Indonesia memiliki banyak peninggalan bersejarah yang masih berfungsi sampai saat ini. Beberapa peninggalan sejarah yang masih berfungsi sampai sekarang biasanya berupa bangunan bersejarah. Salah satunya adalah Masjid Agung Demak.
Pada kesempatan kali ini, Museum Nusantara akan membahas tentang sejarah, pendiri, dan ciri arsitektur dari masjid tertua di Pulau Jawa ini. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut hanya di Museum Nusantara!
Sejarah Masjid Agung Demak
Daftar Isi
Sejarah Masjid Agung Demak bermula dari keberadaan kerajaan Islam terbesar di Indonesia, yaitu Kerajaan Demak. Kerajaan Demak muncul setelah kejayaan dari Kerajaan Majapahit berakhir. Demak merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Keberadaan Masjid Agung Demak berkaitan dengan pengangkatan Raden Patah menjadi Adipati Demak pada tahun 1462 Masehi serta pengangkatan beliau menjadi Sultan Demak Bintara pada tahun 1478 Masehi. Pada saat ini, Kerajaan Majapahit juga sudah mengalami kemunduran dan jatuh ke tangan Prabu Girindrawardhana dari Kerajaan Kediri.
Pendiri Masjid Agung Demak adalah Raden Patah (Raja Pertama Kerajaan Demak) dengan bantuan Walisongo pada tahun 1477 Masehi. Hal ini dikarenakan Raden Patah yang tidak berhasil menyerang pasukan Girindrawardhana dan banyak korban yang gugur. Para wali kemudian memberi saran supaya Raden Patah lebih baik melanjutkan pembangunan masjid sembari mengukur kekuatan musuh.
Raden Patah kemudian melaksanakan saran ini dan menunda penyerangan ke Majapahit yang pada saat itu dikuasai oleh Prabu Girindrawardana. Sebagai syarat, Raden Patah meminta supaya pada bagian atap masjid diberi sebuah mustaka berbentuk runcing yang mirip angka satu dalam bahasa Arab.
Pembangunan masjid kemudian selesai sekitar tahun 1479 Masehi. Masjid ini kemudian menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Jawa yang kita sering kenal dengan nama Walisongo.
Selesainya pembangunan masjid dapat terlihat dari bentuk gambar serupa bulus yang ada di bagian depan kubah tempat pengimaman. Bulus ini disebut sebagai Surya sengkala memet. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1, empat kaki berarti angka 4, badan bulus berarti angka 0, dan satu ekor bulus berarti angka 1. Dari simbol binatang bulus ini, Masjid Agung Demak diperkirakan berdiri pada tahun 1401 Saka.
Arsitektur Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak memiliki atap tumpang yang mirip dengan punden berundak dan atap tumpang ganjil. Atap tumpang tindih mengambil inspirasi dari budaya peninggalan prasejarah Indonesia. Atap tumpang ganjil mengambil ide dari bangunan pura Hindu yang memiliki atap dengan 3 tingkat bahkan lebih.
Masjid ini berfungsi untuk menjadi tempat ibadah umat Islam. Budaya-budaya Islam dapat terlihat dari beberapa ornamen yang ada di dalam masjid. Selain itu, atap yang berbentuk meru segitiga adalah lambang dari persemayaman dewa dalam agama Hindu. Oleh karena dalam Islam tidak ada dewa-dewi, maka atap ini menandakan bahwa masjid adalah sebuah tempat untuk beribadah.
Masjid Agung Demak sebagai salah satu masjid kuno memiliki ciri khasnya, yaitu:
- Memiliki Pagar yang mengelilingi ruang utama
- Adanya serambi dan kolam di bagian depan bangunan utama
- Memiliki tempat berdiri imam sholat atau mihrab
- Mempunyai tempat khusus jemaah wanita atau pawestren
- Memiliki atap tumpang dengan puncak mustaka
Atap masjid yang tersusun dari tiga tingkat menggambarkan akidah Islam, yang terdiri dari Iman, Islam, dan Ihsan. Tiang utama masjid atau yang juga terkenal sebagai Saka Guru dibuat oleh Walisongo. Tiang barat laut dibuat Sunan Bonang, tiang barat daya dibuat Sunan Gunung Jati, tiang timur laut dibuat Kalijaga, dan tiang tenggara dibuat Sunan Ampel.
Masjid Agung Demak memiliki lima pintu yang menggambarkan lima rukun Islam. Enam jendela masjid yang menggambarkan rukun iman. Serambi masjid memiliki ukuran 30 x 17 meter, dengan bentuk ruang terbuka yang memiliki atap limas. Serambi ini memiliki fungsi sebagai tempat pertemuan, musyawarah, acara keagamaan, dan tempat sholat.
Akulturasi Masjid Agung Demak
Masjid ini memiliki ciri arsitektur yang khas. Seperti yang sudah disebutkan di atas. Masjid ini merupakan bentuk akulturasi dari berbagai budaya yang sudah ada di Indonesia. Hal tersebut yang membuat Masjid Demak berbeda dengan masjid-masjid lainnya di Indonesia.
Masjid Demak mengambil arsitektur perpaduan dari gaya bangunan Majapahit khas bangunan bercorak Hindu dan gaya bangunan rumah tradisional di Jawa Tengah. Akulturasi ini dapat kalian lihat dari bentuk atapnya yang berbentuk atap tumpang, bukan kubah melengkung yang identik dengan ciri khas bangunan masjid.
Akulturasi bangunan masjid merupakan bentuk toleransi sebagai sarana penyebaran Islam dalam masyarakat yang saat itu masih banyak memeluk agama Hindu. Mustoko atau mahkota masjid yang berhias asma Allah dan menara masjid yang mengambil gaya menara masjid Melayu menjadi budaya Islam yang menghiasi masjid ini.
Bangunan serupa juga dapat kalian lihat di Masjid Menara Kudus yang terletak sekitar 35 km dari kota Demak. Dapat disimpulkan, penyebaran agama Islam di pulau Jawa mengambil cara salah satunya dengan memadukan budaya Islam dengan budaya-budaya yang sudah ada sebelumnya.
Wisata Masjid Agung Demak
Jika kalian tertarik untuk mengunjungi Masjid kebanggaan warga Demak ini, lokasi masjid berada di Jalan Raya Sultan Fatah No.57, Kampung Kauman, Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Rute yang dilalui juga tidak sulit karena masjid ini berada di pusat kota Demak.
Kalian dapat berkunjung kapanpun ke masjid ini dan tanpa ada tarif masuk. Bagian eksterior masjid memberi kesan masjid yang sederhana, tapi bagian dalamnya menunjukkan kesan masjid yang megah dan agung. Selain beribadah di masjid ini, kalian juga dapat bersantai dengan berjalan-jalan di area taman yang berada di bagian depan masjid.
Pada dasarnya, Masjid Agung Demak masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam sampai saat ini dan banyak juga berbagai kegiatan yang diselenggarakan di sini. Kegiatan dapat berupa pengajian rutin, dakwah, sampai perayaan hari besar umat Islam
Demikian penjelasan kali ini tentang sejarah, pendiri, dan ciri arsitektur dari Masjid Agung Demak. Perlu diingat bahwa masjid ini merupakan peninggalan bersejarah sekaligus salah satu tempat ibadah. Oleh sebab itu, kita perlu menjaganya dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Semoga penjelasan Museum Nusantara kali ini bermanfaat!
Tidak ada komentar