Sebagai organisasi pergerakan nasional revolusiner, Perhimpunan Indonesia atau yang awalnya dikenal dengan Indische Vereeniging dibentuk sebagai wadah perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda. Namun seiring waktu, nasionalisme Indonesia telah berkembang sehingga mendorong organisasi ini untuk mulai bergerak di bidang politik dengan tujuan memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia, salah satunya dengan berperang melawan fasisme. Untuk lebih jelasnya simak pembahasan Munus mengenai perjuangan Perhimpunan Indonesia di bawah ini.
Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia
Daftar Isi
Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah organisasi yang bersifat sosial-budaya serta digunakan untuk saling bertukar pikiran mengenai isu yang terjadi di Indonesia pada saat itu. Organisasi ini diprakarsai oleh mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Belanda, Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto. Sehingga pada 25 Oktober 1908 dibentuklah organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda dengan nama Indische Vereeniging. Organisasi membuka lebar kesempatan bagi mahasiswa yang ingin bergabung sebagai anggota.
Mulanya Indische Vereeniging hanya sebuah organisasi mahasiswa biasa. Namun semenjak masuknya tiga serangkai, Suwardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan E.F.E Douwes Dekker pada tahun 1913, mulai meluaskan fokusnya ke ranah politik dan Tanah Air.
Bergabungnya tiga serangkai dalam organisasi ini sempat menimbulkan berbagai pertentangan dalam internal organisasi. Noto suroto beranggapan bahwa Hindia Belanda (Indonesia) memerlukan perlindungan dari militer Belanda, namun bagi tiga serangkai argumentasi tersebut tidak bisa diterima, bagi mereka Indonesia membutuhkan itu namun membutuhkan kemerdekaan dalam pendidikan dan partisipasi politik.
Berkembangnya nasionalisme bangsa Indonesia mulai mampu mengubah pandangan Indische Vereeniging tentang Indonesia yang membutuhan militer Belanda. Pada tahun 1916 terbitlah majalah berkala Hindia Poetra dengan tujuan sebagai publikasi ide-ide nasionalis.
Perubahan Nama Hingga Menjadi Perhimpunan Indonesia
Sebagai pelopor kemerdekaan indonesia di kancah internasional, Perhimpunan Indonesia mencetak sejarah unik sebagai organisasi anak bangsa pertama yang menggunakan kata Indonesia di namanya setelah melalui beberapa proses perubahan nama. Pada awal berdirinya organisasi ini bernama Indische Vereeniging, kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging setelah diadakannya pertemuan antara PI dengan partai politik besar Indonesia, Sarekat Islam dan Boedi Oetomo di Belanda.
Pertemuan tersebut banyak membahas mengenai politik, tercatat kejadian menarik dalam pertemuan ini dimana Soerjopoetro menggunakan kata Indoensiae (Indonesia) dan Indonesiers (orang Indonesia) selama pertemuan itu berlangsung. Momen ini tertulis secara jelas dalam majalah Hindia Poetra No. 9 Tahun 1917. Dari situ, kata Indonesia menjadi populer di kalangan mahasiswa sebagai kata pengganti Indie (Hindia) dan Inders (orang Hindia) yang dinilai merendahkan bangsa Indonesia.
Semenjak mengalami perubahan nama menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1922, organisasi ini semakin memantapkan haluannya dalam bidang politik dan pada saat itu pula untuk pertama kalinya kata Indonesische dimaknai secara politis. Kemudian pada tahun 1925, semenjak PI dipimpin oleh Iwa Kusuma Sumantri, JB Sinatala, Mochammad Hatta, Sastramulyono dan D. Mangunkusumo organisasi Indonesische Veneering akhirnya berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia.
Selain perubahan nama, organisasi ini juga mengubah pengurus serta membuat simbol-simbol baru yaitu merah tentunya memiliki arti penting, yang pertama untuk memperjelas identitas dan ideologi bangsa Indonesia serta untuk menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadiannya sendiri.
Baca Juga: Indische Partij: Tombak Pemberontakan Tiga Serangkai
Tujuan PI Untuk Memerdekakan Indonesia
Perhimpunan Indonesia dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dalam rangka memperoleh pemerintahan Indonesia yang bertanggungjawab terhadap rakyat Indonesia saja, bukan termasuk Belanda. Berdasarkan tujuan mulia itu, Iwa Kusuma Sumantri menyampaikan bahwa terdapat tiga hal pokok yang merangkum tujuan PI, diantaranya:
- Indonesia ingin menentukan nasib sendiri.
- Bangsa Indonesia harus bersatu melawan Belanda.
- Bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri.
Pemberontakan yang paling fenomenal yaitu ketika pada tahun 1925 PI melakukan sebuah aksi yang dikenal sebagai manifesto politik. Dimana saat itu, kegiatan tersebut sempat membuat Belanda merasa terancam dengan kehadiran organisasi ini. Tidak ada yang menyangka bahwa organisasi ini akan berubah menjadi organisasi pergerakan nasional.
Baca Juga: Moh Hatta: Biografi Sang Proklamator dan Manusia Jam
Para Pemuda Indonesia yang Melawan Nazi
Sejak Hitler berkuasa di Jerman pada tahun 1933, kemudian menguasai Eropa termasuk menduduki Belanda pada tahun 1940, Perhimpunan Indonesia menunjukkan sifat radikalnya dengan mengajak mahasiswa-mahasiswa Indonesia melawan fasisme. Di masa tahun 1940-an mereka bersekutu dengan beberapa media Belanda seperti Vrij Nederland, De Waarheid, Het Parool, dan De Vrije Katheder untuk mencetak koran secara ilegal dengan tujuan perlawanan terhadap fasisme. Mereka juga aktif dalam kegiatan politik anti-Nazi dengan merekrut, mengarahkan, berkoordinasi dengan sesama mahasiswa, ikut membagikan pamflet dan berupaya melindungi orang-orang yang menjadi target serangan Nazi.
Perhimpunan Indonesia menilai bahwa kerjasama yang dilakukan bersama Belanda merupakan sebuah upaya “menyelamatkan kemanusiaan” dari tindakan sadis Nazi. Menurut mereka, kemerdekaan Indonesia dapat tercapai jika fasisme dapat diperangi. Namun ternyata usaha itu di-enyahkan begitu saja oleh pemerintah Belanda.
Selain mengupayakan kerjasama dengan Belanda, masalah krusial yang dihadapi oleh Perhimpunan Indonesia saat itu adalah bagaimana cara menyadarkan sesama bangsa Indonesia yang berada di Belanda untuk ikut dalam memerangi fasisme. Seruan ini juga sampai kepada para pelaut Indonesia yang saat itu bekerja di kapal perusahaan Belanda. Akibat kekuasaan Jerman, banyak dari mereka yang menganggur sehingga mereka menjadi target penyuluhan mahasiswa Perhimpunan Indonesia.
Sayangnya, beberapa anggota PI turut menjadi korban kekejaman Nazi, diantaranya yaitu Djajeng Pratomo sekaligus adiknya, Gondho yang menjadi pekerja paksa di kamp Dachau namun pada akhirnya selamat. Selain itu, terdapat tiga orang yang tewas di kamp serta satu orang tewas ditembak polisi Nazi ketika menyebarkan pamflet di Leiden yaitu Irawan Surjono.
Kesimpulan
Perhimpunan Indonesia adalah sebuah organisasi yang memiliki tekad kuat dalam memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia, dengan selalu berupaya menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia. Dengan semboyannya yang berbunyi “Indonesia Merdeka, Sekarang!” mampu mengobarkan semangat dan ambisi mereka untuk menyebarkan semangat kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok: Agenda Genting Pra-Proklamasi Kemerdekaan RI
Tidak ada komentar