1. Budaya
  2. Tari Daerah

Tari Zapin: Asal, Gerakan, Sejarah dan Pola Lantai

Tari Zapin berasal dari daerah Riau. Tarian ini termasuk salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Dari sekian banyak tari tradisional yang ada di Indonesia, tari zapin memiliki keunikan tersendiri sebagai ciri khasnya. Keunikannya terdapat pada penciptaannya dimana berasal dari akulturasi kebudayaan yang masih memegang teguh nilai budaya dan keluhurannya.

Sebagai sebuah tarian tradisional, tari ini merupakan adat yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat Riau pada khususnya. Hingga saat ini pun tarian ini masih bertahan dengan baik dengan cara diwariskan secara turun-temurun kepada generasi selanjutnya. Hal tersebut mencegahnya dari terdampak kepunahan dan juga tidak mudah digeser oleh perkembangan zaman. 

Merujuk definisi zapin dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tarian khas Melayu berasal dari negeri Yaman atau tari-tarian yang diiringi lagu di daerah Arab. Selain itu, terdapat informasi lain terkait zapin yang dimuat dalam buku karya Gendhis Paradisa berjudul Ensiklopedia seni & budaya Nusantara (2009). Dalam bukunya tersebut Gendhis menuturkan bahwa penggunaan tarian zapin lebih kepada dakwah islamiyah yang mana menggunakan media syair lagu.

Seperti apa Tari Zapin itu sebenarnya telah Munus rangkum mulai dari asal, makna, sejarah, hingga pola lantai akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

Sejarah Tari Zapin

Sejarah Tari Zapin Riau
Tari Zapin, Foto Oleh Made-blog. com

Tari Zapin berasal dari daerah Riau. Nama zapin sendiri berasal dari bahasa arab “zafin” yang memiliki arti pergerakan kaki yang cepat mengikuti irama rentak pukulan yang menyertainya. Tarian ini dianggap sebuah karya seni yang merupakan produk dari akulturasi budaya antara budaya Arab dan budaya Melayu pada masa lampau.

Awal mula terciptanya Tarian Zapin adalah dimulai dari sebuah tarian yang dipersembahkan khusus untuk kalangan istana pada masa Kasultanan Yaman Timur Tengah di masa lalu. Selanjutnya, dengan adanya perdagangan lintas benua yang dilakukan bangsa-bangsa Arab pada abad ke 16. Para saudagar Arab tersebut melakukan perdagangan sembari membawa kesenian yang berkembang di daerah asalnya. Kesenian tersebut pada awalnya diperkenalkan kepada masyarakat d sekitar Selat Malaka.

Dari yang awalnya berasal dari Yaman, setibanya di Nusantara kesenian tersebut mengalami akulturasi dengan budaya setempat. Hal yang terlihat dengan jelas dari dampak akulturasi itu sendiri dapat dilihat dari penyisipan nilai-nilai filosofis yang berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat Riau. Selain itu, hal lain yang disisipkan berupa nilai-nilai pendidikan islam yang ditempatkan pada syair-syair yang dinyanyikan untuk mengiringi tari zapin tersebut.

Pada awalnya tari zapin hanya ditarikan atau dipentaskan oleh para penari laki-laki saja. Namun, hal tersebut berubah seiring berkembangnya zaman tepatnya pada tahun 1960 hingga saat ini sudah mulai diperbolehkan bagi perempuan untuk menarikannya. Tak hanya ditarikan oleh laki-laki atau perempuan secara terpisah, bahkan tarian ini dapat ditampilkan dengan penari campuran antara laki-laki dan perempuan dalam satu pementasan. 

Baca juga: Tari Yapong: Tarian Khas Berasal dari Kebudayaan Betawi

Gerakan Tari Zapin

Gerakan Tari Zapin Riau
Tari Zapin, Foto oleh Travel.tempo. co

Dimainkan baik oleh laki-laki maupun perempuan, gerakan tari yang dibawakan relatif sama. Perbedaannya hanya terdapat pada bagian gerakan tangannya. Pola tarian yang dibawakan pun sangat sederhana dilakukan dengan metode pengulangan yang berkesinambungan.

Gerakan tari adat asal Riau ini mengadopsi dari kegiatan sehari-hari yang diakukan oleh manusia dengan lingkungannya khususnya di Riau. Beberapa gerakan zapin diantaranya Titi Batang, Anak Ayam Patah, Siku Keluang, Sut Patin, Pusing Tengah, Alif, dan lain sebagainya. Dari masing-masing gerakan mengandung nilai filosofis yang mendalam. Berikut beberapa penjelasan nilai filosofis dari gerakan tari zapin.

  • Tahto, gerakan ini dilakukan di awal dan akhir pementasan dengan delapan hitungan pada tiap-tiap bagian. Makna dari gerakan ini adalah menunjukkan sikap rendah diri dan menghargai sesama.
  • Bebas, gerakan ini ditampilkan diantara atau di sela-sela gerak tarian zapin lainnya. Gerakan ini juga dapat dilakukan lebih dari satu kali dimana pada masing-masing bagian dilakukan delapan hitungan.
  • Shut, nilai filosofis yang dimiliki oleh gerakan tari ini adalah sikap adil, sabar, dan juga keseimbangan. Dilakukan setelah gerak bebas, gerakan shut dilakukan sebanyak dua bagian yang mana tiap bagian dilakukan sebanyak 16 kali hitungan.
  • Siku, menggambarkan kehidupan yang dinamis. Setelah gerakan shut maju dan shut mundur maka selanjutnya adalah gerakan siku yang dilakukan sebanyak dua bagian.  Setiap bagian dilakukan dengan hitungan sebanyak 16.
  • Mata Angin, adalah gerakan yang dilakukan setelah gerak siku keluang. Gerakan ini hanya dilakukan sekali dengan hitungan sejumlah 16 hitungan.
  • Titik Batang, gerak ini merupakan penggambaran keteguhan hati yang dimiliki oleh manusia dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup. gerakan titik batang dilakukan sebanyak dua kali selepas gerak mata angin dilakukan. Bentuk gerakan dari titik batang adalah dua kali maju dan mundur yang mana di setiap bagiannya menggunakan 16 hitungan. Diantara dua gerakan tersebut dipisahkan oleh satu kali gerak bebas.

Pola lantai Tari Zapin

Dalam menampilkan tarian tradisional ini, para penari haruslah mengikuti pola lantai yang ada. Pola lantai sendiri merupakan acuan bagi para penari mengenai kemanakah mereka harus melangkah dan membentuk formasi. Di tarani zapin, terdapat beberapa pola lantai yang dipakai yaitu diagonal, lingkaran, gelombang, horizontal, vertikal, dan juga angka delapan. Melalui pola lantai tersebut, tarian yang dipertunjukkan akan memunculkan kesan rapi dan menarik bagi siapa saja yang menikmatinya.

Kesimpulan

Tari zapin  adalah tari adat hasil dari proses akulturasi budaya Arab dan Riau. Tarian yang pada tiap gerakannya memiliki nilai filosofis ini mengambil tema kegiatan sosial masyarakat Riau dalam kesehariannya. Guna menjaga kelestarian dari tari adat ini, maka diperlukan keikutsertaan setiap masyarakat untuk mengambil andil dalam prosesnya.

Baca juga: Tari Legong: Tari Tradisional Kebanggaan Rakyat Bali

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Tari Zapin: Asal, Gerakan, Sejarah dan Pola Lantai

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]