Setiap tahunnya pada tanggal 10 November, rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Tema peringatan Hari Pahlawan 2020 memiliki slogan “Pahlawanku Sepanjang Masa” dan memberikan makna bahwa pahlawan yang berjuang akan selamanya dikenang.
Dengan merayakan hari pahlawan ini diharapkan para penerus bangsa dapat terus melanjutkan semangat para pejuang serta terus menghormati jasa-jasa mereka.
Bagaimana latar belakang pertempuran ambarawa yang sampai saat ini dikenang setiap tanggal 10 November? Berikut sejarah singkatnya.
Pertempuran Ambarawa (Palagan Ambarawa)
Daftar Isi
Sejarah Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November bermula dari pertempuran rakyat Indonesia melawan tentara Sekutu dan NICA di Surabaya pada tahun 1945 yang dikenal sebagai pertempuran Ambarawa atau palagan ambarawa.
Baca Juga : Museum Sepuluh November, Gudangnya Informasi Surabaya
Latar belakang pertempuran ambarawa bermula ketika Inggris, juga Belanda, yang termasuk negara Sekutu memenangkan Perang Asia Timur Raya (Perang Dunia II) melawan Jepang. Beberapa bulan setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, pasukan Belanda datang, yang saat itu membawa juga tentara Inggris, hingga memasuki wilayah Surabaya.
Arek-arek Surabaya dan pihak Belanda melakukan perundingan. Pada 29 Oktober 1945, Belanda mengatakan bahwa mereka akan memberikan pengakuan atas merdekanya Indonesia. Namun ternyata perundingan tersebut tidak berjalan lancar, beberapa sejarawan mengatakan Belanda ingin menduduki kembali bumi ibu pertiwi bersama dengan Inggris dan negara sekutu lain.
Melihat niat licik Belanda dan negara sekutu, arek-arek Surabaya sadar mereka harus melakukan perlawanan. Setelah itu terjadilah bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya antara rakyat Surabaya melawan Belanda yang saat itu dibantu Inggris.
Tewasnya A.W.S Mallaby
Bentrokan kian memanas ketika Brigadir Jenderal Mallaby, Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur, tewas pada 30 Oktober 1945.
Pada saat kematiannya, pimpinan pasukan Inggris itu tewas dengan keadaan mobil yang ditumpanginya hangus terbakar.
Terkait penyebab tewasnya Jenderal Mallaby, hingga saat ini masih belum pasti dan menjadi perdebatan di antara sejarawan.
Beberapa literatur mengatakan bahwa Mallaby tewas setelah aksi tembak menembak dan terkena serangan arek-arek Surabaya.
Sumber lain mengatakan, ia terbunuh akibat ledakan granat ketika pasukannya yang berusaha melindungi Mallaby dari serangan.
Terbunuhnya Mallaby menjadi titik awal kemarahan tentara Sekutu.
Setelah meninggalnya Mallaby, pemimpin pasukan diganti oleh Mayor Eric Carden Robert Mansergh. Mansergh mengeluarkan ultimatum atau pengumuman kepada rakyat Surabaya. Isinya ia menuntut pihak Indonesia menyerahkan segala bentuk senjata dan menghentikan penyerangan dan bentrokan pada 9 November 1945.
Selain itu, ultimatum juga berisi ancaman bahwa Kota Surabaya akan digempur dari darat, laut, dan udara apabila perintah tersebut tidak dipatuhi.
Namun, rakyat tidak gentar atas ancaman itu, dan sama sekali tidak ada gencatan senjata. Sehingga terjadilah pertempuran ambarawa di kota Surabaya pada 10 November 1945.
Pada dini hari 10 November itu, pasukan Inggris mulai melancarkan serangan. Perlawanan sengit dari pasukan dan milisi Indonesia pun melakukan perlawanan. Pada pertempuran ini, ada banyak tokoh yang terlihat memimpin perlawanan. Salah satu yang paling terkenal dalam buku sejarah yaitu Bung Tomo. Ada pula tokoh-tokoh lain seperti KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah.
Pertempuran Ambarawa atau palagan ambarawa berlangsung cukup panjang karena perlawanan dari pihak Indonesia yang sama sekali tidk mengendur. Setelah sekitar tiga minggu, pertempuran ini baru mereda.
Dalam perang 10 November ini jatuh banyak korban jiwa khususnya para pejuang dan arek-arek surabaya saat melawan pasukan Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) atau pasukan gabungan Belanda-Inggris dan sekutu.
Diperkirakan 6.000–16.000 pejuang Indonesia dan arek-arek Surabaya gugur dalam pertempuran ini. Kehilangan banyak pejuang tidak sedikitpun memadamkan semangat para pahlawan, justru semakin mengobarkan semangat di daerah-daerah lain.
Satu dari beberapa tokoh kunci terkenal yang memimpin perlawanan di Surabaya pada saat itu adalah Bung Tomo. Bung Tomo memimpin melalui orasinya yang membakar semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya.
Bung Tomo
Bung Tomo, dengan nama asli Soetomo, adalah seorang orator, pembakar semangat juang rakyat untuk bertempur melawan belanda sampai titik darah penghabisan. Tujuannya hanya satu yaitu mempertahankan harga diri, tanah air dan jati diri bangsa yang telah merdeka beberapa bulan sebelumnya.
Dalam pertempuran tersebut puluhan ribu rakyat Surabaya dan para pahlawan gugur sebagai korban, sebagian besar adalah warga sipil. Melihat banyaknya pejuang yang gugur dan pertempuran hebat ketika itu serta semangat membara yang tak sedikitpun padam di kalangan rakyat Surabaya membuat kota Surabaya kemudian di kenang sebagai kota pahlawan.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasa patriotis para pejuang dalam melawan tentara sekutu dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu, tanggal 10 November ditetapkan pemerintah sebagai Hari Pahlawan dengan icon kota Surabaya.
Hingga saat ini, tanggal 10 November diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan. Selain bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang, juga untuk mengingatkan para penerus bangsa untuk melanjutkan perjuangan bangsa ini.
Sebagai penerus perjuangan para pahlawan, anak-anak muda dapat membaca tentang pertempuran surabaya 10 november 1945 dan memaknai aksi-aksi heroik para pahlawan dalam mempertahankan keutuhan tanah air.
Baca Juga Tugu PahlawanSurabaya, Yuk Kenali Kisah Sejarahnya
Tidak ada komentar