang membuatnya berbeda adalah terletak pada garis dan gerakan menjangkah penarinya yang lebih besar.

Gerakan penari memiliki gerakan dasar kepala dan tangan yang menjadi ciri khas. Gerakan kaki, tangan, tubuh, dan kepala juga ditonjolkan pada pementasan. Sedangkan pada gerak mata mengikuti arah jari tangan seiring gerakan tangannya secara ajek. Pada gerak kaki, penari mengikuti lantunan musik yang berirama dan harmonis.

Gerakan kaki, tangan, dan kepala dilakukan secara bersamaan dan bersesuaian dengan irama musik yang dihasilkan alat musik kendang. Begitu pula dengan gerak mata yang mengikuti gerakan tangan yang membuat tarian ini menjadi harmonis.

Dari ciri khas gerakan yang dimiliki, gadis-gadis muda banyak yang tertarik dan berbondong-bondong untuk mempelajarinya.

Busana Penari

Kostum yang dikenakan oleh penari adalah pakaian tradisional khas Jawa. Pakaian yang biasa disebut dengan kemben dengan bahu dan dada terbuka. Menggunakan bawahan berupa kain batik yang dikenal dengan sebutan Kain Jarik atau Jarit. Selanjutnya ada mekak atau kain yang berfungsi sebagai penutup dada, sabuk yang dikenakan di pinggang, gelang dan kalung. Disamping itu, penari juga mengenakan selendang berwarna kuning keemasan yang dikenakan di atas bahu sebagai penambah kesan keselarasan dan estetika. Masyarakat setempat percaya bahwa warna kuning memiliki arti kekayaan dan warna hijau merupakan lambang kesuburan. Riasan para penari juga disesuaikan dengan riasan khas Jawa yang memberi simbol kelembutan. Selanjutnya mengenakan sanggul untuk penataan rambut yang identik dengan Jawa.

Alat Musik Pengiring

Terdapat satu set alat musik pengiring dalam tarian ini ketika pementasan, satu set alat musik khas Jawa yaitu gamelan yang terdiri dari kenong, gambang, kendang, dan gong yang dimainkan secara bersamaan. Dari berbagai instrumen yang dimainkan, kendang memiliki peranan terpenting dan yang paling utama dalam pementasan karena gerakan tari harus selaras dengan tabuhan kendang. Penabuh harus dapat menyesuaikan dan menyelaraskan dengan gerakan penari dan alat musik yang dimainkan lainnya. Karenanyalah kendang sering disebut dengan otot dari tarian ini. Selain satu set gamelan, iringan nyanyian tembang Jawa juga turut mengiringi tarian yang satu ini.

Musik pengiring tarian ini memiliki ciri khas tempo yang pelan, sehingga gerakan yang dihasilkan halus dan lemah gemulai sebagai simbol kelembutan dan keindahan seorang wanita.

Pelajari Juga Tarian Daerah Lainnya

Jenis-jenis Tari Gambyong

Tarian tradisional ini banyak disukai oleh masyarakat. Sehingga muncul beberapa jenis Tari Gambyong yang telah diinovasikan dan mengalami perubahan yang disesuaikan, berikut nama-nama tariannya:

  1. Sala Minulya
  2. Ayun-ayun
  3. Gambirsawit
  4. Dewandaru
  5. Mudhatama
  6. Apangkur
  7. Campursari

Tari Gambyong dari Waktu ke Waktu

Awalnya tarian ini ditarikan oleh penari tunggal, namun seiring berjalannya waktu, tarian ini ditarikan oleh beberapa penari dalam sekali pementasan.

Sebelumnya, sebagian besar penari berasal dari keluarga kerajaan yang terpilih. Setelah mengalami perkembangan dan didukung oleh zaman yang semakin maju, tarian dibuka untuk berbagai kalangan yang ingin menarikan dan mempelajarinya. Banyak masyarakat yang antusias dan tertarik dalam mempelajari tarian ini. Mereka merasa terhormat jika bisa menarikannya, sehingga tari tradisional ini memiliki kelas khusus di beberapa sanggar tari.

Baca juga: Tari Tor Tor: Seni Tari dari Batak Toba

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Tari Gambyong: Asal, Sejarah, Gerakan & Pola Lantai

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]