1. Kerajaan
  2. Kerajaan di Indonesia

Kerajaan Gowa Tallo: Sejarah, Kehidupan Masyarakat dan Peninggalan

Seperti yang kita ketahui bahwa sejarah telah mencatat banyak sekali kerajaan-kerajaan yang berdiri beberapa abad silam. Salah satunya adalah Kerajaan Gowa Tallo, kerajaan ini disebut juga dengan Serambi Madinah karena pada msanya kerjaan bercorak Islam ini telah menjadi pusat dakwah agama Islam. Menjadi kerajaan yang letaknya strategis membuat masyarakatnya hidup makmur, namun hal ini juga yang membuat wilayah Gowa Tallo menjadi incaran VOC dan berakhir dengan Perjanjian Bongaya. Ulasan lebih lanjut terkait Kerajaan Gowa Tallo dapat disimak di bawah ini.

Sejarah Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan bercorak Islam yang berada di Sulawesi Selatan sejak abad ke-14 dan berpusat di Makassar. Jalur kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan pelayaran Nusantara. Pada mulanya, Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terpisah, namun akhirnya bersatu pada abad ke-17.

Sejarah berdirinya Kerajaan Gowa ini cukup unik, bukan dari keruntuhan kerajaan lain tetapi didirikan oleh 9 kelompok masyarakat yang bergabung menjadi satu pemerintahan bernama Bate Salapang, di antaranya Kalili, Sero, Bissei, Saumata, Agangjene, Data, Parang-parang, Lakiung dan Tombolo. Pada saat itu mereka membutuhkan sosok pemimpin di luar komunitas mereka yang mampu berlaku adil dan mempersatukan mereka. Bertemu lah mereka dengan Tumanurung Bainea yang diangkat menjadi raja pertama Kerajaan Gowa.

Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo, Foto Oleh Selasar

Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, Kerajaan ini merupakan dua kerajaan yang berbeda. Pada kepemimpinan Tonatangka Lopi Raja Gowa ke-6, ia membagi kekuasaan kepada kedua putranya. Kerajaan Gowa dipimpin oleh Batar Gowa, sedangkan putra keduanya Karaeng Loe ri Sero diberi kekuasaan di suatu wilayah untuk membangun Kerajaan Tallo. Kedua kubu kerajaan tersebut rupanya sering mengalami pertikaian, sampai pada suatu ketika dua kerjaan itu berhasil di satukan oleh Daeng Matanre Karaeng Tumparisi Kallona. Dna terbentuklah Kerajaan Gowa Tallo.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Sebelum masuknya agama Islam, Masyarakat di wilayah Gowa menganut aliran animisme. Kemudian ketika kepemimpian Raja I Mangaru Daeng Manrabbia atau Sultan Alauddin I (Raja Gowa pertama yang menganut agama Islam) Gowa Tallo menjadi pemerintahan Islam sehingga satu – persatu masyarakatnya ikut menganut Islam.

Semenjak saat itu,Kerajaan Gowa berubah menjadi Kesultanan dan menjadi pusat dakwah Islam di wilayah Sulawesi Selatan dan Indonesia Bagian Timur. Jika Aceh adalah Serambi Mekah, maka kesultanan ini disebut juga degan Serambi Madinah.

Baca juga: Kerajaan Aceh: Masa Jaya Kerajaan Islam di Nusantara

Raja Kerajaan Gowa Tallo

Selama berdirinya, tercatat 30 raja yang memerintah di kesultanan ini. Diantaranya adalah:

  • Tumanurung Bainea (Raja pertama, awal abad ke-14)
  • Tamasalangga Baraya (1320 -1345)
  • I Puang Loe Lembang (1345-1370)
  • I Tuniata Banri (1370-1395)
  • Karampang Ri Gowa (1395-1420)
  • Tunatangka Lopi (1420-1445)
  • Batara Gowa Tuniawangngang Ri Paralakkenna (1445-1460)
  • Pakere Tau Tunijallo Ri Passukki (1460)
  • Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna (1460-1510)
  • I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga (1510 -1546)
  • I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta (1546-1565)
  • I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565)
  • I Tepu Karaeng Daeng Parabbung Tunipasulu (1565-1590

Raja-raja diatas merupakan raja yang memimpin Gowa Tallo sebelum menjadi pemerintahan Islam. Berikut raja-raja selanjutnya yang memimpin Kesultanan Gowa Tallo setelah menjadi kerajaan Islam :

  • Sultan Alauddin I (1593-1639)
  • Sultan Malikussaid (1639-1653)
  • Sultan Hasanuddin (1653-1669)
Sultan hassanudin
Sultan Hassanudin, Foto Oleh Tribunnews

Sultan Hassanudin yang memiliki julukan Ayam Jantan dari Timur merupakan raja yang paling terkenal. Pada masa kepemimpinannya, Gowa menikmati kejayaannya, namun pada akhir masa pimpinannya pula kesultanan ini harus menghadapi keruntuhan.

  • Sultan Amir Hamzah (1669-1674)
  • Sultan Mohammad Ali (1674-1677)
  • Sultan Abdul Jalil (1677-1709)
  • Sultan Ismail (1709-1711)
  • Sultan Najamuddin (1711-….)
  • Sultan Sirajuddin (….-1735)
  • Sultan Abdul Chair (1735-1742)
  • Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
  • Sultan Maduddin (1747-1795)
  • Sultan Zainuddin (1767-1769)
  • Sultan Abdul Hadi (1769-1778)
  • Sultan Abdul Rauf (1778-1810)
  • Sultan Muhammad Zainal Abidin (1825-1826)
  • Sultan Abdul Kadir Aididin (1826-1893)

Kehidupan Masyarakat Kerajaan Gowa Tallo

peta kekuasaan gowa tallo
Peta Kekuasaan Kerajaan Gowa Tallo, Foto Oleh Dinosaurus

Berikut ini pembahasan mengenai kehidupan masyarakat Gowa, mencakup kehidupan politik, ekonomi serta sosial.

Kehidupan Politik

Sebelum berubah menjadi kesultanan, kerajaan ini kerap berperang dengan beberapa wilayah lain di Sulawesi Selatan, antara lain: Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu sampai pada akhirnya Wajo dan Luwu berhasil ditakhlukkan dan menjadi bawahan Gowa. Masuk pada masa pemerintahan Islam, kerajaan ini turut menyebarkan agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan termasuk Bone dan Wajo.

Kehidupan Ekonomi

Menjadi kerajaan yang letaknya strategis dan menjadi jalur perdagangan, kehidupan ekonomi masyarakat Gowa tidak perlu diragukan. Wilayah tersebut kaya dengan beras putih dan berbagai bahan makanan. Gowa menjalin perdagangan dengan Malaka, Jawa, dan Maluku bahkan sampai ke India dan Cina. gowa juga mendapat banyak keuntungan dari Pelabuhan Somba Opu yang menjadi pusat mengalirnya rempah-rempah dari Maluku ke wilayah barat.

Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Gowa sangat menjunjung tinggi agama Islam. Islam telah menjadi poros utama dalam kehidupan mereka. Bahkan Ajaran Sufi telah berkembang di Gowa berkat Syekh Yusuf al-Makasari.

Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo 

Runtuhnya kerajaan ini dimulai etika Belanda mulai mencoba untuk menduduki Sulawesi Selatas pada masa kepemimpinan Sultan Hassanudin. Meski begitu, Sultan Hassanudin berupaya untuk tetap mempertahankan wilayahnya bahkan turut serta untuk membela bumi pertiwi dari jajahan Belanda.

Belanda bekerja sama dengan raja Bone, dengan senang hati raja Bone yang notabenenya tidak menyukai Gowa menerima ajakan tersebut. Setelah berperang dengan Belanda, naasnya Sultan Hassanudin harus kalah dan menyerah dengan menandatangani perjanjian Bongaya yang sangat merugikan wilayah Gowa Tallo.

Dari situlah kerajaan ini mulai melemah dan akhirnya runtuh perlahan.

Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Sebagai sebuah kerajaan bercorak Islam di Nusantara, Kerajaan Gowa tidak memiliki peninggalan berupa prasasti. Beberapa bentuk peninggalannya adalah masjid, benteng dan makam

Masjid Katangka

Masjid ini berdiri di tahun 19605. Sampai sekarang masjid ini masih dijaga dan terawat meskipun telah mengalami beberapa kali pemugaran.

Benteng Fort Rotterdam

Benteng ini sudah tidak asing terdengar oleh kita. Namun apakah kalian sudah tau bahwa benteng Rotterdam merupakan peninggalan kerajaan Gowa? Benteng ini dibangun pada abad ke-14 saat pemerintahan Sultan Alauddin. Saat ini, benteng tersebut telah menjadi destinasi wisata di Makassar.

Komplek Pemakaman Raja

Komplek pemakaman ini terletak di Kecamatan Tallo, Ujung Pandang. Pemakaman ini bercorak Islam yang menggunakan batu nisan. Uniknya, batu nisannya berukuran besar dan tinggi serta berundak-undak seperti candi.

Kesimpulan

Kerajaan Gowa Tallo awalnya merupakan dua kerajaan yang terpisah dan akhirnya bergabung di abad ke-17. Bergabungnya dua kerajaan ini juga menjadi awal mula perubahan Kerajaan menjadi Kesultanan. Setelah menjadi pemerintahan islam, Kerajaan Gowa Tallo turut menyebarkan islam di daerah Sulawesi Selatan bahkan menjadi pusat dakwah Islam di Sulawesi. Kerajaan Gowa Tallo juga menjadi saksi perjuangan Sultan Hassanudin berjuang mempertahankan Bumi Pertiwi dari serangan VOC meskipun pada akhirnya harus menyerah pada Perjanjian Bongaya. 

Baca juga: Kerajaan Banten: Sejarah Lengkap, Nama Raja, dan Peninggalan

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Kerajaan Gowa Tallo: Sejarah, Kehidupan Masyarakat dan Peninggalan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]