Halo anak Nusantara! Kalian pasti mengetahui tentang penjajahan yang terjadi di Indonesia selama ratusan tahun. Masa penjajahan menciptakan kehidupan yang menderita kepada masyarakat Indonesia saat itu. Tidak terkecuali dengan Aceh yang menjadi salah satu daerah yang menjanjikan dalam jalur perdagangan dunia. Oleh karena itu, perlawanan rakyat Aceh tidak bisa terhindarkan.
Latar Belakang Perlawanan Rakyat Aceh
Daftar Isi
Hal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat Aceh adalah keinginan Belanda untuk menguasai tanah Aceh karena pada saat itu memiliki posisi yang strategis baik untuk pertahanan maupun untuk jalur perdagangan.sejak Terusan Suez yang buka pada tahun 1869.
Inggris dan Belanda sudah melakukan kesepakatan pembagian wilayah jajahan di Semenanjung Malaya dan Indonesia pada tanggal 17 Maret 1824 yang bernama Traktat London. Kesepakatan ini sebenarnya berisi bahwa Belanda tidak akan mengganggu kedaulatan Aceh.
Namun, traktat tersebut dilanggar sendiri oleh Belanda dengan melancarkan serangan ke daerah Aceh yang terletak jauh dari ibu kotanya. Sultan Aceh tidak bisa tinggal diam dan bersiap untuk menghadapi serangan yang lebih kuat dari Belanda. Kekhawatiran rakyat Aceh semakin meningkat setelah penandatanganan Traktat Sumatera terjadi.
Dalam Traktat Sumatera, Belanda memiliki kebebasan untuk melakukan perluasan wilayah di seluruh pulau Sumatera, termasuk Aceh. Aceh yang mengetahui hal ini kemudian mengumpulkan kekuatan dengan menjalin relasi atau bersekutu dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Italia, dan Turki.
Oleh karena Aceh yang menjalin hubungan dengan negara-negara lainnya, Belanda memanfaatkan keadaan ini sebagai alasan menyerang Aceh. Belanda menginginkan Aceh untuk tunduk dalam kekuasaannya, tapi Sultan Aceh memilih untuk menolak tunduk kepada Belanda sehingga muncullah perlawanan kepada Belanda.
Masa Perjuangan Perlawanan Rakyat Aceh
Masa perlawanan rakyat Aceh kepada penjajah Belanda terjadi selama 31 tahun. Perlawanan ini juga sering disebut sebagai Perang Aceh. Perlawanan terbagi ke dalam 4 periode. Berikut adalah penjelasannya :
1. Tahun 1873-1874
Perlawanan rakyat Aceh bermula pada tanggal 26 Maret 1873 ketika Belanda secara resmi menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh melalui kapal komando Citadel van Antwerpen.
Belanda tidak melakukan secara langsung karena masih dalam tahap mengumpulkan pasukan. Belanda kemudian berlabuh ke pantai Ceureumen, Aceh Barat pada tanggal 6 April 1873 yang dipimpin oleh Jenderal J.H.R.Kohler. Pasukan Aceh di bawah kepemimpinan Panglima Polim dan Sultan Muhammad Syah langsung menggempur pasukan Belanda dengan menggunakan meriam.
Pasukan Aceh berhasil memukul mundur pasukan Belanda dan mempertahankan wilayah Aceh. Belanda yang kewalahan karena disambut dengan serangan dahsyat rakyat Aceh kemudian memilih mundur dan memutuskan untuk menghimpun pasukan lebih banyak lagi serta strategi yang baru.
2. Perang Tahun 1874-1880
Setelah kedatangan pertama ke Aceh mengalami kegagalan, Belanda kembali lagi melakukan ekspedisi ke Aceh pada tahun 1874 di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten.
Kali ini, pasukan Belanda berhasil menguasai istana Kesultanan Aceh Darussalam. Namun, hal ini terjadi karena para penghuni serta pasukannya sudah meninggalkan istana dan melakukan gerilya.
Belanda mengalami kekalahan lagi ketika melawan pasukan Aceh, mengulangi kejadian yang sama seperti ekspedisi pertama Belanda ke Aceh. Pasukan Aceh melakukan siasat gerilya di bawah pimpinan Tuanku Muhammad Daud.
3. Perang Tahun 1881-1896
Perlawanan rakyat Aceh yang memiliki semangat jihad fi sabilillah terus berlanjut. Para pemimpin perlawanan menggerakkan rakyat Aceh untuk melakukan perang gerilya melawan kekuatan Belanda. Oleh karena strategi gerilya serta semangat juang rakyat Aceh yang besar, Belanda terus mengalami kekalahan.
Sebagai jalan keluar, Belanda mengutus Snouck Hurgronje, seorang ahli bahasa Arab dan agama Islam serta penasihat pemerintah kolonial tentang urusan adat, pada tahun 1891 untuk mengetahui lebih dalam tentang titik lemah kesultanan Aceh.
Oleh karena Snouck Hurgronje memiliki pengetahuan lebih tentang Islam dan dapat menjalin relasi dengan ulama secara mudah, keberadaannya membuat Belanda terbantu untuk mengalahkan Aceh. Ia melemahkan rakyat Aceh dengan memberikan masukkan kepada Belanda untuk merebut hati rakyat dengan niatan baik.
4. Perang Tahun 1896-1910
Setelah kematian Teuku Cik Ditiro, kekuatan Aceh juga kehilangan sosok Teuku Umar karena menyerah kepada Belanda. Perlawanan rakyat Aceh kemudian dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien, istri dari Teuku Umar. Ia dan para pejuang lainnya terus melakukan perlawanan.
Teuku Umar yang sebelumnya menyerah kepada Belanda kemudian bergabung kembali dengan pasukan Aceh. Beliau akhirnya terbunuh karena serangan yang terjadi di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899 sehingga perjuangan kembali lagi dilakukan oleh Cut Nyak Dien.
Semakin banyak pemimpin yang gugur, semakin lemah kondisi Aceh pada saat itu. Snouck Hurgronje berhasil melakukan serangan dari dalam tubuh pasukan Aceh secara mulus sehingga Aceh menjadi melemah. Akhirnya, Cut Nyak Dien ditangkap pada tahun 1905 lalu diasingkan ke Pulau Jawa dan meninggal pada tahun 1908.
Tokoh-Tokoh Perlawanan Rakyat Aceh
Dalam perjalanannya melakukan perlawanan terhadap penjajah. Terdapat beberapa tokoh yang cukup terkenal dalam perlawanan rakyat Aceh, antara lain :
1. Cut Meutia
Cut Meutia adalah seorang pejuang dari Aceh yang mengikuti perang gerilya dan melakukan spionase ketika melawan Belanda tahun 1901. Ia menikah dengan Cik Tunong yang gugur karena dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Cut Meutia melanjutkan perang bersama Pang Nanggroe dan berakhir pada 25 September 1910. Kemudian, Cut Meutia melanjutkan sendiri perlawanan sampai 25 Oktober 1910 ketika beliau meninggal di medan perang.
2. Teuku Cik Ditiro
Teuku Cik Ditiro adalah salah satu pejuang Aceh yang memiliki jasa besar dalam Perang Aceh. Ia menjadi pemimpin pasukan Aceh melawan Belanda di bawah pimpinan Van der Heyden. Teuku Cik Ditiro kemudian gugur pada tahun 1891 di Banda Aceh.
3. Cut Nyak Dien
Selanjutnya adalah Cut Nyak Dien. Beliau adalah sosok pejuang wanita yang terkenal di Aceh. Ia menikah dengan Teuku Umar dan bersama melakukan perlawanan kepada Belanda. Ia ditangkap bersama pengikutnya pada tanggal 7 November 1905 dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dien meninggal pada tanggal 6 November 1908 di masa pengasingannya.
4. Teuku Umar
Selanjutnya adalah Teuku Umar. Beliau adalah sosok pejuang yang sangat memperhatikan rakyat Aceh. Perlawanan yang dipimpin oleh Teuku Umar terjadi pada tahun 1893. Ia sempat menyerahkan diri kepada Belanda karena berpikir bahwa perang hanya akan membuat rakyat Aceh semakin sengsara. Sebenarnya, cara ini hanya siasat belaka untuk membuat rakyat hidup lebih baik. Setelah itu, Ia kembali ikut melakukan perlawanan kepada Belanda. Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari 1899 di Meulaboh.
5. Sultan Daud Syah dan Panglima Polim
Panglima Polim bergabung dengan Sultan Daud Syah pada tahun 1897. Ia bersama para pejuang Aceh lainnya menyatukan pikiran untuk melawan Belanda. Setelah itu, pasukan Teuku Umar bergabung dengan Sultan Daud Syah dan Panglima Polim pada tahun 1898. Kekuatan Aceh menjadi semakin kuat.
Sultan Daud Syah dan Panglima Polim memilih untuk membuat daerah pertahanan di tempat yang terpencil di Gayo. Panglima Polim bertugas sebagai penyusun strategi untuk melawan Belanda. Mereka kemudian menyerah setelah Belanda menyandera keluarga dari Sultan. Pada tanggal 7 September 1903, Panglima Polim menyerah kepada Belanda mengikuti sang Sultan.
Akhir Perlawanan Aceh
Perlawanan rakyat Aceh mencapai titik akhir ketika Snouck Hurgronje datang menyamar di Aceh. Tujuan dari Snouck Hurgronje adalah untuk mengetahui titik kelemahan dari rakyat Aceh. Ia berhasil mengetahui titik lemah Aceh dan kemudian memberikan masukan kepada Belanda untuk merebut hati rakyat Aceh terlebih dahulu, dengan cara membangun beberapa sarana-prasarana.
Seiring berjalannya waktu, kekuatan Aceh menjadi semakin melemah. Ditambah lagi, banyak pemimpin Aceh yang sudah berhasil dikalahkan Belanda. Pada akhirnya Sultan Muhammad Daud Syah dan Panglima Polem menyerah kepada Belanda pada tahun 1903 setelah mengalami tekanan yang besar. Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Baca Juga : Kerajaan Aceh: Masa Jaya Kerajaan Islam di Nusantara
Demikian penjelasan Museum Nusantara tentang latar belakang, masa perjuangan, serta tokoh perlawanan rakyat Aceh. Semangat perjuangan yang dimiliki oleh rakyat Aceh di masa penjajahan patut kita tiru untuk saat ini. Terutama semangat perjuangan dalam kehidupan sehari-hari dan menjunjung tinggi nasionalisme. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat.
Tidak ada komentar