Halo Anak Nusantara! Indonesia merupakan negara yang kaya dengan peninggalan sejarahnya. Sejak masa kerajaan Hindu-Buddha sampai Indonesia modern, banyak sekali peninggalan yang masih berdiri sampai saat ini. Salah satunya adalah Keraton Surosowan. Yuk, simak lebih dalam informasinya hanya di Museum Nusantara!
Sejarah Keraton Surosowan
Daftar Isi
Keraton Surosowan Banten berdiri sekitar tahun 1526-1570 M. Keraton ini berdiri pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Sultan Maulana Hasanuddin sendiri adalah raja pertama dari Kerajaan Banten dan putra dari Sunan Gunung Jati.
Pembangunan dimulai ketika Sunan Gunung Jati dan pasukannya dari Demak berhasil merebut Banten dan menyerahkan pemerintahan kepada putranya. Keraton menjadi tempat bagi para sultan, keluarga, dan pengikutnya tinggal.
Keraton dibangun dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pembangunan dinding luar dengan lebar mencapai 100-125 meter. Tahap kedua adalah pembangunan dinding dalam serta sudut benteng yang berbentuk intan (bastion) untuk menahan tembakan meriam.
Fase ketiga meliputi pembangunan ruangan di sepanjang dinding bagian utara serta penambahan lantai untuk menuju dinding dalam. Fase keempat adalah perubahan gerbang timur dan gerbang utara.
Menurut sejarah, Keraton Surosowan pernah beberapa kali hancur. Kehancuran pertama kali terjadi pada saat perang antara Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1680. Setelah itu, Sultan Haji berhasil naik tahta dengan bantuan VOC. Sultan Haji kemudian melakukan renovasi pada bangunan Keraton dengan bantuan dari seorang arsitek Belanda bernama Hendrik Laurenzns Cardeel.
Oleh karena jasanya tersebut, Hendrik Laurenzns Cardeel yang kemudian masuk Islam diangkat menjadi Pangeran Wiraguna oleh sultan. Keraton hancur kembali ketika pasukan Belanda di bawah kepemimpinan Philip Pieter du Puy menyerang Banten pada sekitar tahun 1808. Kemudian, Philip Pieter du Puy meminta tiga hal kepada Kerajaan Banten, meliputi :
- Meminta sultan untuk mengirimkan 1000 orang rakyat setiap hari untuk dipekerjakan di Ujung Kulon.
- Menyerahkan Patih Mangkubumi Wargadireja kepada Pemerintah Belanda
- Memindahkan keraton ke daerah Anyer
Arsitektur Keraton Surosowan
Arsitektur dari Keraton Surosowan berbentuk seperti benteng pada masa kolonial Belanda. Keraton dikelilingi dengan dinding yang berbentuk menyerupai benteng setinggi 7,25 meter dilengkapi dengan bastion untuk memantau kondisi sekitar keraton.
Terdapat beberapa pintu masuk ke istana Keraton Surosowan, tapi saat ini hanya tersisa dua pintu saja yang terletak di bagian timur dan utara. Bagian tengah keraton berisi sebuah tempat pemandian untuk sultan serta beberapa kolam yang disebut Rara Denok dan Pancuran Mas. Sumber pemandian ini berasal dari tempat yang bernama Tasikardi.
Tasikardi sendiri adalah sebuah danau buatan yang terletak di bagian selatan bangunan keraton. Sisa-sisa bangunan dari keraton sudah terpendam oleh tanah. Kalian dapat menyaksikan beberapa sisa bangunan yang sudah dipugar seperti tembok, pondasi bangunan, saluran air, struktur lantai, saluran air, dan kolam pemandian yang sudah disebutkan tadi.
Fungsi Keraton Surosowan
Pada awal pembangunannya keraton ini berfungsi sebagai tinggal sultan dan keluarganya ditambah dengan para pengikutnya. Secara tidak langsung, Keraton Surosowan menjadi pusat pemerintahan dari Kerajaan Banten.
Selain itu, keraton juga memiliki tempat pemandian yang bernama Pancuran Mas dan Rara Denok yang bersumber dari danau buatan bernama Tasikardi. Tempat pemandian ini semakin menunjukkan bahwa keraton berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya.
Keadaan Keraton Saat ini
Oleh karena Keraton Surosowan termasuk dalam bangunan kuno, arsitektur yang ada saat ini sudah sangat berbeda dari, bahkan kondisi bangunan sudah tidak utuh lagi. Bangunan keraton sudah mengalami berbagai kerusakan yang disebabkan oleh berbagai peristiwa. Salah satunya adalah penghancuran Keraton oleh Belanda.
Saat ini, Keraton Surosowan sudah berubah menjadi salah satu objek wisata di Banten. Objek Wisata Keraton Surosowan berada di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten. Objek Wisata ini adalah tempat wisata yang ramai dengan wisatawan, baik pada hari biasa maupun hari liburan.
Selain bangunan Keraton yang sudah runtuh, kalian juga dapat menjumpai sebuah benda keramat yang ada di sini selama ratusan tahun lamanya, nama benda tersebut adalah Watu Gilang. Watu Gilang dipercaya berasal dari peninggalan Kerajaan Pajajaran, tapi setelah Pajajaran takluk dengan Kerajaan Banten maka Watu Gilang berpindah menjadi milik Banten dan menjadi lambang penobatan para sultan.
Keraton ini sendiri memiliki kompleks yang luas sehingga kalian dapat berkeliling sembari menikmati keindahan alam. Kalian juga dapat menikmati berbagai tempat menarik lainya yang ada di dalam kompleks keraton, seperti gerbang masuk dan beberapa ruangan peninggalan keraton yang masih berdiri.
Meskipun bangunan utama Keraton Surosowan sudah tidak utuh, kalian masih dapat menikmati taman yang sudah dikelola dengan baik serta bersih. Taman ini sudah dilengkapi dengan pepohonan yang rindang dan bangku yang cocok untuk bersantai. Taman ini selalu ramai pada saat sore hari.
Di sekeliling objek wisata ini juga terdapat beberapa jajanan. Para pedagang sudah tertata di tempat yang sudah tersedia sehingga tempatnya rapi dan teratur. Jadi, kalian tidak perlu bingung juga ingin jajan sembari menikmati pemandangan.
Keraton peninggalan Kerajaan Banten ini sangat cocok bagi kalian yang ingin menghabiskan masa liburan untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah. Letaknya yang juga tidak jauh dari pusat Kota Serang hanya berjarak sekitar 10 km, tepatnya di Jalan Masjid Agung Banten, Kota Serang.
Baca Juga : Jam Gadang Bukittinggi, Monumen Kebanggan Sumatera Barat
Demikian adalah pembahasan Museum Nusantara tentang sejarah, arsitektur serta keadaan saat ini dari Keraton Surosowan. Semoga penjelasan kali ini bermanfaat.
Tidak ada komentar