Sejak dahulu kala, sejarah Indonesia sudah direkam dan dicatat. Rekam jejak sejarah tersebut dapat berupa kitab, gulungan, sampai prasasti. Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas tentang Prasasti Kebon Kopi 1&2. Simak penjelasan sejarah selengkapnya hanya di Museum Nusantara!
Sejarah Prasasti Kebon Kopi
Daftar Isi
Prasasti Kebon Kopi merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara . Terdapat dua jenis prasasti, yaitu Prasasti Kebon Kopi 1 atau Prasasti Tapak Gajah dan Prasasti Kebon Kopi 2. Penemuan kedua prasasti ini terjadi di daerah yang sama, yaitu Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor.
Informasi yang terkandung juga berbeda. Nama Kebon Kopi tersebut berkaitan dengan momen ketika prasasti ditemukan. Pada masa penjajahan Belanda, para tuan tanah sedang melakukan penebangan hutan yang akan dialihfungsikan sebagai lahan perkebunan kopi.
Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti pertama ditemukan pada tahun 1863 oleh seorang tuan tanah dari perkebunan kopi di dekat Buitenzorg (sekarang Bogor) yang bernama Jonathan Rigg. Ia melaporkan penemuan prasasti kepada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,yang saat ini lebih dikenal dengan nama Museum nasional Indonesia, yang pada saat itu berpusat di Batavia.
Prasasti pertama ini adalah salah satu dari tiga buah prasasti yang ditemukan di kawasan situs Ciaruteun. Keberadaan prasasti satu ini dinilai penting untuk menelusuri sejarah Kerajaan Tarumanegara. Dua prasasti lainya adalah Prasasti Muara Cianten dan Ciaruteun yang ditemukan tidak jauh dan dirawat sampai saat ini.
Nama lain dari prasasti pertama ini adalah Prasasti Tapak Gajah. Nama ini berasal dari ukiran telapak kaki gajah yang terdapat pada prasasti.
Prasasti Kebon Kopi II
Prasasti kedua memiliki nama lain Prasasti Rakyan Juru Pangambat atau Prasasti Pasir Muara. Prasasti ini merupakan prasasti tertua yang menyebutkan nama Sunda dengan angka tahun 854 Saka atau sekitar 932 Masehi.
Prasasti ini ditemukan tidak jauh dari prasasti pertamanya, yaitu di Desa Kebon Kopi, Bogor. F.D.K. Bosch pernah mempelajari prasasti ini dan mengatakan bahwa prasasti ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno. Sekarang, kalian tidak dapat melihat prasasti ini karena sudah hilang tercuri pada tahun 1940 an.
Isi Prasasti Kebon Kopi
Kedua prasasti ini memiliki nama yang sama karena ditemukan di lokasi yang berdekatan, tapi isi dari kedua prasasti berbeda. Berikut adalah isi prasastinya:
Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti pertama ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah. Prasasti terbuat dari sebuah batu berbahan andesit yang berwarna agak kecoklatan dengan ukuran lebar 104 dan 164 cm, serta tinggi 69 cm.
Di prasasti ini tertulis: “ ….jayavisalasya Tarumendrasya hastinah….Airwavatabhasya vibhatidam…padadvayam”. Tulisan tersebut berarti, “Di sini tampak sepasang telapak kaki yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung”. Secara garis besar, prasasti pertama menceritakan tunggangan dari Raja Purnawarman yang berupa gajah.
Prasasti Kebon Kopi II
Dalam prasasti kedua, tertulis candrasengkala 458 Saka. Para sejarawan menafsirkan bahwa candrasengkala atau angka ini ditulis terbalik, seharusnya tertulis angka 854 Saka (932 Masehi). Kerajaan Sunda belum ada pada tahun 458 Saka, karena pada saat ini masih termasuk masa Kerajaan Tarumanegara.
Prasasti kedua menggunakan penulisan dengan Aksara Kawi dan Bahasa Melayu Kuno. Penggunaan Bahasa Melayu Kuno ini merupakan salah satu pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya di daerah Jawa Barat. Bosch membandingkan tahun 932 Masehi di Prasasti Pasir Muara ini dengan tahun 929 ketika kekuasaan berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Claude Guillot dari lembaga École française d’Extrême Orient mengatakan bahwa prasasti kedua ini menceritakan tentang pendirian Kerajaan Sunda. Dugaan ini kemudian dimasukkan ke dalam buku berjudul A History of Modern Indonesia since c. 1200 yang ditulis oleh M. C. Ricklefs.
Asal muasal nama Sunda disebutkan dari prasasti satu ini. Dalam prasasti tertulis bahwa sebenarnya sudah ada raja Sunda sebelumnya sampai akhirnya kekuasaannya dipulihkan kembali setelah terlepas dari Kerajaan Sriwijaya. Selain itu, juga diceritakan bahwa sang Raja adalah pemburu yang handal.
Lokasi Prasasti
Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti Tapak Gajah terletak di Kampung Muara Pasir, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Sampai saat ini, prasasti masih berada di tempat ketika pertama kali ditemukan. Situs tempat prasasti ini adalah tempat pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Cianten di barat, Sungai Cisadane di timur dan Sungai Ciaruteun di selatan.
Lokasi situs berjarak sekitar 19 kilometer dari pusat Kota Bogor ke arah Ciampea. Jika kalian ingin mengunjungi situs ini, kondisi jalan sudah cukup baik. Namun, penunjuk jalan di jalan raya masih belum lengkap.
Prasasti Kebon Kopi II
Sama seperti prasasti pertamanya, prasasti kedua juga ditemukan di Kampung Muara Pasir, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Prasasti kedua ditemukan sekitar satu kilometer dari prasasti pertamanya. Saat ini, kalian tidak dapat melihat prasasti ini karena sudah hilang tercuri pada tahun 1940 an.
Demikian pembahasan Museum Nusantara kali ini mengenai Prasasti Kebon Kopi 1 & 2. Kita perlu mengingat bahwa peninggalan sejarah ini merupakan barang yang sangat berharga. Tentu kita perlu menjaga dan merawatnya supaya generasi berikutnya dapat mengetahui sejarah tentang Indonesia.
Tidak ada komentar