1. Biografi

Sunan Bonang, Sosok Wali yang Mencintai Budaya Nusantara

Halo anak Nusantara! Pernahkah kalian mendengar nama sebuah alat musik gamelan bernama Bonang? Nama Bonang berasal dari penemu alat musik ini yang bernama Sunan Bonang, seorang pendakwah di Jawa Tengah yang tergabung dalam Wali Songo.

Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas tentang biografi beliau sebagai sunan yang sangat mencintai budaya Indonesia. Sudah berapa banyak hal yang kamu ketahui tentang sosok yang dikenal mencintai budaya Nusantara ini? Untuk menambah pengetahuan kamu, yuk, simak penjelasan Museum Nusantara di bawah ini!

Biografi Sunan Bonang

Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 Masehi yang lahir dari pasangan Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila, atau juga kerap dipanggil Dewi Condrowati. Nama asli Sunan Bonang adalah Raden Makhdum Ibrahim atau Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang berasal dari Surabaya, Jawa Timur. Beliau juga adalah kakak dari Sunan Drajat atau Raden Qosim.

Sedari kecil, beliau sudah dibekali oleh Sunan Ampel dengan ajaran Islam. Ia adalah sosok yang disiplin dan tekun. Karena itu, beliau sudah diutus untuk melakukan perjalanan jauh sebagai bentuk latihan menjadi seorang wali atau disebut Riyadhoh.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Selama masa belajarnya menjadi wali, beliau pernah berguru ke daerah Pasai untuk mendapat pengajaran dari Syekh Maulana Ishak dan Sunan Giri. Setelah itu, beliau kembali ke Jawa dan menetap di daerah Bonang yang saat ini berada di Kecamatan Lasem, Rembang sampai akhirnya Sunan Bonang wafat pada tahun 1525. Beliau tidak memiliki keturunan dan tidak menikah karena mengabdikan diri sepenuhnya pada kegiatan dakwah.

Ilmu yang Dimiliki Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel yang sangat disegani di pulau Jawa sehingga membuatnya mempunyai ilmu yang tinggi. Raden Makhdum Ibrahim memiliki ilmu seperti tasawuf, ushuluddin, fiqih, arsitektur, sastra, seni, dan ilmu tenaga dalam yang berada di luar nalar manusia. Beliau juga kerap mengajarkan kepada para muridnya tentang ilmu-ilmunya melalui sholat dan dzikir.

Beliau mengajarkan kepada muridnya sebuah ilmu untuk menghafal 28 huruf hijaiyyah supaya para muridnya dapat membaca serta memahami isi dari Al-Qur’an. Ia mengajarkan ilmu ini melalui gerakan-gerakan fisik sebagai cara mengembangkan dzikir. Sampai saat ini, ilmu yang diajarkan beliau masih kerap diajarkan di padepokan Ilmu Sujud dan Tenaga Dalam di Indonesia.

Wilayah Dakwah Sunan Bonang

Setelah perjalanannya belajar sebagai wali atau Riyadhoh, Sunan Bonang melakukan dakwah di daerah Tuban, Jawa Timur atas perintah dari Sunan Ampel. Di Tuban, beliau mendirikan sebuah pondok pesantren yang berfungsi sebagai pusat dakwah penyebaran agama Islam. Santri yang ada di pondok pesantren ini bukan hanya berasal dari Tuban saja, tapi dari seluruh pelosok Nusantara. Salah satu murid yang terkenal adalah Sunan Kalijaga.

Raden Makhdum Ibrahim menjadi penanggung jawab dari akulturasi budaya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Beliau melakukan pendekatan melalui budaya yang terkenal di masyarakat pada saat itu, seperti gamelan dan suluk.

Selain itu, beliau juga melakukan dakwah secara pribadi kepada Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V dan sultan pertama Kerajaan Demak. Karena peran beliau dalam mengajar Islam dan membangun Masjid Agung Demak, Sunan Bonang mendapat tempat terhormat dalam Kerajaan Demak.

Akulturasi Budaya Sebagai Strategi Dakwah Sunan Bonang

Sebagai bentuk dakwah, beliau menggunakan akulturasi budaya sebagai jembatan untuk meraih perhatian masyarakat serta mengajarkan agama Islam. Berikut adalah akulturasi budaya yang beliau lakukan :

1. Dakwah Melalui Karya Sastra

Sang Sunan melakukan pengubahan terhadap karya sastra yang sudah ada menjadi suluk. Salah satu karya yang paling terkenal adalah Tombo Ati yang berarti penyembuh jiwa. Suluk berasal dari Bahasa Arab yang berarti menempuh jalan pertobatan atau tasawuf. 

Berikut adalah suluk yang dibuat  Sunan Bonang:

1. Suluk wujil

Suluk Wujil adalah suluk paling terkenal. Nama Wujil berasal dari salah satu nama cantrik beliau. Suluk ini berisi syair yang berisi tentang peralihan dari agama Hindu menjadi Islam, baik dari segi politik, sastra budaya, dan kepercayaan.

Makna kedua Suluk Wujil adalah perenungan ilmu yang mempelajari konsep ketuhanan yang disebut ilmu sufi. Makna Suluk Wujil adalah pengenalan diri sendiri, hakikat dari niat, serta tujuan seseorang dalam beribadah.

2. Suluk gentur atau suluk bentur

Suluk Gentur dan Suluk Bentur menjelaskan jalan yang ditempuh untuk mencapai tingkat tertinggi sebagai ahli sufi. Makna dari nama Gentur dan Bentur adalah lengkap atau sempurna, tapi beberapa orang sering mengartikannya dengan ketekunan dan semangat.

3. Gita suluk latri

Gita Suluk Latri berisi tentang seseorang yang menunggu kedatangan kekasihnya. Semakin malam, kegelisahan dan kerinduan menjadi semakin membesar. Ketika sang kekasih, tokoh dalam suluk ini sudah lupa semuanya tapi masih mengingat wajah sang kekasih , sampai akhirnya ia hanyut terbawa ombak menuju lautan.

Ilustrasi Suluk Wujil (Sumber : ibntimesid)

4. Suluk khalifah

Suluk Khalifah bercerita tentang sejarah perjuangan wali songo dalam berdakwah dan kisah sang sunan yang melakukan riyadhoh serta perjalanan ibadah haji.

5. Suluk jebeng

Suluk Jebeng juga terkenal dengan nama Tembang Dandanggula. Nama Jebeng berasal dari istilah orang muda yang dituakan karena menuntut ilmu. Suluk ini bercerita tentang pembentukan khalifah di bumi dan pengenalan tentang hakikat diri supaya menuju jalan kebenaran. Selain itu, Suluk Jebeng juga bercerita tentang penyatuan manusia dengan Tuhan.

6. Gita suluk wali

Gita Suluk Wali berbentuk dalam lirik puisi. Dalam suluk ini bercerita tentang hati seseorang yang hanyut dengan perasaan cinta. Pada akhir bait terdapat pepatah sufi yang memiliki arti hati seorang hamba mukmin adalah tempat kediaman Allah.

2. Dakwah Melalui Musik Gamelan

Sang Sunan melakukan dakwah dengan memadukan budaya yang sudah ada seperti Gamelan dengan ajaran Islam. Pencampuran ini menanamkan unsur islami tanpa mengubah total budaya yang sudah ada. Selain gamelan, beliau juga berdakwah melalui wayang.

Sunan sering mengumpulkan orang dengan cara memainkan Bonang. Ketika dipukul Bonang akan mengeluarkan suara yang merdu sehingga menarik perhatian masyarakat untuk datang dan mendengarkannya. Setelah masyarakat berkumpul, Sunan Bonang akan mulai mengajari ajaran Islam

Selain itu, beliau juga dalang yang piawai. Ketika ia menjadi dalang, Sang Sunan memasukkan ajaran Islam ke dalam cerita yang dibawakan sekaligus dengan dzikir. Selain bentuk hiburan, wayang menjadi media dakwah bagi masyarakat. Sunan melakukan pengubahan terhadap cerita yang sudah terkenal supaya dapat memasukkan bumbu Islami.

Karya dan Peninggalan Sunan Bonang

Sebagai seorang sunan sekaligus cendekiawan, beliau menciptakan berbagai karya serta peninggalan yang menjadi bukti keberadaannya dan media untuk mengajarkan Islam dari waktu ke waktu. Beberapa karya beliau adalah :

  1. Karya sastra dalam bentuk Suluk
  2. Het Boek Van Bonang, sebuah buku yang diduga dibuat bersama ilmuwan Belanda
  3. Instrumen Bonang dalam Gamelan
  4. Tembang Tombo Ati
  5. Kitab Tanbihul Ghofilin atau Kitab Tasawuf setebal 234 halaman

Karya karya tersebut masih ada sampai saat ini, bahkan tembang Tombo Ati yang kemudian dinyanyikan kembali dalam bentuk lagu yang lebih modern.

Alat Musik Bonang (Sumber : Wikipedia)

Makam Sunan Bonang Sebagai Spot Wisata Religi

Makam Sunan Bonang terletak di belakang Masjid Agung Tuban, sebelah barat alun-alun Tuban. Beliau meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, Jawa Timur. Makam beliau ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai wilayah di Indonesia.

Lokasi tepat makam berada di Jalan K.H. Mustain, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Bagi kalian yang ingin mengunjungi makam tersebut, kalian dapat menggunakan bus. Ziarah makam ini juga buka selama 24 jam, jadi kalian dapat memilih waktu kapanpun kalian mau.

Jika menggunakan bus, kalian harus datang ke lokasi makam dengan menaiki becak. Jika menggunakan kendaraan pribadi yang lebih kecil seperti motor atau mobil, kalian dapat langsung memarkir kendaraan di sekitar alun-alun Tuban.

Di area makam ini, kalian akan banyak menjumpai para penjual oleh-oleh, makanan, dan cinderamata sehingga cocok bagi kalian yang ingin membawa oleh-oleh khas Tuban. 

Sampai saat ini, makam beliau masih ramai dikunjungi sebagai bentuk untuk mengenang jasanya dalam berdakwah.

Makam Sunan Bonang (Sumber : Merdeka)

Baca Juga : Sunan Drajat, Sunan yang Dermawan & Peduli kepada Sesama

Keberadaan Sunan Bonang sebagai sunan yang berdakwah melalui akulturasi budaya membuat Indonesia menjadi semakin kaya akan budaya dan tradisi. Peninggalan dan jasa beliau akan selalu dikenang sampai saat ini. Demikian penjelasan mengenai biografi Sunan Bonang yang dapat Museum Nusantara sajikan kali ini, dan semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Sunan Bonang, Sosok Wali yang Mencintai Budaya Nusantara

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]