Hotel Yamato adalah salah satu hotel yang bersejarah bagi Indonesia. Di hotel ini, terjadi sebuah peristiwa perobekan bendera Belanda yang kemudian mengarah ke perang 10 November antara para pejuang di Surabaya dan tentara sekutu.
Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas latar belakang, kronologi insiden, serta keadaan hotel ini sekarang. Simak informasi lebih lanjutnya hanya di Museum Nusantara!
Latar Belakang Peristiwa Hotel Yamato
Daftar Isi
Peristiwa Hotel Yamato terjadi karena pihak Belanda yang datang ke Indonesia kembali saat itu melakukan tindakan provokatif. Mereka mengibarkan bendera kebangsaan belanda di bagian atas hotel. Hal ini karena Belanda belum mengakui secara penuh kedaulatan Indonesia.
Soedirman melakukan perundingan supaya pihak Belanda menurunkan bendera berwarna merah, putih dan biru tersebut, tapi perundingan tersebut gagal. Oleh karena situasi perundingan yang tidak berjalan mulus, massa yang sudah menunggu di luar hotel langsung masuk dan menurunkan bendera Belanda tersebut.
Kronologi Terjadinya Insiden Hotel Yamato
Presiden Soekarno memberikan maklumat pemerintahan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Maklumat tersebut ditetapkan mulai 1 September 1945, dan mengatakan bendera nasional Indonesia harus dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia. Gerakan ini menyebar ke segala penjuru Indonesia, termasuk kota Surabaya.
Pengibaran bendera merah putih dilakukan di beberapa tempat yang strategis, seperti Gedung Karesidenan (sekarang menjadi Gedung Gubernur), Gedung Internatio, sampai ke Tambaksari ketika barisan pemuda membawa bendera Indonesia menghadiri rapat raksasa dari Barisan Pemuda Surabaya.
Pada saat rapat Barisan Pemuda Surabaya tersebut berlangsung, lapangan Tambaksari penuh dengan barisan pemuda yang mengibarkan bendera merah putih sambil meneriakkan kata “Merdeka!”. Kempeitai atau polisi militer Jepang sebenarnya sudah melarang rapat ini dan membubarkan massa. Titik puncak dari pengibaran bendera adalah ketika Insiden Hotel Yamato terjadi.
Jepang, Indonesia dan Belanda membuat sebuah organisasi bernama Komite Kontak Sosial. Komite ini didukung penuh oleh Jepang dan disponsori oleh Parang Merah Internasional. Komite ini ternyata melakukan kegiatan politik dan berusaha mengambil alih gudang dan beberapa tempat. Sekutu bersama AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Surabaya dengan Palang Merah.
Jepang menyambut rombongan sekutu dan memberikan tempat yang kemudian akan menjadi markas bagi tentara sekutu. Tentu saja, keputusan yang diberikan Jepang ini tanpa seizin dari Karesidenan Surabaya. Markas-markas yang berada di daerah Surabaya ini membuat kedaulatan Indonesia terancam kembali.
Pada malam hari tanggal 19 September 1945, sekitar pukul 21.00 WIB, sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh W. V. C. Ploegman mengibarkan bendera Belanda yang berwarna merah, putih, dan biru di Hotel Yamato. Hal ini tentu juga dilakukan tanpa sepengetahuan dari Pemerintah Daerah Surabaya. Pengibaran tersebut membuat masyarakat geram karena mereka menganggap bahwa Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan ingin kembali berkuasa.
Soedirman sebagai Residen Daerah Surabaya menuju ke Hotel tersebut untuk berdialog dengan pemimpin Belanda. Ia sebagai perwakilan Indonesia, dengan dikawal oleh Sidik dan Hariyono, meminta supaya bendera Belanda segera diturunkan. Ploegman menolak untuk mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat.
Ploegman menolak untuk menurunkan bendera dan membuat keadaan semakin memanas. Ia mengeluarkan pistol sehingga terjadi perkelahian saat perundingan. Ploegman berhasil dibunuh oleh Sidik yang kemudian ditembak oleh tentara Belanda, sedangkan Soedirman dan Hariyono berhasil melarikan diri keluar hotel.
Oleh karena massa yang sudah menunggu di depan hotel mendengar bahwa perundingan tersebut tidak berjalan lancar, beberapa pemuda memaksa masuk dan bermaksud untuk menurunkan bendera Belanda. Kusno Wibowo memanjat tiang bendera dan menurunkan bendera Belanda. Bendera tersebut kemudian dirobek bagian birunya dan dikibarkan lagi di tiang bendera.
Dampak Insiden Hotel Yamato
Setelah terjadinya peristiwa penyobekan bendera Belanda, terjadi pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara sekutu pada tanggal 27 Oktober 1945. Serangan ini kemudian semakin membesar dan berubah menjadi serangan umum yang memakan banyak korban, baik dari sipil dan militer.
Jenderal D.C. Hawthorn meminta Presiden Soekarno untuk datang ke Surabaya dan meredakan keadaan serta menyerukan gencatan senjata. Gencatan senjata ini gagal dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Setelah itu, sekutu mengeluarkan ultimatum pada tanggal 10 November 1945.
Ultimatum ini yang kemudian memancing kemarahan para pejuang Surabaya sehingga terjadilah Pertempuran 10 November. Salah satu pertempuran terbesar yang pernah terjadi di Indonesia karena memakan banyak korban. Tanggal 10 November kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Hotel Yamato Sekarang
Hotel Yamato atau juga sering dikenal sebagai Oranje sendiri sudah berdiri sejak Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Hotel ini terletak di Jalan Tunjungan No.65 Surabaya dan berdiri pada tahun 1910.
Pencetus hotel ini adalah Sarkies bersaudara yang berasal dari Armenia. Sarkies bersaudara adalah sosok perintis jaringan hotel di daerah Asia Tenggara yang sebelumnya sudah membangun hotel di Singapura, Malaysia, dan Myanmar.
Hotel yang lebih terkenal dengan nama Hotel Oranje ini pertama kali beroperasi pada tahun 1911. Hotel ini menjadi tempat berkumpulnya orang-orang kaya dari penjuru Hindia Belanda. Nama Yamato muncul setelah Jepang berhasil menguasai Indonesia.
Hotel ini juga sempat menjadi markas komando militer Jepang. Setelah terjadinya insiden perobekan bendera tersebut, nama Yamato diganti Merdeka. Hotel Merdeka kembali dikelola oleh keluarga Sarkies pada tahun 1946, yang kemudian berubah nama menjadi Lucas Martin Sarkies Hotel.
Pada tahun 1969, hotel ini berubah nama lagi menjadi Hotel Majapahit dan bertahan sampai saat ini. Hotel Majapahit diakui menjadi warisan budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 2014.
Baca Juga: Museum Nasional Indonesia: Sejarah, Fungsi dan Koleksinya
Demikian penjelasan Museum Nusantara tentang kronologi, latar belakang insiden, dan keadaan saat ini dari Hotel Yamato. Hotel ini merupakan salah satu warisan budaya yang masih bertahan sampai saat ini dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tertarik untuk mengunjunginya?
Tidak ada komentar