1. Cerita Rakyat

Malin Kundang: Cerita Rakyat Anak Durhaka dari Sumatera Barat

Sebagai sebuah negara yang memiliki keberagaman dalam segala bidang membuat Indonesia kaya dalam banyak hal. Kekayaan tersebut tidak melulu tentang adat istiadat namun juga bisa berupa cerita rakyat yang berkembang di masing-masing daerah. Kepercayaan rakyat Indonesia terhadap cerita rakyat yang berkembang masih sangat kental. Salah satu cerita rakyat yang paling dikenal luas oleh masyarakat Indonesia adalah cerita tentang Malin Kundang. Seperti apa cerita lengkapnya akan Munus uraikan di bawah ini.

Cerita Malin Kundang Singkat

Batu Malin Kundang
Batu Malin Kundang Foto Oleh Histori. id

Kisah Malin Kundang berasal dari daerah Sumatera Barat, tepatnya di daerah perkampungan nelayan Air Manis di daerah Padang. Cerita rakyat Malin Kundang sendiri berkisah tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya. Legenda ini sangat terkenal di seluruh Indonesia berkat kekhasan jalan ceritanya dan moral yang dapat diambil dari ceritanya.

Alkisah hiduplah seorang perempuan dan anak laki-laki yang bernama Malin Kundang

Semenjak masih kecil, seorang Malin Kundang hanya tinggal berdua bersama ibunya. Ibunya yang bernama Mande Rubayah adalah seorang ibu yang sangat menyayangi dan memanjakan anaknya. Untuk mencukupi kebutuhan diri dan anaknya, Mande berprofesi sebagai seorang penjual kue. Begitu pun dengan sang anak, Malin Kundang, tumbuh menjadi seorang anak yang rajin, penurut, dan juga sangat menyayangi ibunya.

Pada suatu ketika, Malin jatuh sakit yaitu sakit keras yang hampir merenggut nyawanya. Namun, ia masih dapat bertahan hidup berkat usaha keras yang telah dilakukan ibunya. Setelah kesembuhan anaknya, Mande pun semakin menyayangi anaknya dan mereka menjadi ibu dan anak yang saling menyayangi satu sama lain.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Baca juga: Roro Jonggrang dan Kisah Candi Prambanan yang Melegenda

Ketika sudah dewasa, Maling Kundang memohon untuk diperbolehkan merantau

Suatu waktu, terdapat kapal besar yang berlabuh di tepi pantai tempat dimana Malin dan ibunya bermukim. Melihat kesempatan tersebut, Malin tidak melepaskan kesempatan dan langsung memohon izin kepada sang ibu untuk merantau karena sangat jarang sebuah kapal untuk menepi di desanya tersebut. Awalnya Mande tidak mengizinkan Malin untuk pergi merantau karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada Malin di perantauan, namun akhirnya ia mengizinkan berkat keinginan kuat Malin untuk mengubah nasib keluarganya menjadi lebih baik.

Maling Kundang berangkat merantau dengan bekal yang diberikan ibunya

Pada hari keberangkatan sang anak, Mande sebagai seorang ibu pastinya sangat khawatir. Ia menyiapkan bekal untuk perjalanan anaknya berupa nasi yang dibungkus menggunakan daun pisang sebanyak tujuh bungkus. Dengan berbekal nasi bungkus tersebut akhirnya Malin berlayar menggunakan kapal besar itu pergi merantau dan meninggalkan ibunya sendirian di desanya.

Hari demi hari berlalu, hingga tidak terasa waktu berjalan sangat cepat sejak kepergian Malin. Mande selalu mendoakan keselamatan atas anaknya dan agar cepat kembali ke sisinya. Setiap ada kapal yang berlabuh, Mande selalu menanyakan kabar tentang Malin kepada orang di kapal tersebut. Namun sayangnya tidak seorangpun yang mengetahui kabar tentang anak kesayangannya tersebut.

Tahun demi tahun berlalu, orang dan kapal yang sama yang membawa Malin pergi merantau kembali menepi di pinggir laut seperti dulu. Akhirnya ada secercah informasi mengenai Malin yang didengar oleh Mande Rubayah. Kabar terkait Malin tersebut disampaikan oleh sang nahkoda yang bercerita kepada Mande bahwasanya Malin sudah sukses dan menikahi seorang putri bangsawan yang kaya raya.

Mendengar kabar tersebut, Mande Rubayah menjadi lega dan bersyukur bahwa sang anak yang bernama Malin itu masih hidup dan sehat. Ia bertanya-tanya kapankah anaknya tersebut akan pulang karena dirinya sudah sangat rindu untuk bertemu dengan anak semata wayangnya itu. Benar saja, tak lama kemudian sebuah kapal yang sangat mewah pun berlabuh di tepian pantai tempat Mande Rubayah tinggal.

Kembalinya Maling Kundang ke Desanya dan bertemu ibunya

Kapal yang megah dan indah itu kemudian disambut oleh para penduduk desa dan ketua suku. Mereka mengira kapal tersebut adalah kapal seorang sultan atau pangeran karena dari saking megahnya kapal tersebut. Para warga sangat antusias menyambut orang-orang yang ada di atas kapal.

Setelah melihat laki-laki yang turun bersama sang istri dari kapal tersebut, Mande Rubayah langsung berlari dan memeluk laki-laki itu karena mirip dengan Malin. Ia menghampiri si laki-laki itu mendahului para penduduk dan ketua suku. Malin yang sudah berpenampilan seperti layaknya seorang bangsawan kaya kaget karena tiba-tiba seorang wanita tua bungkuk dengan baju lusuh memeluknya. 

Malin kemudian mendorong wanita tua itu menjauh darinya sedangkan Mande Rubayah memanggil-manggil layaknya seorang ibu yang sangat merindui anaknya. Mande yang kaget dengan perlakuan Malin langsung menyatakan bahwa dirinya adalah ibundanya yang dulu merawatnya. Di sisi lain, sang istri mencemooh dan merendahkan Mande karena tidak percaya bahwa wanita tua miskin itu merupakan ibu dari suaminya. Oleh karena itu, Malin yang sudah dibutakan oleh rasa malu menyangkal wanita tua dan miskin itu adalah ibunya. 

Baca juga: Cerita Sangkuriang: Romantisme Buta & Gunung Tangkuban Perahu

Tidak Mengakui Ibunya dan dikutuknya Maling Kundang menjadi Batu

Setelah peristiwa penyangkalan Malin tersebut, Mande jatuh pingsan dan para penduduk kembali ke rumahnya masing-masing. Kapal mewah milik Malin kembali berlayar meninggalkan tempat kejadian itu. Setelah Mande sadar, ia langsung menangis terisak tidak percaya terhadap kejadian yang terjadi pada hari itu. Kemudian ia menengadahkan tangannya untuk berdoa kepada Yang Mahakuasa.

Ia berdoa kepada Tuhan bahwasanya apabila laki-laki yang ia peluk tadi bukanlah Malin Kundang maka ia telah memaafkan laki-laki tersebut. Namun apabila laki-laki itu adalah anaknya yang bernama Malin Kundang maka ia meminta keadilan dari Yang Maha Adil. Setelah Mande berdoa, terjadi perubahan suasana yang sangat drastis pada alam.

Langit yang awalnya cerah dalam sekejap berubah menjadi gelap diikuti oleh turunnya hujan lebat disertai petir yang menggelegar. Kapal mewah milik Malin yang berada di tengah laut terombang-ambing oleh badai besar. Malin dan kapalnya berubah menjadi batu dan terseret hingga ke pinggir pantai dimana kapalnya dalam keadaan hancur berkeping-keping. Sedangkan patung Malin Kundang sendiri berada di tepian pantai dalam keadaan bersujud dan tersungkur. 

Malin Kundang di Negara Tetangga

Nama dongeng Malin Kundang yang terkenal di Indonesia dan berasal dari Sumatera Barat. Sedangkan di Malaysia dan Singapura dengan alur cerita yang sama dikenal dengan nama Si Tenggang / Si Tanggang. Meskipun memiliki nama yang berbeda, namun alur cerita yang disampaikan adalah sama. Selain itu, nilai moral yang disampaikan juga tidak jauh berbeda yaitu jangan durhaka terhadap orang tua.

Penggunaan Kisah Malin Kundang

Pementasan kisah maling kundang
Malin Kundang. Foto Oleh Pojokseni. com

Sebagai cerita rakyat, kisah Malin Kundang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Selain itu, cerita rakyat ini juga bisa dijadikan sebagai cerita pengantar tidur atau dongeng Malin Kundang. Pada masa sekarang pun telah mengalami perkembangan yang signifikan dimana kisah Malin Kundang dijadikan topik storytelling dan pementasan drama.

Pesan Moral

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya pesan yang ingin disampaikan dari cerita rakyat Malin Kundang ini adalah jangan durhaka kepada orang tua. Tanpa orang tua yang merawat kita dari kecil, maka akan sangat sulit bagi kita untuk berjuang di kehidupan dunia ini. Orang tua yang telah mengerahkan seluruh tenaga untuk memastikan segala kebutuhan kita terpenuhi patutlah mendapat perlakuan yang baik dari kita.

Kesimpulan

Cerita rakyat Malin Kundang yang berasal dari Sumatera Barat ini adalah salah satu legenda yang sangat terkenal ke seluruh pelosok negeri. Jalan cerita yang sangat merakyat mampu menarik perhatian banyak orang. Selain itu, pesan moral yang coba disampaikan juga sangat bagus yang mana mengajarkan agar menghormati dan menghargai orang tua kita.

Baca juga: Legenda Batu Menangis: Cerita Rakyat Kalimantan Barat

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Malin Kundang: Cerita Rakyat Anak Durhaka dari Sumatera Barat

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Terdapat ragam seni pertunjukan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya yang merupakan bagian penting dari upacara keagamaan Hindu. Tari Topeng Sidakarya adalah salah satu seni pertunjukan di Bali yang dipentaskan dari generasi ke generasi. Biasanya, seni pertunjukan ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara sakral kaum Hindu, yaitu upacara Yadnya. Seni tari […]
    Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai bentuk budaya, salah satunya tari tradisional. Tari Melemang merupakan tarian adat yang berasal dari Tanjungpisau negeri Bentan Penaga, Bintan, Kepulauan Riau. Tari malemang mengisahkan tentang kehidupan kerajaan di Bintan pada zaman dahulu. Tarian ini mengombinasikn unsur tari, musik, serta nyanyian menjadi kombinasi tari yang indah. Ingin tahu lebih […]

    Trending

    Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, sangat banyak terjadinya pemberontakan. Salah satunya, pemberontakan petani Banten 1888. Pemberontakan ini merupakan bentuk perlawanan para petani di Cilegon, Banten terhadap peraturan yang dibuat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Lantas, bagaimanakah cerita dari pemberontakan ini yang menjadi bagian sejarah? Kalian bisa baca ceritanya, pada artikel ini! Awal Mula Pemberontakan Petani […]
    Apapun yang terkait dengan fashion, terlebih kalau menyangkut kekeluargaan kerajaan pasti menarik untuk diketahui. Termasuk, pakaian kerajaan pada masa lalu yang tentu mengandung nilai bersejarah penting.  Kali ini kami akan mengajak kalian membahas pakaian putri Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan berjaya di Nusantara antara abad ke-13 dan ke-16. Penasaran dengan pakaian putri khas […]