Wisata sejarah Candi Kalasan di Yogyakarta adalah salah satu candi yang harus Anak Nusantara kunjungi. Kekayaan alam Jogja yang sebanding dengan budaya juga sejarah di setiap sudut kota Daerah Istimewa Yogyakarta spesial untuk dikunjungi. Banyak bangunan bersejarah seperti candi dan museum kebudayaan yang laris dijadikan tujuan wisatawan untuk menghabiskan waktu di Yogyakarta. Bangunan bersejarah yang sering dicari wisatawan adalah candi. Candi di Yogyakarta memang banyak, terlebih wilayah Yogyakarta yang dipercaya menjadi pusat peradaban kerajaan terbesar di Jawa.
Candi Kalasan atau Candi Kalibening merupakan candi bercorak Buddha yang terletak di wilayah Sleman. Bangunan Candi peninggalan Budha ini terkenal karena keindahan bangunan dan tingkat kehalusan pahatan yang menarik untuk diketahui. Candi tersebut juga punya keunikan lain yang hanya ada disana. Penasaran dengan keindahan lainnya yang ada di candi ini? Yuk simak artikel tentang Candi Kalasan berikut.
Sejarah Candi Kalasan
Daftar Isi
Awal mula cerita sejarah Candi Kalasan tertulis pada Prasasti Kalasan (778 M) yang menggunakan bahasa Sanskerta. Pada prasasti tersebut bercerita bahwa Maharaja Tejapurnama Panangkarana atau Rakai Panangkaran diberi perintah oleh pemuka agama Wangsa Syailendra. Isi perintah itu adalah untuk mendirikan bangunan suci yang digunakan untuk memuja Dewi Tara (Tarabhawana). Tak hanya itu namun juga sebuah vihara untuk pendeta Buddha yang ada pada saat itu. Menurut Prasasti Kalasan, Rakai Panangkaran adalah putra dari Raja Sanjaya, pemimpin Kerajaan Mataram Hindu.
Rakai Panangkaran melaksanakan perintah pemuka agama untuk membangun bangunan suci. Bangunan suci itu berupa candi dan vihara di Desa Kalasan. Hal ini dikemukakan setelah ia naik tahta menjadi raja kedua untuk Kerajaan Mataram Hindu. Tujuan pembangunan Candi Kalasan secara keseluruhan adalah menyediakan tempat pemujaan umat Budha kepada Dewi Tara. Sehingga Candi Kalasan bercorak Budha. Selain itu Prasasti Kalasan juga menyebutkan bahwa Wangsa Syailendra yang menganut Buddha sudah condong ke aliran Hindu Tantryana. Terlihat dari kesamaan karakteristik beberapa candi yang dibangun pada masa itu.
Pemugaran tak Kunjung Selesai
Beberapa ahli purbakala menyebutkan bahwa candi peninggalan Budha ini telah dipugar sebanyak tiga kali sejak tahun 1920 – 1930an. Hal ini dibuktikan pada bagian 4 sudut kaki candi yang menonjol. Candi Kalasan bercorak Budha masih digunakan sebagai tempat pemujaan Dewi Tara oleh umat Budha aliran Tantrayana. Secara keseluruhan bangunan candi ini berbentuk persegi dengan ukuran 45 m x 34 m.
Keunikan Struktur Bangunan Candi
Di sepanjang dinding candi peninggalan Budha ini kamu akan melihat relung atau cekungan yang berisi berbagai jenis arca. Pada bagian atas relung-relung selalu berhiaskan pahatan motif Kala. Juga terdapat hiasan yang menyerupai sosok dewa sedang berdiri memegang bunga teratai di bagian kiri dan kanan atas pintu relung-relung.
Bagian atas tubuh candi juga tak kalah unik. Bagian tersebut berbentuk kubus yang secara tersirat melambangkan puncak Meru dengan dilengkapi 52 stupa setinggi 4,6 m yang mengelilinginya. Jika kamu lebih memperhatikan struktur bangunan candi bercorak Budha ini, kamu akan menemukan relief menyerupai makhluk kerdil. Ini adalah mitos Budha yang bernama Gana di antara atap dan tubuh candi.
Candi peninggalan Budha ini memiliki atap berbentuk segi delapan dan bertingkat dua. Dimana pada tingkat pertama memiliki relung-relung yang berisikan arca Manusi Budha. Sedangkan pada tingkat kedua memiliki relung-relung yang berisikan arca Dhyani Budha. Apabila kamu melihat atap dari dalam bangunan candi, puncak atap terlihat seperti kerucut yang berlubang. Puncak atapnya terlihat seperti lubang yang seharusnya di puncak atap berbentuk stupa. Namun hingga kini proses rekonstruksi terhambat karena banyak batu asli yang tidak ditemukan di sekitar candi.
Jika menelusuri ke bagian dalam bangunan candi, kamu akan menemukan konstruksi bangunan yang terlihat lebih tua dari Candi Kalasan. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa ada bangunan lain yang sudah terlebih dahulu dibangun sebelum candi ini. Secara keseluruhan ruangan dalam candi berbentuk persegi yang memiliki pintu utama di sebelah timur. Dipercaya juga bahwa di ruangan tersebut dulunya merupakan tempat bersemayamnya patung Dewi Tara yang terbuat dari perunggu setinggi 6 meter.
Baca Juga : Candi Mendut, Peninggalan Sejarah Bercorak Budha
Relief Candi Kalasan
Candi bercorak Budha ini memiliki keunikan yang hanya bisa ditemukan di candi tersebut, yaitu penggunaan bajralepa. Lapisan Penutup candi tersebut sejenis dengan plesteran di bagian ukiran atau relief dinding candi. Bajralepa berguna untuk melindungi bangunan candi dari lumut dan jamur. Berdasarkan buku sejarah milik Bernet Kempers, pembangunan candi yang punya ukiran atau relief yang rapi dan halus menunjukkan bahwa pemahat dan “ahli plester” itu terbaik selama kejayaan kerajaan Hindu dan Budha.
Selain itu, candi bercorak Budha ini dulunya dipercaya tertutup lapisan stucco layaknya candi lainnya. Tidak hanya dimiliki oleh Candi Kalasan, konstruksi bangunan beserta relief tersebut juga dimiliki oleh Candi Sari. Asal usul kesamaan karakteristik kedua bangunan candi peninggalan Budha tersebut adalah peran Rakai Panangkaran yang mendirikan bangunan suci pemujaan. Terdapat Dewi Tara, Candi Kalasan, dan vihara yang kini menjadi Candi Sari di waktu yang bersamaan.
Anak Nusantara dapat menikmati keindahan candi bercorak Budha ini di sebelah selatan candi. Disana terdapat Banaspati berukuran besar dengan lajur yang tegak lurus, berhiaskan sulur dan makara. Hal tersebut merupakan hasil kesenian Jawa terbaik pada masa Hindu-Budha. Makara yang ada menghadap ke luar dan ke dalam. Juga di atas kepala Kala ada lukisan berbentuk atap candi yang tinggi.
Lokasi dan Rute Menuju Wisata Kalasan
Lokasi candi bercorak Budha ini berada di Jalan Raya Yogya – Solo, Desa Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari pusat Kota Yogyakarta, candi tersebut berjarak sekitar 16 kilometer ke arah timur. Akses menuju kawasan candi juga termasuk mudah dijangkau karena dekat jalan raya utama. Hanya dengan menggunakan moda transportasi, baik motor, mobil, hingga bus sudah bisa sampai di lokasi.
Apabila kamu datang dari arah pusat Kota Yogyakarta, kamu bisa melewati Jalan Tukangan. Setelah itu, belok kiri ke Jalan Kusbini untuk bisa ke Jalan Langensari. Setelah itu kamu ambil jalur kanan menuju Jalan Laksda Adisucipto / Jalan Raya Solo – Yogyakarta. Tujuan anda berada di sebelah kanan jalan, sehingga anda harus putar balik dengan ambil lajur kanan. Tidak jauh dari tempat putar balik tadi, belok ke kiri untuk sampai di kawasan Candi Kalasan.
Jam Buka dan Harga Tiket Candi Kalasan
Hari | Jam Operasional |
Senin – Minggu | 07.00 – 17.00 WIB |
Kategori | Harga Tiket |
Wisatawan Lokal | Rp 5.000 / orang |
Wisatawan Mancanegara | Rp 10.000 / orang |
Parkir Motor | Rp 5.000 / unit |
Parkir Mobil | Rp 10.000 / unit |
Parkir Bus | Rp 20.000 / unit |
Baca Juga : Candi Sari, Vihara Pendeta Budha yang Indah namun Tersembunyi
Tidak ada komentar