1. Candi
  2. Kerajaan

Menikmati Sunset dari Candi Ijo sebagai Lokasi Tertinggi di Jogja

Candi Ijo, candi Jogja yang tak banyak orang ketahui. Bangunan bersejarah yang terletak di sebelah selatan Candi Ratu Boko ini patut Anak Nusantara jadikan destinasi wisata favorit lainnya di Yogyakarta. Candi yang tak banyak mendapat sorotan dari para wisatawan ini menawarkan keindahan alam Jogja dari ketinggian bukit yang sangat menawan.

Mungkin dikarenakan banyaknya candi yang tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta, Candi Ijo Yogyakarta jarang menjadi referensi tempat wisata bersejarah yang wajib dikunjungi. Istilahnya, kalah pamor dengan candi besar lainnya seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan. Padahal candi ini cocok anda kunjungi ketika ingin menikmati panorama sunset di tanah Yogyakarta.  Ditambah arsitektur bangunan candi yang megah dan dipenuhi relief indah menjadi nilai keunikan tersendiri dari candi tertinggi di Yogyakarta ini. Bersantai menikmati pemandangan alam di tempat bersejarah adalah hal yang tak kalah menarik untuk dicoba. 

Sejarah Singkat Candi Ijo di Jogja

Sebenarnya tak banyak cerita sejarah yang terkuak dari Candi Ijo Jogja. Namun bisa dipastikan bahwa candi yang dibangun pada abad ke-10 sampai ke-11 Masehi atau sekitar masa kejayaan Kerajaan Medang periode Mataram merupakan candi bercorak Hindu. Candi tersebut digunakan sebagai tempat pemujaan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa. Candi ini pertama kali ditemukan oleh H.E. Dorrepaal pada tahun 1886, disusul dengan penemuan 3 arca batu oleh C.A. Rosemeler di tahun yang sama. 

ilustrasi dewa brahwa wisnu dan siwa
-candi ijo
Ilustrasi Gambar dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa, oleh jawakuno

Asal Usul Penamaan Candi Ijo

Pemberian nama candi unik ini tidak terlepas dari lokasi candi yang berada di atas bukit bernama Gumuk Ijo atau Bukit Hijau dengan ketinggian 425 meter di atas permukaan laut yang masih satu bagian dengan Perbukitan Batur Agung. Dikarenakan berdiri di perbukitan, bentuk bangunan menyesuaikan kontur bukit yang berundak-undak. Selain itu, ada sebuah prasasti bernama Prasasti Poh (906 M) yang menyebutkan adanya bangunan candi di Desa Wuang Hijau atau Ijo. Sejak itulah candi itu diberi nama Candi Ijo Yogyakarta.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Khas Komplek Candi Ijo sebagai Candi Hindu

Komplek Candi Ijo Yogyakarta memiliki luas sekitar 0,8 hektar. Namun diperkirakan luas aslinya lebih dari itu. Hal tersebut berdasarkan penemuan artefak-artefak yang berkaitan dengan candi dari aktivitas penambangan yang dilakukan oleh penduduk perbukitan di sebelah timur dan utara Gumuk Ijo. Jenis batu yang digunakan candi ini memiliki kesamaan karakteristik dengan batu yang digunakan oleh Candi Borobudur, Candi Prambanan dan candi lainnya yang dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Diketahui jenis batu tersebut adalah batu andesit yang berasal dari gunung. Pola bangunan candi ini memiliki perbedaan dengan candi Hindu lainnya. Jika candi Hindu, contohnya Candi Prambanan, memiliki pola memusat ke tengah, maka Candi Ijo Jogja memusat ke belakang dengan susunan 11 teras berpusat di pundek berundak paling atas. Sebagai rinciannya, bagian paling bawah berada di sisi barat dan bagian paling atas berada di sisi timur. 

Struktur Bangunan Candi Ijo

Kawasan candi ini terdiri dari beberapa bangunan induk, pengapit, dan perwara yang berundak-undak. Candi induk yang menghadap ke arah barat ini berhasil dipugar, sementara masih ada reruntuhan candi yang masih dalam proses perbaikan dan pemugaran di sebelah barat komplek candi ke arah kaki bukit. Di depan candi induk terdapat jajaran 3 candi dengan ukuran lebih kecil yang diperkirakan digunakan sebagai tempat pemujaan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa. Pintu masuk ketiga candi tersebut berhadapan dengan candi induk yang berarti menghadap ke arah timur. 

Bangunan candi induk berdiri di atas kaki candi berbentuk persegi yang semakin memperlihatkan unsur candi berundak. Di atas pintu dan relung candi yang mengapit pintu tersebut terdapat hiasan berbentuk kepala Kala tanpa rahang bawah yang tersusun dengan rapi. Untuk menuju pintu candi induk yang berada 120 cm di atas permukaan tanah, anda harus melewati tangga, dimana di samping sisi tangga ada sepasang makara, makhluk mitos Hindu bertubuh ikan yang memiliki belalai menyerupai gajah. 

lingga candi ijo
Arca Lingga di dalam Induk Candi, oleh swarahindudharma

Pada bagian dalam bangunan candi induk terdapat sebuah ruangan yang memiliki lingga yang ditopang oleh pahatan ular berkepala kura-kura di tengah ruangan. Pahatan ular berkepala kura-kura melambangkan penyangga Bumi dalam mitos Hindu. Selain lingga, ada sebuah yoni yang menyatu pada lingga tersebut dimana melambangkan kesatuan abadi antara Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa. Namun diketahui bahwa lingga yang seharusnya ada di tengah ruangan candi sudah tidak ada lagi di tempatnya. 

Di bagian luar dinding sebelah utara, timur, dan selatan terdapat relung-relung yang di masing-masing sisi berjumlah 3 relung. Bagian atas relung berhiaskan sepasang naga dan kepala Kala. Layaknya relung-relung yang berada di candi lainnya, relung yang ada di Candi Ijo Yogyakarta ini berisikan arca yang kini sudah tidak ada lagi. Atap candi tersusun ke dalam tiga tingkat, berbentuk segi empat yang mengerucut ke atas. Pada setiap sisi atap candi ada 3 stupa di masing-masing tingkat. Stupa terbesar berada di puncak atap candi.

Keindahan Relief Dinding Candi Ijo

Dinding bagian dalam ruangan candi memiliki relung-relung di sebelah utara, timur, dan selatan. Setiap relung diapit oleh relief yang menggambarkan sepasang apsara atau bidadari berjenis kelamin perempuan yang terbang menuju relung-relung. Relief juga ditemukan pada batas antara tubuh candi dengan atap candi yang membentuk pola selang-seling antara sulur-suluran dan gana, makhluk kerdil mitos Hindu. Jika anda perhatikan, ada juga relief menyerupai arca dewa setengah badan dalam berbagai posisi tangan di dinding atap.

Dibalik keindahannya, candi tersebut menyimpan sebuah misteri yang sampai sekarang belum diketahui asal usulnya. Ada sebuah prasasti berukuran 14 cm x 9 cm yang terletak di sekitar candi induk bertuliskan Guywan atau Bhuyutan yang berarti pertapaan. Prasasti tersebut bertuliskan sebuah kalimat yang diduga merupakan mantra kutukan berbunyi “Om sarwwawinasa, sarwwawinasa” sebanyak 16 kali. Banyak arkeolog belum bisa mengungkapkan makna sebenarnya dari kalimat tersebut dan apa hubungannya dengan Candi Ijo Jogja.

Menikmati Keindahan Jogja dari Puncak Gumuk Ijo

candi ijo jogja
Gambar Candi Ijo Jogja, oleh wikipedia,org

Kawasan Candi Ijo Jogja tidak hanya menawarkan keindahan dan kemegahan bangunan candinya, tetapi Anak Nusantara juga bisa menikmati pesona alam yang pastinya sayang banget jika dilewatkan. Komplek candi yang berada di puncak bukit Gumuk Ijo membuat wisatawan yang sedang berkunjung kesana bisa menikmati sunset Candi Ijo Yogyakarta, cocok untuk Anak Nusantara yang sedang mencari tempat foto yang instagramable. Selain sunset Candi Ijo Jogja, anda juga dapat melihat Kota Yogyakarta dan Landasan Pacu Bandara Adisucipto Yogyakarta dari ketinggian. Jika beruntung, anda bisa melihat pesawat terbang yang lepas landas dan mendarat di landasan pacu bandara. Sebuah paket wisata yang lengkap dari tanah Yogyakarta.

Lokasi dan Rute Menuju Candi Ijo

Candi tersebut berada di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tepatnya berada di lereng Gumuk Ijo atau Bukit Hijau, 28 kilometer ke arah timur dari pusat Kota Yogyakarta, 9 kilometer ke arah selatan Candi Prambanan, dan 4 kilometer ke arah timur laut Candi Ratu Boko. Anak Nusantara bisa mengunjungi komplek candi ini dengan mudah karena berada di jalur lintas kota menggunakan berbagai moda transportasi, mulai dari motor, mobil, taksi konvensional, hingga taksi online.

Jika anda datang dari arah pusat Kota Yogyakarta, anda bisa mengambil rute menuju Candi Ratu Boko. Lalu ambil arah tenggara di Jalan Ratu Boko untuk ke Jalan Jalan Boko – Candi Ijo. Belok kiri ke Jalan Candi Ijo dan jalan terus sejauh 2,5 kilometer. Setelah itu belok kiri untuk sampai di lokasi candi, tujuan anda berada di sebelah kanan jalan.

Jam Buka dan Harga Tiket Masuk

Berikut Munus berikan informasi mengenai jam buka operasional candi dan harga tiket masuk Candi Ijo Jogja.

Waktu OperasionalJam Buka
Senin – Minggu06.00 – 17.00 WIB
Kategori Harga Tiket Masuk Candi Ijo
Wisatawan lokal Rp 5.000 / orang
Wisatawan mancanegaraRp 10.000 / orang
Parkir MotorRp 3.000 / unit
Parkir MobilRp 5.000 / unit

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Menikmati Sunset dari Candi Ijo sebagai Lokasi Tertinggi di Jogja

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]