Soekarno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Banyak sekali pahlawan yang melakukan perjuangan demi Indonesia mencapai kemerdekaan. Salah satu pahlawan nasional yang cukup terkenal adalah Untung Suropati. Ia merupakan salah satu tokoh legendaris dalam perjuangan Indonesia melawan penjajah.
Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas lebih dalam tentang biografi Untung Suropati mulai dari latar belakang kehidupan sampai akhir hayatnya. Simak penjelasan lebih dalamnya di bawah ini!
Latar Belakang
Daftar Isi
Untung Suropati memiliki nama asli Surawiroaji. Beliau lahir di Bali pada tahun 1660. Pada saat kecil, Ia ditemukan Kapten Van Beber, seorang perwira VOC yang bertugas di Makassar. Pada saat itu perbudakan masih sangat wajar, Van Beber kemudian menjual Surapati kepada Kapten Moor, seorang perwira VOC yang bertugas di Batavia.
Setelah kedatangan Surapati, Kapten Moor menjadi semakin mujur dalam karier dan kekayaan. Anak kecil yang dibawa tersebut terasa seperti pembawa keberuntungan. Moor kemudian memberikan nama “Untung”. Ketika Untung berumur 20 tahun, Ia dijebloskan ke dalam penjara karena menjalin hubungan terlarang dengan putri Kapten Moor yang bernama Suzane. Tidak lama setelah itu, Ia kabur dari penjara bersama para tahanan lainnya.
Oleh karena Untung kabur dari penjara, Ia menjadi buronan VOC. Pada tahun 1683, Kapten Ruys, pemimpin Benteng Tanjungpura, berhasil menemukan Suropati bersama dengan kelompoknya. Mereka ditawari untuk bergabung sebagai tentara VOC daripada hidup terus menerus sebagai buronan. Untung bersama kelompoknya kemudian mendapat pelatih militer. Seiring berjalannya waktu, Ia dianugerahi dengan pangkat letnan.
Pada tahun yang sama Sultan Ageng Tirtayasa berhasil dikalahkan oleh Belanda dan Pangeran Purbaya, putra mahkota Kerajaan Banten, melarikan diri ke Gunung Gede. Pangeran Purbaya kemudian menyerahkan diri dengan syarat dijemput oleh perwira VOC pribumi. Untung yang bertugas untuk menjemputnya.
Untung kemudian datang bersama pasukan Vaandrig Kuffeler untuk menjemput Pangeran Purbaya dan membawanya ke Tanjungpura. Suropati menyaksikan bahwa pasukan Vaandrig Kuffeler memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Suropati tidak terima dengan hal ini dan kemudian memberontak dan menghancurkan pasukan Kuffeler pada 28 Januari 1684 di Sungai Cikalong.
Untung tetap membawa Pangeran Purbaya ke Tanjungpura, tapi Gusik Kusuma, istrinya, meminta untuk diantarkan pulang ke Kartasura. Untung kembali menjadi buronan VOC setelah peristiwa tersebut. Pada masa pengejaran, Ia bahkan pernah menghancurkan pasukan VOC yang dipimpin Jacob Couper di Desa Rajapolah. Nama Suropati ada di nama Untung karena Ia pernah berseteru dengan Raden Surapati ketika melewati Kesultanan Cirebon. Raden Surapati kemudian diadili dan terbukti bersalah. Raden Surapati dihukum mati dan nama Surapati diberikan kepada Untung.
Kehidupan Pribadi
Oleh karena sedari kecil Untung melayani Suzane, Ia tumbuh besar bersama putri terkasih Kapten Moor tersebut. Meskipun berbeda kasta, Untung dan Suzane saling jatuh cinta. Pasangan ini menikah secara rahasia.
Ketika Kapten Moor mengetahui hal ini, Ia murka dan memerintahkan untuk menangkap Untung. Untung kemudian dijebloskan ke penjara di Stadhuis, saat ini menjadi gedung Museum Sejarah Jakarta. Selama di penjara, Ia disiksa sedemikian rupa karena telah berani menikahi putri pejabat tinggi VOC, terlebih Untung adalah budak.
Untung kemudian berhasil kabur dari penjara bersama beberapa tahanan lainnya. Kebenciannya terhadap Belanda semakin memuncak pada saat ini. Ia kemudian sering membuat onar di pinggiran Batavia. Ia menjadikan aparat VOC sebagai targetnya. Oleh sebab itu, Untung menjadi buronan Belanda.
Setelah itu Ia bertemu dengan Raden Ayu Gusik Kusuma. Untung bertugas untuk mengantarkannya ke Kartasura. Dalam perjalanan, cinta bersemi. Suropati kemudian menikahi Raden Ayu Gusik Kusuma sampai akhir hayatnya.
Masa Perjuangan Untung Suropati
Patih Nerangkusuma tertarik dengan kiprah Untung selama dalam perjalanan menuju Kartasura. Kemudian Sang Patih mengajak Untung untuk bersama-sama memerangi VOC dan Belanda. Terlebih lagi, Untung sudah menikahi Raden Ayu Gusik Kusuma, sehingga menjadikannya sekutu Kerajaan Mataram.
Pada tahun 1686, Kapten Tack bersama pasukannya untuk meminta Amangkurat II menyerahkan Suropati. Amangkurat II mengiyakan permintaan ini, tapi ini hanyalah taktik untuk dapat menyerang Belanda. Pasukan Suropati kemudian menyerang pasukan Belanda dan berhasil membunuh Kapten Tack.
Pasukan Suropati membuat siasat supaya pasukan VOC masuk ke dalam istana tanpa perasaan waspada. Setelah pasukan VOC sudah memasuki istana, pasukan Suropati membakar istana tersebut dan mengalahkan pasukan tersebut.
Amangkurat II kemudian memerintahkan Suropati untuk menuju Pasuruan supaya memberikan kesan bahwa Suropati memberontak ke Mataram. Hal ini dilakukan supaya Belanda tidak curiga dengan pergerakan Suropati. Suropati berhasil menguasai Pasuruan dan mendeklarasikan diri sebagai Tumenggung Wiranegara.
Akhir Hidup
Setelah Amangkurat II wafat pada tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III dan Pangeran Puger, pamannya. Pangeran Puger berhasil menjadi penguasa Pakubuwana I dengan bantuan VOC, sedangkan Amangkurat III diusir dari Kartasura dan mencari perlindungan ke Pasuruan.
Pada September 1706, pasukan VOC bersama pasukan Madura, Surabaya, dan Mataram di bawah pimpinan Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Penyerbuan yang terjadi di Benteng Bangil ini akhirnya menewaskan Suropati. Namun kematiannya dibuat rahasia supaya perjuangan tetap dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Suropati palsu.
Kisah kepahlawanan Suropati diabadikan ke dalam tulisan sastra, seperti Babad Tanah Jawi dan Babad Suropati. Penulis Hindia Belanda bahkan juga pernah menulis roman tentang Suropati berjudul Van Slaaf Tot Vorst atau dalam bahasa Indonesia Dari Boedak Sampe Djadi Radja.
Baca Juga : Sejarah Hidup Ratu Ken Dedes, Permaisuri Kerajaan Singosari
Untung Suropati memang sudah meninggal ratusan tahun yang lalu, tapi jasanya melawan penjajah dapat kita rasakan sampai saat ini. Semoga penjelasan Museum Nusantara kali ini bermanfaat untuk kalian!
Tidak ada komentar