Indonesia yang merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia, pulau-pulau dengan bentangan laut luas menjadikan Indonesia sebagai Negara Maritim. Lautan yang membentang luas bukan menjadi sebuah tembok pemisah bangsa namun sebagai pemersatu bangsa dari Sumatera sampai ke ujung Papua.
Sejarah Museum Bahari
Daftar Isi
Museum Bahari Jakarta pada masa Pemerintahan Belanda adalah sebuah Gudang yang difungsikan untuk penyimpanan dan tempat sortir dan mengepak hasil bumi seperti rempah-rempah yang dimana merupakan komoditas utama VOC Belanda yang saat itu sangat laris di pasaran. Bangunan bersejarah ini memiliki dua sisi, yaitu sisi barat dan sisi timur. Pada sisi barat gedung Museum Bahari ini dinamakan dengan Westzijdsche Pakhuizen yang artinya adalah Gudang Barat, bangunan pada Gudang Barat ini dibangun secara bertahap mulai dari tahun 1652 hingga 1771. Untuk Gudang Timur yang terletak pada gedung Museum Bahari sisi timur ini disebut Westzijdse Pakhuizen.
Nah! Gedung Museum Bahari ini bertempat di beberapa bangunan pada Gudang Barat yang terdiri atas empat bangunan dan tiga bangunan diantaranya itulah yang saat ini digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung Museum Bahari tersebut dulunya digunakan sebagai penyimpanan barang dagangan utama VOC di Nusantara seperti rempah, kopi, teh, tembaga, tekstil dan juga timah.
Selain bangunan Gudang induk yang tidak jauh dari situ, terdapat pula kantor dagangnya. Bangunan Menara yang berlantai tiga yang kini dikenal dengan nama Menara Syahbandar yang dulunya adalah bangunan bekas Bastion Culemborg yang merupakan kubu pertahanan. Letaknya hanya berjarak 50 meter dari komplek gedung rempah VOC yang kini dikenal sebagai Museum Bahari. Gedung bangunan dari Museum Bahari telah menjadi bukti bisu sejarah kejayaan kota bandar perdagangan rempah Batavia.
Tetapi pada saat masa penjajahan Jepang, gedung Museum Bahari ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan barang logistik tentara Jepang. Kemudian, pada pasca Indonesia merdeka, salah satu bangunan yang merupakan Peninggalan Sejarah di Indonesia ini digunakan oleh PLN dan PTT untuk Gudang. Setelah beberapa tahun kemudian, pada tahun 1976, bangunan bersejarah ini dipugar kembali. Ketiga bangunan ini selesai dipugar dalam tahun yang berbeda-beda yakini Gedung A selesai pada tahun 1719, Gedung B pada tahun 1774, sedangkan Gedung C di tahun 1773. Kemudian pada tanggal 7 Juli 1977 adalah peresmian Museum Bahari oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Gedung Museum Bahari pun menjadi salah satu bangunan cagar budaya milik Indonesia.
Namun ternyata hal yang tidak terduga pun menjadi sorotan, pada tahun 2018 Museum Bahari dilahap oleh api. Kebakaran yang berlangsung pada pukul 08.55 WIB itu melumatkan barang-barang yang sangat bernilai tinggi akan sejarahnya. Hal ini menjadi salah satu bencana bagi dunia permuseuman Indonesia, dikarenakan nilai budaya, sejarah, dan peradaban yang ada di Museum Bahari tersebut sangat tidak ternilai harganya.
Banyak koleksi yang terbakar dan rusak akibat kebakaran yang terjadi ini. Koleksi-koleksi sumbangan dari empat negara yakni Amerika, Inggris, Australia, dan Belanda yang berada di ruangan pameran Perang Laut Jawa pun ikut terbakar. Tidak hanya itu, namun koleksi miniatur dan alat-alat navigasi laut bersejarah, seperti miniatur mercusuar, perahu tradisional hingga kepada rambu-rambu laut juga menjadi korban dalam kebakaran yang terjadi di Museum Bahari saat itu.
Bahkan masih ada lagi koleksi-koleksi Museum Bahari yang menjadi korban dalam bencana ini. Tempat penyimpanan koleksi miniatur perahu-perahu dari seluruh Nusantara yang terdapat pada Gedung C terbakar habis. Masih banyak benda-benda bersejarah sekitar 150 koleksi di Museum Bahari yang tidak sempat untuk diselamatkan dari lahapan si jago merah.
Namun tidak lama berlarut dalam kesedihan ini, tak lama dari peristiwa kebakaran Museum Bahari tanggal 16 Januari 2018, mulai dibenahi kembali sehingga pada tanggal 23 Januari 2018 Museum Bahari dibuka kembali untuk umum. Walaupun belum 100 persen pulih, tetapi sudah dianggap lebih kondusif.
Koleksi Museum
Koleksi yang dimiliki oleh Museum Bahari Jakarta ini sebanyak 126 koleksi benda-benda sejarah kelautan. Koleksi yang menjadi ketertarikan atau menjadi koleksi utama dari Museum Bahari ini adalah kapal dan perahu-perahu niaga tradisional. Dipamerkan juga puluhan miniatur yang diantaranya terdapat kurang lebih 19 koleksi perahu asli dan 107 miniatur, foto-foto dan biota laut. Jika ditotalkan jumlah dari koleksi Museum Bahari setelah peristiwa kebakaran 2018 yang terselamatkan sekitar kurang lebih 800 koleksi.
Museum Bahari memiliki koleksi berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Kemudian ada juga koleksi peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar, dan meriam.
Kemudian Museum Bahari juga menampilkan koleksi berbagai biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara, matra TNI AL, serta tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia-Amsterdam.
Berbagai koleksi yang ada di Museum Bahari ini dipamerkan ke dalam sejumlah pembagian ruang, seperti Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia, pada ruangan inilah miniatur kapal dan peralatan untuk nelayan dipamerkan; Ruang Teknologi Menangkap Ikan, alat pancing, bubu dan jaring akan disajikan di ruangan ini; Ruang Biota Laut, di dalam ruangan yang satu ini memamerkan aneka jenis ikan, kerang, dugong, dan tumbuhan laut yang beragam; Ruang Navigasi,pada ruangan ini menyajikan teleskop, kompas, dan sejumlah alat bantu navigasi lainnya; dan ada lainnya seperti Ruang Pelayaran Kapal Uap dan Pelabuhan Jakarta.
Koleksi Perahu di
Museum Bahari Jakarta
1. Perahu Phinisi
Perahu atau kapal tipe Phinisi ini merupakan jenis kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dan tujuh layar. Kapal ini dibangun pada awal abad ke-20 oleh para pengrajin perahu Ara dan Lemo-lemo. Perahu atau Kapal Phinisi pertama dibuat untuk seorang nahkoda Bira asal Sulawesi. Perahu ini pun juga digunakan oleh tentara Jepang untuk keperluan perang pada Perang Dunia II.
2. Lancang
Kata Lancang sendiri berarti perahu (d.h). Pada zaman dahulu dikenal jenis Lancang yang berasal dari Banten, Kalimantan, dan Sumatera. Lancang Kuning yang merupakan perahu untuk pesiar digunakan oleh raja dan keluarga ini pun menjadi koleksi Museum Bahari Jakarta.
3. Perahu Gelati
Jenis perahu nelayan satu ini memiliki peran penting di Selat Bali. Pada kala itu perahu ini mendominasi dermaga pada setiap pelabuhan di sepanjang Pantai Utara Jawa. Perahu Gelati ini juga dikenal sebagai perahu yang pada saat berlayar, lagu-lagu tradisional diperdengarkan melalui pengeras suara yang terpasang pada layarnya yang berbentuk segitiga.
Dari koleksi-koleksi Museum Bahari pengunjung akan mendapatkan rangkaian cerita mengenai perdagangan melalui laut yang menggunakan peralatan sangat tradisional. Yang dapat diartikan, perdagangan laut sebelum revolusi industri.
Harga Tiket Masuk
Museum Bahari Jakarta
Untuk dapat masuk dan menikmati sejarah dari koleksi-koleksi yang ada di Museum Bahari Jakarta, Anak Nusantara perlu mengeluarkan sedikit uang untuk membeli tiket masuk.
Harga Tiket Masuk Museum Bahari Jakarta :
Umum | Rp 5.000 |
Mahasiswa/i | Rp 3.000 |
Pelajar | Rp 2.000 |
Dengan jam operasional dari Museum Bahari Jakarta yaitu pada hari Selasa sampai Minggu, pukul 09.00 WIB hingga 16.30 WIB.
Lokasi
Anak Nusantara yang ingin berkunjung sekaligus mengetahui Sejarah Museum Bahari bisa langsung berkunjung ke Jalan. Ps. Ikan No.1, Penjaringan, Jakarta Utara.
Jaraknya tidak jauh dari lokasi stasiun Jakarta Kota. Hanya berjarak sekitar kurang lebih 2 km dari stasiun tersebut.
Tidak ada komentar