Aceh merupakan wilayah di Indonesia yang beroperasi dengan peraturan khusus. Seperti yang kita ketahui bahwasanya wilayah Aceh menggunakan syariat Islam sebagai peraturan perundang-undangannya. Namun jauh sebelum itu semua, di wilayah tersebut berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Aceh. Kerajaan yang berdiri di provinsi Aceh tersebut dipimpin oleh seorang sultan. Ulasan lebih lanjut mengenai Kerajaan Aceh dapat disimak di bawah ini.
Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam
Daftar Isi
Dikenal dengan nama Kerajaan Aceh Darussalam atau Kesultanan Aceh adalah sebuah sistem pemerintahan kerajaan yang ada pada zaman dahulu. Pendiri Kerajaan Aceh adalah seorang laki-laki bernama Sultan Ali Mughayat Syah yang sekaligus menjabat sebagai Sultan pertama di kerajaan tersebut. Ia mendirikan Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1496 di Pulau Sumatera, lebih tepatnya di Provinsi Aceh.
Pada awalnya, wilayah Kerajaan Aceh merupakan wilayah Kerajaan Lamuri, yaitu kerajaan yang lebih dulu berdiri dibandingkan dengan Kerajaan Aceh. Hingga kemudian kerajaan Lamuri berhasil ditundukkan sekaligus menyatukan beberapa wilayah di sekitar sebagai bagian dari kerajaan baru, yaitu Kerajaan Aceh. Wilayah-wilayah tersebut diantaranya adalah Daya, Pedir, Lidie, dan Naku.
Selanjutnya, pada tahun 1524 wilayah kerajaan Samudera Pasai sudah berhasil ditaklukkan dan juga berubah menjadi wilayah kedaulatan Kesultanan Aceh. Dengan begitu, luas wilayah kerajaan tersebut berkembang secara signifikan. Namun, pada 1528, Mughayat yang saat itu memegang tampuk kekuasaan digantikan oleh sang putra sulung yang bernama Salahuddin.
Raja Kerajaan Aceh
Selayaknya suatu kerajaan, Kerajaan Aceh dipimpin oleh beberapa raja yang diberi gelar Sultan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, raja pertama dari kerajaan ini adalah sang pendiri itu sendiri yaitu Sultan Ali Mughayat Syah. Beliau pemimpin pertama dalam sejarah Kesultanan Aceh yang memulai kepemimpinannya dari tahun 1514 hingga 1538 M.
Setelah masa kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah, tampuk kekuasaan diserahkan kepada sang putra sulungnya. Putra sulungnya tersebut bernama Sultan Salahuddin yang memerintah pada 1530 sampai 1537. Hingga akhir masa pemerintahannya ia pun kemudian digantikan oleh Sultan Alaudin Syah mulai 1537 hingga 1568 M.
Kemudian, pada awal abad ke 17 M, merupakan masa kejayaan Kesultanan Aceh dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Masa kejayaan tersebut ditandai dengan semakin meluasnya wilayah kerajaan dan juga meningkatnya kekuatan militer saat itu. Setelah Sultan Iskandar Muda turun dari jabatannya, ia kemudian digantikan dengan Sultan Iskandar Thani.
Baca juga: Kerajaan Kutai | Sejarah Lengkap, Raja, dan Peninggalan
Peninggalan Kerajaan Aceh
Tidak seperti kerajaan-kerajaan Hindu Buddha yang biasanya mempunyai peninggalan sejarah berupa prasasti, Kesultanan Aceh memiliki peninggalan yang berbeda. Peninggalan-peninggalan tersebut merupakan bukti kuat yang menjelaskan tentang keberadaan Kesultanan Aceh itu sendiri. Kebanyakan peninggalan Kesultanan Aceh berupa bangunan-bangunan yang sangat identik dengan Kesultanan yang berbau Islam. Berikut beberapa peninggalan hasil budaya Kesultanan Aceh
Masjid Raya Baiturrahman
Tempat beribadah umat muslim ini merupakan masjid kebanggaan masyarakat Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1612, yaitu pada masa keemasan Kesultanan Aceh saat kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Sebagai tempat beribadah, masjid ini terletak di posisi yang strategis yaitu tepat di tengah-tengah kota atau jantung kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Letak yang strategis tersebut memungkinkan bagi seluruh masyarakat Aceh untuk mengunjungi masjid tersebut dimana jantung kota biasanya merupakan tempat peradaban orang-orang beraktivitas. Meskipun fungsi utama sebuah masjid adalah sebagai tempat untuk melaksanakan shalat, Masjid Raya Baiturrahman menawarkan lebih dari itu.
Masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini juga bisa difungsikan sebagai tempat melakukan kegiatan keagamaan lainnya. Kegiatan tersebut seperti kegiatan pengajian, acara keagamaan seperti halnya Maulid Nabi Muhammad, tadarus, dan lain sebagainya. Selain itu, biasanya juga dipakai untuk kegiatan rutin seperti peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Quran, atau bahkan hanya sekedar sebagai tempat berteduh bagi masyarakat.
Menilik dari sejarahnya, Masjid Raya Baiturrahman sendiri memiliki nilai yang sangat besar di hati masing-masing masyarakat Aceh. Pasalnya, masjid kebanggaan tersebut merupakan penanda bahwasanya terdapat kerajaan Islam yang dulu pernah berada dalam masa kejayaan. Selain itu, masyarakat Aceh juga membuktikan bahwa mereka juga menghargai dan mencintai sejarah dan belajar dari masa lalu.
Taman Sari Gunongan
Taman Sari ini dibuat sebagai tempat untuk bercengkrama bagi anggota keluarga kerajaan. Memiliki bentuk dan pemandangan yang indah, tempat ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat bersantai bagi para anggota keluarga kerajaan. Sama halnya dengan Masjid Raya Baiturrahman, Taman Sari Gunongan merupakan peninggalan Kesultanan Aceh yang dibuat semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Dikabarkan bahwasanya Taman Sari Gunongan ini dibangun atas permintaan sang permaisuri cantiknya yang berasal dari Pahang Malaysia. Selain taman, bangunan ini juga dilengkapi dengan gunongan yang berfungsi sebagai tempat untuk menghibur diri. Gunongan juga digunakan sebagai tempat permaisuri berganti pakaian sehabis mandi di Sungai Isyiki.
Meriam
Selain berupa bangunan, peninggalan lainnya berupa benda yang identik dengan masa kerajaan. Benda tersebut adalah tiga meriam yang baru ditemukan beberapa tahun terakhir di Desa Arongan, Kabupaten Aceh Barat. Temuan tiga meriam tersebut dilengkapi dengan sisa puing bangunan yang diperkirakan merupakan peninggalan dari Kerajaan Aceh Darussalam pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Kesimpulan
Kerajaan Aceh menjadi salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang sempat merasakan masa keemasan yaitu pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sebagai kesultanan yang memerintah menggunakan syariat Islam, hal tersebut masih berlaku hingga saat ini yang menjadikan Aceh sebagai salah satu daerah istimewa di Indonesia dengan otonomi daerah khusus. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman menjadi bangunan kebanggaan masyarakat Aceh yang sangat mereka cintai.
Baca juga: Kerajaan Singasari: Sejarah, Letak, Raja, dan Peninggalan
Tidak ada komentar