1. Biografi
  2. Tokoh

Dewi Sartika: Pelopor Pendidikan bagi Wanita Pribumi

Selama ini tokoh pendidikan dan emansipasi wanita yang paling dikenal di Indonesia adalah R.A. Kartini. Beliau adalah seorang tokoh yang bergerak di bidang pendidikan untuk mengangkat kesejahteraan hidup para wanita saat itu. Tapi apakah anak nusantara tahu bahwa terdapat sosok tokoh emansipasi wanita lainnya yang bergelut di bidang yang sama yakni pendidikan. Sosok tersebut adalah seorang perempuan bernama Dewi Sartika.

Perempuan dengan nama lengkap Raden Dewi Sartika tersebut merupakan lambang pergerakan wanita. Beliau berjuang dan berusaha untuk memberi pendidikan dasar kepada para perempuan agar mereka dapat meninggalkan dunia kebodohan tanpa ilmu. Perjuangannya tersebut tidaklah melalui jalan yang mulus apalagi dengan anggapan bahwa wanita tidak perlu berilmu karena hanya akan bekerja di dapur saja. Seperti apa lika-liku perjuangan Dewi Sartika? Simak artikel di bawah ini.

Biografi Dewi Sartika

Seorang Dewi Sartika lahir di Cicalengka pada tanggal 4 Desember 1884 di keluarga kelas bangsawan. Ayahnya bernama Raden Somanagara yang merupakan seorang priyai dan sang ibu bernama Nyi Raden Ayu Rajapermas. Kedua orang tuanya adalah orang Sunda asli yang juga merupakan pejuang Indonesia dalam melawan keotoriteran pemerintah Belanda.Dikarenakan orang tuanya yang menentang pemerintahan Belanda, akibatnya mereka diasingkan dari Sunda menuju ke Ternate dan hidup terpisah dari Dewi. 

Setelah orang tuanya wafat, Dewi kecil dirawat oleh sang paman yang merupakan saudara kandung sang ibu. Nama sang paman adalah Aria berprofesi sebagai seorang patih Cicalengka. Dari kedudukan sang paman tersebut terlihat bahwa ia memiliki pengaruh yang besar di Cicalengka. Berkat pamannya juga lah Dewi belajar banyak pengetahuan mengenai adat budaya Sunda.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Perjuangan Dewi Sartika

gambar-dewi-sartika-fimela
Dewi Sartika, Foto Oleh Fimela. com

Sejak masih kecil, sudah terlihat bahwa wanita kelahiran Cicalengka tersebut memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Bahkan, pada saat bermain bersama temannya pun permainan yang dimainkan yaitu menjadi guru-guruan. Seringkali Dewi kecil lah yang berperan menjadi gurunya karena ia mahir membaca serta menulis dibandingkan dengan teman sebayanya. Hebatnya, hal tersebut terus berlanjut hingga kemudian ia bertindak selayaknya seorang guru yang mengajari anak-anak di lingkungan sekitarnya, khususnya anak perempuan pribumi.

Selain itu, seorang Dewi Sartika juga mempunyai kemampuan berbahasa Belanda. Seiring bertambahnya usia menjadi remaja, Dewi mulai mengajarkan pengetahuan dasar seperti baca dan tulis kepada warga di sekitarnya. Dari hal inilah yang nantinya menjadi awal mula bagi perjuangan Dewi Sartika dalam menjadikan anak-anak perempuan pribumi memperoleh pendidikan yang sama.

Baca juga: Wiji Thukul: Penyair Bait Puitis Penentang Orde Baru

Mendirikan Sekolah Isteri

Pada 16 Januari 1904, Dewi yang saat itu berumur 20 tahun dengan berani mulai mendirikan sekolah. Sekolah tersebut dibangun khusus untuk kaum perempuan dan diberi nama Sekolah Isteri. Dalam prosesnya, ia didukung oleh sang kakek yang bernama Raden Agung Martanegara serta seorang inspektur Kantor Pengajaran bernama Den Hamer.

Awal mula dibukanya Sekolah Isteri ini hanya memiliki murid berjumlah 20 orang wanita. Meskipun demikian, Dewi tidak berkecil hati dan tetap mengajari murid-muridnya dengan penuh semangat. Di sekolah tersebut para siswa tidak hanya belajar membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi, mereka juga dikenalkan dengan pelajaran keterampilan seperti menjahit, merenda, dan tak lupa juga belajar agama.

Berjangka dua tahun setelah mendirikan Sekolah Isteri, Dewi  menikah pada tahun 1906 dengan seseorang yang memiliki visi yang sama terkait pendidikan. Suaminya tersebut juga berprofesi sebagai seorang guru di Sekolah Karang Pamulang, yaitu Sekolah Latihan Guru. Dengan background yang sama, suami isteri tersebut saling mendukung satu sama lain dalam mewujudkan pendidikan bagi masyarakat pribumi.

Sekolah Isteri awalnya memiliki murid berjumlah 20 orang dan fasilitas dua buah ruang kelas saja. Seiring berjalannya waktu banyak wanita yang berminat untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah yang dibangun Dewi Sartika tersebut. Akibatnya, ruang kelas yang ada tidak mencukupi hingga meminjam sebagian ruang kepatihan Bandung. 

Namun, hal tersebut tidak memecahkan masalah karena orang yang ingin belajar di Sekolah Isteri membludak setiap harinya, alhasil sekolah tersebut dipindahkan. Dengan kepindahan sekolah itu mereka turut mengubah nama dari Sekolah Isteri menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. Secara resmi Sekolah Keutamaan Isteri berdiri dengan gedung yang lebih luas pada tahun 1910.

Pelopor di Bidang Pendidikan

gambar-dewi-sartika-tribunnewswiki
Dewi Sartika, Foto Oleh Tribunnewswiki. com

Sekolah Keutamaan Isteri yang baru memiliki perbedaan dalam hal pembelajarannya. Proses pembelajaran semakin mencakup hal-hal yang lebih luas seperti pendidikan untuk menjadi seorang istri yang baik. Murid-murid yang masih gadis tersebut nantinya akan mendapat pelajaran bagaimana menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga yang baik, terampil, dan mandiri.

Setelah Sekolah Isteri berkembang, banyak sekolah-sekolah lain yang juga didirikan oleh para wanita di tanah Sunda. Mereka memiliki cita-cita yang sama besarnya dengan Dewi Sartika untuk mencerdaskan bangsa. Total Sekolah Isteri pada tahun 1912 mencapai sembilan sekolah. Selain itu pada 1913 didirikan sebuah organisasi Keutamaan Isteri yang bertujuan untuk menyatukan sistem pembelajaran dari sembilan sekolah tersebut.

Banting Tulang Membayar Pengeluaran Operasional Sekolah

Perubahan dalam hal nama sekolah kembali terjadi. Sekolah Keutamaan Isteri berubah menjadi Sekolah keutamaan Perempuan. Tak hanya sampai disitu saja, tahun 1929 nama sekolah tersebut kembali berubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Sekolah yang semakin maju dan berkembang setiap waktunya tidak luput dari peran Dewi dalam memenuhi Kebutuhan Operasional sekolah yang ditanggung oleh dirinya sendiri tanpa mengeluh.

Pahlawan Dewi Sartika

Pada 1947 terjadi serangan agresi militer Belanda. Dewi yang saat itu telah memasuki usia senja ikut mengungsi bersama seluruh warga untuk ikut serta membela tanah air. Namun, tanggal 11 September 1947 Dewi meninggal dunia di pengungsian, Tasikmalaya. Karena situasi perang yang tidak kondusif, acara pemakamannya dilaksanakan dengan sangat sederhana. Dewi Sartika dimakamkan di Pemakaman Cigagadon yang terletak di Desa Rahayu Kecamatan Cineam.

Setelah agresi militer usai, makam Dewi dipindahkan ke kompleks Pemakaman Bupati Bandung sekitar tahun 1950. Pada tanggal 1 Desember 1966 Dewi Sartika memperoleh penghargaan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 152 Tahun 1966. Hal tersebut terjadi bertepatan dengan Sekolah Keutamaan Isteri yang menginjak angka 35 tahun dan memiliki gelar Orde van Oranje-Nassau.

Kesimpulan

Dewi Sartika adalah tokoh perempuan yang patut untuk dicontoh. Peranannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya para wanita telah menghasilkan bukti nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari betapa mudahnya bagi wanita zaman sekarang untuk dapat menuntut ilmu. Oleh karena itu hendaklah kita bangkit dari rasa malas dan kembali belajar serta memperjuangkan nilai pendidikan di Negara Indonesia.

Baca juga: Kapitan Pattimura: Akhir Perjuangan di Tiang Gantungan

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Dewi Sartika: Pelopor Pendidikan bagi Wanita Pribumi

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]