Halo anak Nusantara! Pasti kalian tidak asing dengan nama Jaka Tingkir. Nama Jaka Tingkir sering muncul dalam serial kolosal televisi dan cerita rakyat, tapi apakah kamu tahu jika Jaka Tingkir berasal dari nama seorang raja di Indonesia, yaitu Kerajaan Pajang.
Pada kesempatan kali ini, Munus akan membahas tentang Kerajaan Pajang yang awal mulanya didirikan sebagai pengganti Kerajaan Demak. Yuk, cari tahu siapa pendiri dan rajanya serta apa saja peninggalannya di bawah ini!
Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang
Daftar Isi
Pendiri Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau dikenal juga sebagai Jaka Tingkir dan berdiri 1568 sampai runtuh pada 1587. Kerajaan berdiri 1568 sampai runtuh pada 1587. Pada awalnya, Pajang adalah wilayah dari Kerajaan Demak dan dipimpin oleh Adipati Jaka Tingkir.
Keturunan raja pajang berasal dari keturunan Pengging, sebuah kerajaan yang dipimpin Andayaningrat. Andayaningrat masih memiliki kekerabatan dengan keluarga kerajaan Majapahit. Pengging masih berdaulat sampai Ki Ageng Pengging dibunuh oleh Sunan Kudus. Anak yang ditinggalkan oleh Ki Ageng Pengging kemudian diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Anak tersebut bernama Mas Karebet atau Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada Kesultanan Demak. Setelah itu, Kesultanan Demak mengutus Jaka Tingkir untuk mendirikan kerajaan di wilayah Pajang dan menjadi raja pertamanya dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Kekuatan dari Kesultanan Demak mulai mengalami kemunduran dan terjadi penyerangan yang dilakukan oleh Arya Penangsang. Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya menjadi sosok yang menyelamatkan kesultanan Demak. Ia kemudian menjadi pewaris takhta Kesultanan Demak dan memindahkan pusat pemerintahan ke Kerajaan Pajang.
Letak Kerajaan Pajang
Sumber sejarah menyatakan bahwa letak Kerajaan Pajang berada di Pajang, Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Kerajaan diapit oleh Sungai Dangke dan Sungai Pepe serta terletak di dataran rendah. Wilayah kekuasaan kerajaan mencakup daerah Boyolali, Klaten, Madiun, Salatiga, Kedu, Pati, Demak, Jepara, Kediri, Bojonegoro, dan kota kota besar di Jawa Timur.
Masa Kejayaan Kerajaan Pajang
Masa kejayaan terjadi pada masa pemerintahan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Sultan memperluas kekuasaan ke beberapa daerah sekitar kerajaan seperti Demak dan Jipang. Pada bagian pesisir utara, Jepara, Pati dan Banyumas juga menjadi wilayah Pajang. Penyebaran kesenian dan kebudayaan mulai menyentuh masyarakat di daerah pedalaman.
Penyebaran agama dan budaya Islam juga mengalami perkembangan pesat dan sudah menyentuh masyarakat di pedalaman. Banyak raja dari kerajaan di sekitar Pajang tunduk pada Sultan Hadiwijaya. Kemudian, Sultan mulai memperluas kekuasaan ke daerah Jawa Timur pada tahun 1581.
Para raja di daerah Jawa Timur membangun hubungan yang baik dengan Sultan Hadiwijaya. Bahkan Panembahan Lemah Duwur dijadikan menantu Raja Pajang karena kepercayaan antar kerajaan yang kuat. Relasi ini menciptakan hubungan yang baik antara para raja di Jawa Timur dan Kerajaan Pajang,
Runtuhnya Kerajaan Pajang
Kemunduran dari kerajaan bermula ketika Sultan Hadiwijaya meninggal pada tahun 1587. Kerajaan Pajang mulai diserang oleh kerajaan bawahannya yaitu Mataram. Raja Pajang hanya menjadi bawahan dari Kerajaan Mataram.
Kedudukan Sultan Hadiwijaya sebagai raja digantikan oleh lima raja. Pengganti pertama adalah Raja di Tuban, Raja d Arisbaya, Raja di Demak, kecuali putranya sendiri Pangeran Benawa, karena masih sangat muda. Sunan Kudus kemudian mengangkat Arya Pangiri untuk menjadi Raja Pajang.
Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kekuatan kesultanan Islam di pulau Jawa pada keturunan Kerajaan Demak. Kekuasaan Arya Pangiri tidak berlangsung lama. Ia dapat disingkirkan oleh Pangeran Benawa dengan dukungan dari Senapati Mataram.
Oleh karena Pangeran Benawa sudah menganggap Senapati Mataram sebagai kakaknya sendiri, hak waris kemudian diserahkan pada Senapati Mataram. Pangeran Benawa hanya meminta untuk diperbolehkan tinggal di Mataram dan memiliki emas intan Pajang. Setahun setelah Pangeran Benawa memimpin, Ia kemudian meninggalkan kerajaan untuk membaktikan diri kepada Islam.
Status raja kemudian diserahkan kepada Gagak Bening. Gagak Baning melakukan perluasan istana dan merombaknya. Ia meninggal pada tahun 1591 dan digantikan putra Pangeran Benawa dengan gelar Pangeran Benawa II. Pangeran Benawa II masih sangat muda ketika menjadi raja, tidak ada masalah yang signifikan saat Ia memimpin.
Pemberontakan kemudian terjadi pada tahun 1617-1618 sehingga menghancurkan Pajang. Pemberontakan terjadi karena Pajang ditekan dalam segi ekonomi dari Mataram. Sebagai hukuman, pasukan Matarama membakar habis sawah yang ada di Pajang dan sudah berwarna kuning Para petani yang terlibat pemberontakan juga ditangkap oleh pasukan Mataram. Keberadaan Pajang benar benar sudah menghilang setelah terjadinya pemberontakan tersebut.
Raja Kerajaan Pajang
Berikut adalah daftar dari Raja Kerajaan Pajang :
1. Sultan Hadiwijaya (1563-1583)
Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir memerintah pada tahun 1568 sampai 1583. Ia lahir di Pengging, lereng Gunung Merapi dan merupakan cucu Sunan Kalijaga. Ia memiliki nama kecil Mas Karebet karena kelahirannya tepat terjadi saat ada pertunjukkan wayang beber.
Jaka tingkir menikah dengan Putri Sultan Trenggana. Ia diangkat menjadi menantu karena berjasa dalam menggulingkan Arya Penangsang dan diangkat menjadi Raja Demak. Kekuasaan Demak kemudian dipindahkan ke Pajang. Di Pajang, Sultan Hadiwijaya sukses membangun kerajaan, menyebarkan ajaran Islam, serta memperluas wilayah kekuasaan..
2. Arya Pangiri (1583-1586)
Arya Pangiri adalah raja Pajang yang menggantikan Sultan Hadiwijaya. Arya Pangiri hanya memimpin selama 1583 sampai 1586. Pada masa pemerintahannya, Pajang mengalami kemunduran. Oleh karena Ia adalah raja yang kurang bijaksana, Arya Pangiri digulingkan oleh Pangeran Benawa dengan bantuan Sutawijaya dari Mataram pada tahun 1588, kekuasaan kemudian berada di tangan Pangeran Benawa.
3. Pangeran Benawa (1586 – 1587)
Pangeran Benawa memerintah dari tahun 1586 sampai 1587. Ia berhasil menjadi raja Pajang karena menggulingkan Arya Pangiri. Ia menjalin kerjasama yang baik dengan kerajaan Mataram. Pangeran Benawa kemudian menyerahkan kekuasaan Pajang kepada Sutawijaya, Senapati Mataram.
4. Gagak Baning (1587-1591)
Setelah kematian Pangeran Benawa. Pajang menjadi kekuasaan Kerajaan Mataram. Gagak Bening menjadi raja Pajang dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Gagak Bening sendiri adalah seorang pangeran dari Kerajaan Mataram. Ia melakukan perluasan serta perombakan istana Pajang. Masa pemerintahannya berlangsung dari tahun 1587 sampai 1591.
5. Pangeran Benawa II (1591-1618)
Pangeran Benawa II adalah raja Pajang yang menggantikan Gagak Bening. Ia adalah cucu Jaka Tingkir dan anak dari Pangeran Benawa. Pada saat memerintah, Ia masih berada di usia yang sangat muda. Masa pemerintahan Pangeran Benawa berlangsung tanpa masalah. Sampai kemudian Pangeran Benawa II mengerahkan pasukan Pajang untuk menyerang Mataram. Serangan ini menjadi akhir dari Pajang karena kekalahan yang dialami.
Peninggalan Kerajaan Pajang
Pajang memiliki berbagai peninggalan sebagai berikut :
1. Masjid Laweyan Solo
Masjid Laweyan Solo berdiri pada tahun 1546 dan dibangun oleh Jaka Tingkir. Masjid terletak di Dusun Belukan, RT. 04 RW. 04, Kecamatan Pajang, Surakarta. Di sekitar masjid, terdapat banyak makam kerabat raja Pajang dan makam Ki Ageng Henis. Masjid ini memiliki arsitektur bergaya Eropa, Cina, Jawa, dan Islam. Terdapat tiga bagian seperti ruang induk, serambi kanan, dan juga serambi kiri.
2. Kampung Batik Laweyan
Kampung Batik Laweyan terkenal sebagai kampung wisata batik. Kampung ini terletak di Kelurahan Laweyan, Surakarta. Kampung sudah berdiri sejak adanya Kerajaan Pajang pada tahun 1546. Area kampung memiliki luas sekitar 24 hektar dan terbagi dalam 3 blok.
3. Makam Bangsawan Pajang
Pada kompleks makam bangsawan Pajang ini, terdapat 20 makam dari para Kerabat Kerajaan dan juga ada makam dari Ki Ageng Henis. Makam ini sering dikunjungi oleh wisatawan setelah dari Masjid Laweyan. Ki Ageng Henis adalah sosok yang menjadi penasihat kerajaan mendampingi Sultan Hadiwijaya.
4. Pasar Laweyan
Pasar Laweyan juga salah satu peninggalan Kerajaan Pajang. Nama Laweyan berasal dari kata Ngaliyan. Laweyan adalah tempat untuk warga Desa Nusupan menghindari bencana banjir dari Sungai Bengawan Solo.
5. Bandar Kabanaran
Bandar Kabanaran adalah pelabuhan yang dibangun untuk menghubungkan Pajang, Kampung Laweyan, dan Bandar besar Nusupan. Ide pembangunan pelabuhan ini berasal dari Kyai Ageng yang mengemban tugas untuk menyebarkan Islam. Kyai Ageng Henis mengajari warga Laweyan untuk membuat batik. Untuk mendukung perekonomian masyarakat, banyak pelabuhan yang dibangun di bagian selatan Kampung Laweyan.
Baca Juga : Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon: Silsilah & Arsitekturnya
Demikian penjelasan dari Munus tentang pendiri, para rajanya serta apa saja peninggalan dari Kerajaan Pajang. Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk kalian.
Tidak ada komentar