Halo Anak Nusantara! Peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ada bermacam-macam, salah satunya berupa bangunan candi. Peninggalan kerajaan tersebut yang bisa disaksikan sampai sekarang adalah Candi Tikus. Penasaran dengan sejarah dan serba-serbi lain yang ada di candi ini? Yuk simak artikel tentang candi tersebut hanya di Museum Nusantara.
Sejarah Candi Tikus
Daftar Isi
Candi tikus merupakan salah satu peninggalan sejarah bercorak Hindu yang ada di Jawa Timur. Lalu, bagaimanakah sejarah Candi Tikus saat pertama kali ditemukan? Candi bercorak Hindu ini awalnya terkubur di dalam tanah dan ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian candi didasarkan pada laporan di era pemerintahan Bupati Mojokerto, RAA Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat.
Kemudian setelah puluhan tahun ditemukan, pada tahun 1984-1985 diadakan pemugaran dan restorasi candi secara menyeluruh. Masyarakat sekitar menamakan candi ini sebagai “Tikus” karena konon katanya, tempat candi ini dulunya adalah sarang tikus.
Akan tetapi, belum didapatkan sumber sejarah valid dan tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa candi ini dibangun. Namun sudah diperkirakan dibangun antara abad 13 hingga 14 M, karena miniatur menara candi merupakan arsitektur khas pada abad tersebut.
Lokasi Candi Tikus
Candi yang merupakan peninggalan kerajaan Majapahit ini terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Lokasinya ada di sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto.
Apabila dilalui dari jalan raya Mojokerto-Jombang, rutenya melalui perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Candi Bajangratu. Letaknya ada di sebelah kanan jalan, sekitar 600 m saja dari Candi Bajangratu.
Bentuk Bangunan Candi Tikus
Berbeda dengan candi bercorak Hindu lainnya, Candi Tikus ini sangat unik karena berbentuk kolam dan candinya utamanya ada di tengah kolam. Lalu untuk bahan utama pembentuk bangunan juga menggunakan batu bata merah dan batu andesit.
Untuk ukuran kolam Candi Tikus yaitu sebesar 29,5 x 28,25 m² dan dilengkapi dengan undakan berbentuk selasar. Selasar pertama lebarnya 0,75 m yang mengelilingi kolam, kemudian selasar kedua yang berada di bawahnya memiliki ukuran lebih lebar.
Letak candi utama dibangun di tengah kolam dan menghadap ke arah utara, yang dilengkapi dengan sebuah tangga selebar 3,5 m dan memanjang dari atas kolam menuju ke dasar kolam. Di sisi kiri dan kanan tangga utama juga terdapat 2 kolam kecil. Kedalaman dari dua kolam kecil tersebut adalah 1,5 meter dengan ukuran 2 x 3,5 m².
Candi utama memiliki bentuk bujur sangkar sebesar 7,65 m². Selain itu dilengkapi dengan 8 menara kecil pada sekeliling candi yang berbentuk Gunung Meru pada atap dan ujung atapnya. Sedangkan pada bagian tengah bangunan candi utama ini terdapat sebuah miniatur menara setinggi 2 m, yang memiliki bentuk serupa dengan 8 menara kecil di sekelilingnya.
Pada sisi dinding luar bangunan candi terdapat 17 pancuran yang memiliki bentuk kalamakara dan bunga teratai yang mengelilingi bangunan utama candi. Selain itu, 2 kolam kecil yang ada di bagian dalam candi juga dilengkapi dengan 3 buah pancuran berbentuk bunga teratai.
Setelah mengetahui bentuk bangunannya, hal yang menarik adalah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran berbeda yang digunakan dalam bangunan candi. Untuk bagian kaki candi terdiri dari susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di candi ini pun juga ada dua jenis, ada yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit.
Perbedaan bahan bangunan yang digunakan menimbulkan adanya dugaan kalau candi ini dibangun melalui tahapan tertentu. Dalam pembangunan kaki candi, tahap pertama yang digunakan adalah menggunakan batu bata merah berukuran besar, sedangkan dalam tahap kedua digunakan bata merah berukuran lebih kecil. Dengan kata lain, bata merah yang ukurannya lebih besar usianya lebih tua dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil.
Sedangkan untuk bahan pancuran air, bahan bata merah diperkirakan dibuat dalam tahap pertama, karena bentuknya masih kaku. Untuk pancuran berbahan batu andesit lebih halus pahatannya sehingga diperkirakan dibuat dalam tahap kedua. Walaupun demikian, tidak bisa diketahui secara pasti kapan pembangunan candi ini dilakukan.
Fungsi Candi Tikus
Bentuk Candi Tikus merupakan perwujudan dari Gunung Meru atau Mahameru yang merupakan tempat suci dan tempat para dewa bagi umat Hindu dan Buddha. Bentuk pancuran yang ada pada candi ini diperkirakan adalah pengatur debit air pada masa Kerajaan Majapahit. Sedangkan tempatnya yang berada di pinggiran kota Trowulan, diperkirakan bahwa fungsi candi ini adalah tempat pertirtaan yang akan mengaliri seluruh kota Trowulan.
Demikian penjelasan yang dapat Munus sampaikan tentang sejarah, lokasi, bentuk bangunan, serta fungsi Candi Tikus. Jika kalian makin penasaran tentang candi ini, kalian bisa mengunjungi Mojokerto untuk berwisata sambil belajar sejarah. Semoga artikel kali ini bermanfaat.
Tidak ada komentar