Berkunjung ke Solo rasanya tidak lengkap jika belum explore Solo sampai ke wisata sejarah dan budaya di Kota Surakarta. Explore Solo sampai ke Keraton Kasunan Surakarta atau yang mungkin lebih dikenal Anak Nusantara sebagai Keraton Surakarta.
Keraton Surakarta adalah kawasan Cagar Budaya yang membentuk tata ruang membujur dari utara ke selatan. Berbicara mengenai Keraton maka sudah pasti tidak lepas dari sejarah kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berjaya di Tanah Air, khususnya di daerah pulau Jawa.
Istilah keraton sendiri berasal dari istilah yang menunjukkan tempat kediaman ratu. Bangunan dari keraton pada umumnya memiliki ciri khusus dan menjadi salah satu perlambangan identitas kerajaan yang sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, dan sebagai rumah tinggal seorang raja bersama dengan keluarga istananya.
Penting diketahui Anak Nusantara jika berkunjung ke salah satu cagar budaya Indonesia di Solo. Berkunjung ke Keraton Surakarta disarankan untuk tidak menggunakan celana pendek saat berkunjung. Kenapa? Simak sejarah Keraton Surakarta bersama Munus dibawah ini.
Sejarah Keraton Surakarta
Keraton Surakarta telah di bangun di Solo (p.d. Desa Sala) sejak jaman pemerintahan Sri Susuhan Pakubuwono II pada tahun 1744. Keraton Surakarta dibangun dengan maksud sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak akibat peristiwa Geger Pacinan yang terjadi di tahun 1743.
Di Desa Sala terdapat sebuah Pelabuhan kecil yang terletak di tepi barat Sungai Beton. Sungai Beton inilah yang kerap disebut dan dikenal dengan sebutan Sungai Bengawan Solo. Desa ini pun diganti menjadi Surakarta dikarenakan pusat pemerintahan dipindahkan ke Solo saat itu. Pada tahun 1755, disepakatilah sebuah Perjanjian Giyanti berisi tentang memecah Kerajaan Mataram Islam menjadi dua kerajaan besar. Dengan adanya perjanjian tersebut, keraton di Desa Solo menjadi istana resmi bagi Kasunan Surakarta Hadiningrat atau yang lebih dikenal dengan Keraton Surakarta. Untuk kerajaan pecahan yang satunya menjadi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang menempati di pusat pemerintahan Yogyakarta.
Keraton Surakarta yang menjadi ikon Kota Solo ini memiliki salah satu bangunan bertingkat yang cukup menarik. Menara Sanggabuwana sebuah bangunan bertingkat yang konon menjadi tempat bertemunya Ratu Laut Selatan dengan Raja. Menara tersebut didirikan pada tahun 1782 di wilayah Keraton Surakarta oleh Sri Susuhan Pakubuwono III. Bangunan bertingkat yang memiliki tinggi 30 meter itu berfungsi sebagai menara, guna untuk memata-matai Belanda pada masa penjajahan. Istana Keraton Surakarta ini memiliki banyak kenangan bersejarah, yakni salah satunya adalah peristiwa penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram Islam kepada VOC.
Bangunan Istana Keraton Surakarta
Dari arah utara ke selatan, begitulah bangunan Keraton Surakarta yang didirikan secara membujur. Tata letaknya menunjukkan sebuah konsep kosmologi dengan gambaran berupa lingkaran-lingkaran yang konsentris. Di sekitar ibukota atau pusat pemerintahan disebut dengan lingkaran negaragung yang diartikan dengan ibukota.
Pangeran Mangkubumi yang kelak memimpin Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini adalah seorang yang mempunyai andil besar sebagai arsitek pembangunan Keraton Surakarta. Bangunan utama dari Keraton Surakarta didominasi dengan warna putih dan biru. Gaya arsitektur pada bangunan utama memiliki ornamen campuran antara Jawa dan Eropa.
Proses pembangunan Keraton Surakarta ini dilakukan secara bertahap namun tetap merubah pola dasarnya yang awal. Keraton Surakarta pada era pemerintahan Sri Susuhan Pakubuwono X, sempat mengalami restorasi dan renovasi pada sekitar tahun 1893-1939. Berikut Munus merangkumkan kompleks Keraton Surakarta, sebagai berikut:
Alun-alun Lor
Alun-alun Lor menjadi tempat yang terletak di depan Istana Keraton Surakarta, dengan sekeliling garis pinggir Alun-alun Lor yang ditanami pohon beringin. Tak hanya pinggirannya, namun juga di tengah lapangan Alun-alun Lor terdapat dua pohon beringin yang diberi pagar dan disebut dengan Waringin Sengkeran. Alun-alun Lor ini juga menjadi tempat diselenggarakannya upacara-upacara kerajaan seperti yang pada umumnya adalah sebagai tempat bertemunya Raja dengan rakyat.
Sasana Sumewa
Bangunan utama dari Keraton Surakarta ini disebut dengan Sasana Sumewa. Tempat ini merupakan bangsal besar yang berada di tepi jalan sebelah selatan dari Alun-alun Lor. Jaman dahulu bangsal ini digunakan sebagai tempat menghadap untuk para punggawa dalam upacara resmi kerajaan. Lalu untuk bangsal besar yang arahnya menghadap ke utara difungsikan sebagai ruang tunggu bagi tamu-tamu penting yang akan bertemu Raja.
Pada bagian tengah ruang Sasana Sumewa terdapat sebuah bangsal kecil yang disebut Bangsal Pangrawit. Bagian Bangsal Pangrawit ini difungsikan sebagai tempat duduk atau berdiri Raja dalam menyampaikan pesan atau perintah untuk para bawahannya. Pada acara pelantikan pejabat Bangsal Pangrawit ini juga difungsikan. Terdapat pula Bangsal Pacetokan, tempat istirahat abdi dalem dan Bangsal Pacikeran sebagai tempat untuk orang yang dijatuhi hukuman oleh pengadilan.
Siti Hinggil Lor
Kompleks Siti Hinggil ini dibangun diatas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kompleks ini memiliki dua gerbang pada sisi utara yakni Kori Wijil dan sisi selatan disebut Kori Renteng. Bangunan utama yang ada pada kompleks Siti Hinggil ini adalah Sasana Sewayana yang difungsikan oleh para pembesar dalam menghadiri sebuah upacara kerajaan. Selain itu juga ada Bangsal Manguntur Tangkil yang berfungsi sebagai singgasana tahta Sri Sunan ketika beliau menerima para pimpinan.
Kemandhungan Lor
Pintu masuk utama ke dalam halaman Kamandungan Lor terdapat di arah utara yang pintunya disebut Kori Gapit. Gerbang tersebut dibangun oleh Susuhunan Pakubuwana III dengan gaya Limasan Semar Tinandu. Gaya tersebut merupakan gerbang yang memiliki atap trapesium, seperti joglo, tanpa tiang dan hanya ditopang oleh dinding.
Di sisi barat dan timur Kori Brajanala, pada sebelah dalam terdapat Bangsal Wisamarta yang menjadi tempat jaga pengawal istana. Selain itu di timur gerbang ini terdapat menara lonceng.
Sri Manganti dan Kedhaton
Di sebelah barat dan timur halaman kompleks Sri Manganti terdapat dua bangunan utama yaitu Bangsal Smarakatha dan Bangsal Marcukundha.
Bangsal Marcukundha pada zamannya digunakan untuk menghadap para opsir prajurit, untuk kenaikan pangkat pegawai dan pejabat junior. Tempat ini juga difungsikan untuk menjatuhkan vonis hukuman bagi kerabat Sri Sunan. Namun, saat ini difungsikan untuk menyimpan Krobongan Madirengga, upacara sunat/khitan para putra Sri Sunan.
Bangsal Marcukundha yang terletak di sisi barat kompleks Sri Manganti ini terdapat sebuah menara bersegi delapan yang disebut dengan Panggung Sangga Buwana. Menara dengan ukuran tinggi sekitar kurang lebih 30 meter ini sebenarnya terletak di dua halaman sekaligus, halaman Sri Manganti dan halaman Kedhaton.
Di dalam kompleks Kedhaton terdapat tempat yang digunakan sebagai perjamuan makan resmi kerajaan yaitu Sasana Handrawina. Namun untuk saat ini, tempat tersebut digunakan sebagai tempat seminar maupun gala dinner tamu asing yang datang ke Kota Solo.
Kemagangan, Kemandhungan Kidul, Siti Hinggil Kidul dan Alun-alun Kidul
Kompleks Kemagangan yang dahulunya digunakan para calon pegawai kerajaan ini, terdapat sebuah pendapa di tengah-tengah halaman yang disebut Bangsal Kemagangan. Kompleks berikutnya, Sri Manganti Kidul dan Kamandhungan Kidul yang hanyalah berupa halaman, digunakan saat upacara pemakaman Sri Sunan maupun permaisuri. Di sekitar Kori Kamandhungan Kidul adalah pelataran yang bersifat lebih terbuka untuk umum.
Kompleks terakhir, Siti Hinggil Kidul adalah suatu komplek bangunan pendapa terbuka, yang dikelilingi oleh barisan pagar besi pendek. Pada zaman dahulu di sekitarnya terdapat empat meriam, dua diantaranya kemudian diambil pemerintah untuk diletakkan di AMN Magelang.
Disebelah selatan Siti Hinggil Kidul dapat ditemukan Alun-alun Kidul, alun-alun ini bersifat lebih pribadi dibandingkan Alun-alun Lor.
Lokasi Keraton Surakarta
Jika Anak Nusantara yang ingin melakukan explore Solo di wisata Keraton Solo, berikut Munus berikat info lokasi Keraton Surakarta.
Alamat lokasi dari Istana Surakarta ini berada di alamat Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, di Jawa Tengah.
Tiket Masuk Keraton
Supaya bisa masuk dan menikmati budaya di Keraton Surakarta, diperlukan untuk merogoh kocek Anak Nusantara. Cukup mengeluarkan beberapa ribu sudah bisa menikmati keindahan keraton serta budayanya.
Berikut daftar harga Tiket Masuk Keraton Surakarta dan Jam Buka Keraton Surakarta
Domestik | Rp 10.000 |
Domestik Rombongan | Rp 8.000 |
Wisatawan Asing / Tourist | Rp 15.000 |
Senin – Kamis | 09.00 – 14.00 WIB |
Sabtu – Minggu | 09.00 – 15.00 WIB |
Jumat | Tutup |
Tidak ada komentar