1. Kerajaan
  2. Kerajaan di Indonesia

Kerajaan Banten: Sejarah Lengkap, Nama Raja, dan Peninggalan

Kepulauan Indonesia pernah diatur ke dalam sistem pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja. Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di tanah Nusantara memiliki keanekaragaman corak, baik corak Hindu-Budha maupun Islam. Salah satu kerajaan bercorak Islam yang kali ini akan Munus bahas adalah Kerajaan Banten.

Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya di Tanah Pasundan, tepatnya di Banten. Kerajaan ini memiliki citra yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Hal ini dikarenakan kerajaan tersebut berperan penting dalam proses penyebaran Islam di Pulau Jawa. Kesultanan Banten dengan cerita sejarahnya yang epik dan hal menarik lainnya bisa Anak Nusantara ketahui dengan menyimak artikel berikut ini.

Sejarah Kerajaan Banten

Wilayah Banten sudah diketahui keberadaannya sejak awal abad ke-14 Masehi. Sejarah Kerajaan Banten bermula dari adanya pelabuhan di pesisir pantai Pulau Jawa bagian barat yang ramai disinggahi kapal-kapal dagang besar dari berbagai penjuru Nusantara.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Tak terkecuali peristiwa pendaratan bangsa Eropa melewati jalur laut barat Pulau Jawa yang menjadi kisah awal tragedi penjajahan di Indonesia.

Mulainya kisah sejarah Kerajaan Banten ditandai dengan kedatangan para saudagar dan pedagang Muslim ke wilayah Banten pada tahun 1524 – 1525. Pada tahun yang sama, seorang sultan dari Kesultanan Cirebon bernama Sultan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin, mendarat di pelabuhan.

Tujuan kedatangan mereka bersama pasukan Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak adalah untuk merebut wilayah Banten Girang dari Prabu Pucuk Umum. 

Perebutan wilayah Banten Girang akhirnya berhasil didapatkan Sunan Gunung Jati pada tahun 1526. Banten Girang berada di bawah Kesultanan Cirebon, dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin atau Sultan Hasanuddin sejak tahun 1526 hingga 1552. Sultan Hasanuddin menjabat sebagai kadipaten (setara gubernur) wilayah Banten Girang.

Sejak perebutan wilayah Banten Girang itulah sejarah Kerajaan Banten yang sesungguhnya dimulai. Wilayah Banten Girang pun bisa dikuasai oleh Sunan Gunung Jati dalam rangka menyebarkan ajaran agama Islam ke masyarakat Banten yang saat itu memeluk agama Hindu.

Pada tahun 1552 menjadi tahun bersejarah bagi Sultan Hasanuddin. Hal ini dikarenakan beliau diberi kepercayaan oleh sang ayah, Sunan Gunung Jati untuk menjadi raja Kesultanan Banten hingga tahun 1570.

Pengangkatan Sultan Hasanuddin menjadi raja juga menandakan bahwa Kesultanan Banten merupakan kerajaan Islam setelah beralihnya kekuasaan dari Kerajaan Demak.

Banyak yang beranggapan bahwa Kerajaan Banten didirikan oleh Sultan Hasanuddin, bukan Sultan Hasanuddin. Meskipun Sultan Hasanuddin merupakan raja pertama Kesultanan Banten, sebagian ahli sejarah Islam berpendapat bahwa pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati.

Baca juga: 25 Kerajaan Islam Lengkap + Nama Raja & Peninggalannya

Kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin berhasil menguasai kedua sisi Selat Sunda. Selain itu beliau membuat Banten menjadi pusat perdagangan terbesar di Nusantara.

Menurut catatan seorang sejarawan Portugis bernama Joao de Barros, Kesultanan Banten lebih ramai dikunjungi untuk tempat bersandarnya kapal-kapal dagang besar dari berbagai negara, semenjak Banten dan Sunda Kelapa (Batavia) dikuasai oleh pengaruh kerajaan aliran Islam.

Silsilah Kerajaan Banten

Dalam sejarah Kesultanan Banten, sistem pemerintahan dipimpin oleh seorang raja atau sultan yang masih punya hubungan dengan Kesultanan Demak.

Sebagai kerajaan Islam paling berpengaruh pada masanya, Banten dipimpin oleh sultan-sultan yang terkenal dengan perannya dalam penyebaran ajaran agama Islam. Berikut silsilah Kerajaan Banten dengan susunan nama sultan yang pernah berkuasa.

Sultan Syarif Hidayatullah

Beliau lebih akrab dipanggil dengan nama Sunan Gunung Jati. Sebenarnya beliau tidak pernah menjabat sebagai sultan Kesultanan Banten.

Tetapi Sunan Gunung Jati punya peran besar dalam terbentuknya kerajaan Islam terpandang tersebut. Sehingga nama beliau masuk ke dalam sejarah sebagai pendiri Kerajaan Banten.

Sultan Maulana Hasanuddin

Beliau lebih akrab dipanggil Sultan Hasanuddin yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati. Tak lama setelah perebutan wilayah Banten, Banten melepaskan diri dari Demak.

Hampir bersamaan dengan kejadian tersebut, Sunan Gunung Jati mengangkat Sultan Hasanuddin menjadi raja Kesultanan Banten pertama. Beliau memerintah selama 18 tahun sejak tahun 1552 sampai 1570. 

Sultan Maulana Yusuf

Sepeninggal Sultan Hasanuddin, kerajaan Islam tersebut dipimpin oleh Sultan Maulana Yusuf. Beliau memerintah selama 15 tahun sejak tahun 1570 sampai 1585. Selama pemerintahannya, Kerajaan Padjajaran dan Bogor berhasil ditaklukkan. Beliau juga sering disebut Pangeran Pasareyan.

Sultan Maulana Muhammad

Sultan Maulana Muhammad naik tahta sebagai raja saat masih berusia 9 tahun, menjadikannya sebagai raja termuda saat itu. Beliau memerintah kerajaan selama 11 tahun sejak tahun 1585 sampai 1596.

Selama pemerintahannya, beliau sempat menyerang Kesultanan Palembang. Nahasnya, Banten kalah dalam pertempuran tersebut hingga menewaskan Sultan Maulana Muhammad.

Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir

Ternyata, Sultan Maulana Muhammad meninggalkan seorang putra bernama Sultan Abdul Mafakhir atau Pangeran Ratu yang masih berusia 5 bulan. Sehingga harus naik tahta menjadi raja termuda saat itu. Sembari menunggu dewasa, pemerintahan kerajaan dipimpin oleh Mangkubumi Ranamanggala.

Pangeran Ratu berkuasa selama 55 tahun sejak 1596 sampai 1651. Beliau mendapat gelar Kanjeng Ratu Banten. Bersamaan dengan naik tahtanya Sultan Agung, pasukan Belanda mendarat di Banten pada 22 Juni 1596.

Sultan Ageng Tirtayasa

Kerajaan Islam ini mencapai masa kejayaannya saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau naik tahta sebagai raja selama 32 tahun sejak tahun 1651 sampai 1683. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha dalam perluasan wilayah kerajaan. 

Karena keinginannya dalam memperkuat kerajaannya beliau mengangkat putranya, Sultan Abdul Qahar atau Sultan Haji, untuk menjadi raja pembantu untuk membantu usaha sang ayah dalam penguatan kerajaan.

Namun diketahui bahwa Sultan Haji adalah penyebab pecahnya perang saudara di Kesultanan Banten karena menyerang kerajaan yang dibantu oleh pasukan Belanda pada 1683. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan diasingkan ke Batavia hingga wafat pada tahun 1691.

Sultan Abu Nashar Abdul Qahar

Sejak penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abdul Qahar atau Sultan Haji naik tahta menjadi raja Kerajaan Banten selama 4 tahun sejak 1683 sampai 1687. Selama pemerintahannya, banyak peristiwa yang menjadi pemicu keruntuhan Kerajaan Banten. Hal tersebut diakibatkan ulahnya sendiri yang malah bersekutu dengan Belanda yang secara jelas ingin menguasai Nusantara.

Lokasi Kerajaan Banten

Jika dilihat dari peta penyebaran kerajaan yang ada di Indonesia, lokasi Kerajaan Banten berada di Provinsi Banten. Namun wilayah kekuasaan kerajaan tersebut mencapai seluruh bagian Lampung dan sebagian wilayah selatan Jawa Barat. Tak heran karena luasnya wilayah kekuasaannya, Kesultanan Banten menjadi penguasa jalur pelayaran sekaligus perdagangan di Selat Sunda.

Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Jika membahas masa kejayaan Kerajaan Banten, maka akan membahas salah satu raja bernama Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau yang berkuasa sejak 1651 hingga 1683 punya peran besar dalam sejarah Kesultanan Banten.

Momen naik tahtanya sebagai raja bersamaan dengan kedatangan pasukan Belanda ke Nusantara melewati Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha mencegah Belanda masuk ke wilayah Nusantara untuk membentuk VOC.

Beliau berjuang secara maksimal karena kerajaannya mendapat akibat negatif karena perlakuan Belanda, Belanda memblokade kapal-kapal dagang yang akan menuju wilayah Banten. 

Tak hanya itu, masa kejayaan Kerajaan Banten terjadi saat Banten berhasil memonopoli perdagangan lada di wilayah Lampung. Perlu diketahui bersama bahwa Lampung dikuasai oleh Banten untuk mendapatkan kekayaan alam berupa lada yang melimpah.

Sehingga Banten merupakan kerajaan multi etnis yang berkuasa dalam sektor perdagangan di Nusantara.

Keruntuhan Kerajaan Banten

Diketahui keruntuhan Kerajaan Banten bermula ketika terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji perihal perebutan kekuasaan kerajaan. Sultan Haji yang saat itu menjabat sebagai raja pembantu Sultan Ageng Tirtayasa ternyata bersekutu dengan Belanda.

Mengetahui hal itu, Sultan Ageng Tirtayasa merasa kecewa dengan Sultan Haji sehingga tega mencabut jabatan penting putranya. Sultan Haji merasa marah karena keputusan sang ayah, hingga akhirnya beliau meminta bantuan Belanda untuk menyerang kerajaan. 

Perang saudara dimenangkan oleh Sultan Haji yang dibantu oleh Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan diasingkan ke Batavia pada 14 Desember 1683. Untuk melanjutkan pemerintahan kerajaan, Sultan Haji naik tahta sebagai raja menggantikan sang ayah yang beliau khianati karena keegoisannya. 

Sultan Haji mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan menghadiahkan wilayah Lampung untuk Belanda. Namun ternyata tindakan itulah yang menjadi pemicu keruntuhan Kerajaan Banten.

Sultan Haji wafat pada tahun 1687 yang merupakan kesempatan Belanda untuk menguasai wilayah Banten yang punya kekuatan perdagangan yang tidak diragukan di penjuru Nusantara.

Benar saja, Belanda berkuasa penuh dengan pemerintahan Banten. Sejak saat itulah pengangkatan raja Kesultanan Banten harus melalui persetujuan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.

Tanda-tanda keruntuhan kerajaan semakin terasa ketika ada satu raja yang tidak menuruti perintah Hindia Belanda untuk memindahkan ibukota Banten ke Anyer. Peristiwa tersebut terjadi semasa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin.

Sehingga beliau menjadi raja terakhir Kesultanan Banten dan pada tahun 1813 kerajaan Islam berpengaruh tersebut runtuh.

Peninggalan Kerajaan Banten

1. Istana Keraton Surosowan

Tempat tersebut digunakan sebagai tempat tinggal Sultan Banten dan pusat pemerintahan kerajaan. Istana kerajaan yang dibangun pada 1552 saat ini sudah bisa dilihat lagi wujud bangunannya. Anak Nusantara hanya bisa melihat reruntuhan bangunan dan kolam pemandian putri kerajaan.

2. Istana Keraton Kaibon

Serupa dengan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon digunakan sebagai tempat tinggal ibu Sultan Syaifudin, Bunda Ratu Aisyah. Saat ini bangunan keraton hanya berupa reruntuhan diakibatkan peristiwa penyerangan Belanda ke Banten pada tahun 1832. 

3. Masjid Agung Banten

Salah satu peninggalan Kerajaan Banten yang masih kokoh berdiri hingga saat ini adalah Masjid Agung Banten. Lokasinya berada di Desa Banten Lama, Kasemen, Banten. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1652 ini menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia.

Arsitekturnya yang begitu unik untuk sebuah masjid dapat kalian lihat pada menara masjid yang menyerupai mercusuar dengan atap seperti pagoda China. Selain itu juga terdapat gapura yang punya arsitektur khas China.

4. Vihara Avalokitesvara

Meskipun bukan peninggalan Kerajaan Banten yang sesungguhnya, vihara ini juga patut kalian ketahui. Kesultanan Banten terkenal dengan budaya toleransinya yang tinggi antar sesama manusia dalam hal keagamaan. Anak Nusantara bisa melihat bangunan vihara yang masih kokoh berdiri dengan hiasan relief legenda siluman ular putih.

5. Benteng Speelwijk

Benteng ini dianggap sebagai pusat pertahanan maritim kerajaan sejak 1585. Peninggalan Kerajaan Banten ini digunakan untuk bangunan pertahanan dari serangan musuh dan tempat pengawasan aktivitas pelayaran di Selat Sunda. Disana terdapat mercusuar, beberapa meriam serta terowongan yang tembus ke Istana Keraton Surosowan.

6. Danau Tasikardi

Merupakan danau buatan yang berada di dekat Istana Keraton Kaibon yang dibuat pada 1570 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Danau ini berfungsi sebagai sumber mata air kerajaan yang akan dialirkan ke Istana Keraton Kaibon. Selain itu Danau Tasikardi dimanfaatkan sebagai saluran irigasi untuk beberapa sawah di wilayah Banten

7. Meriam Ki Amuk

Barang peninggalan Kerajaan Banten yang terakhir adalah meriam yang diberi nama Meriam Ki Amuk. Meriam yang berjumlah dua buah ini terkenal dengan daya tembak yang besar dengan jarak yang jauh.

Meriam ini didapatkan berkat kerajaan yang merampas barang-barang pemerintahan Belanda saat kedua belah pihak dilanda peperangan.

Demikianlah sejarah lengkap Kerajaan Banten, salah satu kerajaan Islam paling tersoho Nusantara kala itu. Yuk. tetap perkaya diri dengan sejarah!

Baca Juga : Kerajaan Aceh: Masa Jaya Kerajaan Islam di Nusantara

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Kerajaan Banten: Sejarah Lengkap, Nama Raja, dan Peninggalan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]