1. Biografi
  2. Informasi
  3. Tokoh

Tan Malaka – Bapak Republik Si Pemikir Kritis

Dari sekian banyak pahlawan kemerdekaan Indonesia, terdapat satu nama yang mungkin tidak banyak orang tau. Seperti terlupakan, kisah pahlawan ini seperti sengaja dihapus dari sejarah perjuangan Indonesia merdeka. Pahlawan yang memiliki dedikasi tinggi dalam menuntaskan penjajahan di tanah air ini bernama Tan Malaka. Selanjutnya Munus akan mengupas lebih dalam mengenai kisah hidup dan perjuangan Tan Malaka.

Sejarah Singkat Tan Malaka

Rasad Caniago dan Sinah Sinabur adalah orang tua kandung yang melahirkan Tan di daerah Suliki, Sumatera barat. Tan lahir pada tanggal 02 Juni 1897 dengan nama asli Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Sebagai seorang yang lahir di keluarga bangsawan, ia dapat mengenyam bangku pendidikan hingga menamatkan pendidikannya di sekolah Kweekschool Bukittinggi (Sekolah Pendidikan). Selain itu, Tan muda yang saat itu berusia 16 tahun melanjutkan pendidikannya di Rijks Kweekschool di Harleem, Belanda pada tahun 1913.

Perjuangan Awal

Setamatnya dari Rijks Kweekschool, Tan Malaka dengan segenap pengetahuan yang didapatnya kembali ke Indonesia dan membagi ilmunya dengan mengajar Bahasa Melayu di sebuah perkebunan di Deli, Sumatera Utara. Dari interaksi bersama masyarakat Indonesia inilah beliau kemudian menemukan ketimpangan yang terjadi akibat keotoriteran penjajah. Hati nuraninya bergerak hingga kemudian beliau mulai berusaha menentang kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda yang merugikan Indonesia. Usaha pertamanya tersebut ia mulai dengan menulis buku yang nantinya menjadi inspirasi bagi proklamator Indonesia.

Dengan bekal pengetahuannya dari bangku pendidikan, Tan kemudian bergabung dengan perkumpulan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV). ISDV inilah yang nantinya menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Di sana beliau banyak melakukan kegiatan yang nantinya bertujuan untuk membebaskan rakyat Indonesia dari penjajah.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Tan Malaka melakukan perjalanan dari Sumatera Utara ke Jawa sekitar tahun 1920-an. Sempat singgah di Yogyakarta yang kemudian melanjutkan perjalanannya ke Semarang. Di semarang inilah Tan mendirikan sekolah untuk anak-anak Sarekat Islam. Ruang kelas yang digunakan pun merupakan ruang rapat yang dimodifikasi sedemikian rupa. Investasi yang beliau lakukan di pendidikan merupakan suatu jalan yang tepat. Pasalnya banyak yang antusias dalam belajar seperti dalam buku Dari Pendjara ke Pendjara yang ditulis oleh Tan Malaka bahwa “Dalam satu dua hari saja saya sudah bisa mulai dengan kurang lebih 50 murid.”

Sekolah yang dibangun dengan apa adanya itu kemudian menjadi sekolah model atau sekolah percontohan untuk cabang-cabang sekolah lainnya. Meskipun ditinggal oleh Tan yang saat itu pergi keluar Indonesia, namun sekolah tersebut tetap ada dan berkembang dengan pesat. Bahkan, pada saat diadakan perkumpulan yang dihadiri oleh 40 utusan dari 16 sekolah yang jika ditotal keseluruhan muridnya mencapai 2500 siswa.

Baca juga: Jendral Sudirman: Biografi Singkat Hingga Keteladanan

Perjalanan dan Penyamaran

gambar-tan-malaka-lampung,rilis,id
Gambar Tan Malaka, foto oleh Lampung.rilis. id

Karakter dari Tan adalah beliau sangat tidak senang dengan ketidakadilan serta kolonialisme. Kebenciannya itu tidak hanya sekedar ada di angan-angan, akan tetapi terdapat tindakan nyata yaitu pemberontakan secara nyata terhadap pihak kolonialisme Belanda. Oleh karena itu, tidak heran bagi seorang Tan Malaka menjadi seorang buronan dan keluar masuk penjara.  Hampir separuh hidupnya ia gunakan untuk bersembunyi dalam pelarian, mulai dari menggunakan banyak nama samaran, gonta-ganti pekerjaan, hingga membentuk gerakan bawah tanah. Semua taktik itu beliau gunakan agar gerakan-gerakan beliau tidak terdeteksi oleh Pemerintahan Belanda.

Selain pergulatan dengan Belanda, Tan juga sempat berseteru dengan Stalin pada saat dirinya menjadi seorang wakil Komintern (Komunitas Internasional) untuk Asia Tenggara. Perseteruan tersebut terjadi karena ia tidak sependapat dengan Stalin dalam suatu hal. Selama menjadi wakil Komintern, Tan bermukim di Tiongkok. Dan selama dirinya berada di Tiongkok, ia menulis sebuah buku berjudul Naar de Republiek Indonesia  yang isinya berupa konsep bangsa Indonesia.

Dari buku itulah konsep Republik Indonesia pertama kali ditemukan. Oleh karena itu, Tan Malaka memperoleh julukan sebagai Bapak Republik Indonesia atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai the true founding father of Indonesia. Selain itu, dalam bukunya ia membahas prediksi mengenai situasi politik internasional antara Jepang dan Amerika yang berujung pada Perang Pasifik dimana hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak Indonesia untuk melakukan revolusi. 16 tahun berlalu sejak tulisan bak “ramalan” itu diterbitkan, hingga akhirnya Perang Pasifik pun yang merupakan pemantik perang dunia II benar terjadi. 

Sebagai seseorang yang terus berkelana karena dipaksa oleh keadaan, Tan memanfaatkan hal tersebut untuk menciptakan karya berupa buku lebih banyak lagi. Salah satunya tentang Materialisme, dialektika, dan logika atau lebih dikenal dengan nama “Madilog”. Buku tersebut mengandung pembahasan mengenai hasil analisisnya terhadap masyarakat Indonesia yang masih belum terbiasa berpikiran secara kritis, logis, serta belum mampu untuk berdialog dengan baik. 

Kembalinya Tan Malaka ke Indonesia

saat Indonesia telah merdeka, baru kemudian setelah seminggu Tan Malaka kembali ke Indonesia dan membongkar penyamarannya selama ini. Waktu berlalu hingga sebulan kemudian sekutu tiba di Indonesia untuk melucuti tentara Jepang. waktu tersebut dimanfaatkan oleh Tan Malaka untuk mengimplementasikan hal yang beliau tulis di bukunya yang berjudul Massa Actie, yaitu berupa menggerakkan aksi massa. 

Pada waktu-waktu berakhirnya tahun 1945, keadaan kembali memanas dimana Belanda menunggangi sekutu sebagai upaya untuk menguasai kembali Indonesia. Namun sayangnya, pemerintahan Sjahrir dan Sukarno lebih memilih jalan diplomasi yang membuat Tan Malaka geram dengan keputusan itu. Pasalnya, pemerintahan tidak bisa bersikap tegas dalam menyatakan kemerdekaan Indonesia dan selalu berada di dalam bayang-bayang Belanda.

Kecewa dengan keputusan pemerintahan Sjahrir, pada 4 Januari 1946 para pendukung Tan bergabung untuk membentuk kelompok Persatuan Perjuangan. Kemudian mereka mengadakan kongres pertamanya dengan pembicara yang tentunya adalah Tan Malaka itu sendiri serta Jenderal Soedirman. Dalam kongres ini mereka menyerukan bahwasanya mereka lebih baik dibombardir dengan bom atom daripada merdeka tetapi tidak 100 persen.

Singkat cerita, di kemudian hari jalan yang diambil Soekarno masih berupa diplomasi yang dianggap membahayakan negara Indonesia oleh Tan. tanggal 12 November 1948 seorang Tan memulai gerilyanya di Kediri dengan menemui prajurit TNI dan para petinggi politik. Akibatnya ia menjadi buronan tidak hanya di luar negeri, akan tetapi juga di negaranya sendiri.

Tan kemudian melarikan diri ke Gunung Wilis, Kediri, hingga kemudian ia ditangkap oleh Letnan Dua Sukoco dari Batalyon Sikatan Divisi Brawijaya. pada 21 Februari 1949, ia dieksekusi mati oleh bangsa sendiri kemudian ia dikebumikan di Selopanggung, Kediri. Namun, hingga sekarang jasadnya belum ditemukan. 

Meskipun Tan sudah dianugerahi sebagai seorang pahlawan oleh presiden Soekarno saat itu, namun namanya tidak banyak dikenal. Hal tersebut dikarenakan pada masa Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto, hal-hal yang berkaitan dengan Tan seolah-olah sengaja disembunyikan dari publik, seperti pada pelajaran sejarah di sekolah-sekolah.

Quotes Tan Malaka

Sebagai penulis buku yang ulung, Tan Malaka banyak dikenal juga karena kata-kata mutiara yang berhasil ia ciptakan. bahkan, kata-kata yang beliau ciptakan tidak hanya cocok untuk zaman itu saja, tetapi masih berhubungan dengan masa sekarang. Kata-kata mutiara tersebut juga sangat enak dibaca dan update-able. Berikut beberapa quotes Tan Malaka yang terkenal.

gambar-quotes-tan-malaka-ask,fm
Gambar Quotes Tan Malaka, foto oleh Ask. fm
gambar-quotes-tan-malaka-geotimes,co,id
Gambar Quotes Tan Malaka, foto oleh Geotimes. id

Kata-kata mutiara tersebut merupakan kata-kata yang dikutip dari buku karangan Tan sendiri. Terdapat banyak quotes dari Malaka yang cukup keren dan dapat dipakai sebagai snapgram dan postingan yang kekinian. 

Kesimpulan

Sebagai seorang yang memiliki determinasi kuat untuk memerdekakan Indonesia, Tan Malaka banyak menyumbang ide dan pemikiran dalam prosesnya. Dianugerahi sebagai salah satu pahlawan perjuangan, beliau menjadi tokoh yang sangat patut dijadikan sebagai panutan. Hendaknya kita sebagai kaum muda dapat meneladani pemikiran dan sikap kritis beliau ketika berurusan dengan kepentingan rakyat.

Baca juga: Hari Pahlawan 2020: Mengenang Pertempuran Ambarawa

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Tan Malaka – Bapak Republik Si Pemikir Kritis

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]