Tak melulu berwisata ke pantai, jika berkunjung ke Bali kamu juga bisa menemukan banyak situs arkeolog dan kebudayaan yang menakjubkan. Salah satunya Candi Tebing Gunung Kawi yang berlokasi di sisi utara Gianyar.
Candi ini merupakan situs purbakala peninggalan Dinasti Udayana di Bali. Yuk simak ulasannya berikut ini!
Sejarah Pura Gunung Kawi sebagai Tempat Persemayaman Abadi Raja Udayana
Daftar Isi
Sejarah Pura Gunung Kawi sebagai Tempat Persemayaman Abadi Raja Udayana
Konon, berdasarkan cerita rakyat Bali, candi ini dibuat oleh orang sakti bernama Kebo Iwa. Dan berfungsi sebagai sthana atau tempat pemujaan Raja Bali bernama Anak Wungsu yang merupakan Putra dari Raja Udayana.
Dikisahkan, Raja Udayana dengan permaisurinya Gunapriya Dharmatpatni memiliki tiga orang putra, yakni Airlangga, putra sulung yang juga Raja Kediri di Jawa Timur. Kemudian Marakata dan Anak Wungsu yang meneruskan tahta Raja Udayana di Bali.
Setelah Raja Udayana wafat, digantikan oleh Marakata pada tahun 1025 masehi, Marakata lalu digantikan oleh adiknya, Anak Wungsu pada tahun 1049-1080 masehi.
Konon, raja-raja Udayana yang wafat disemayamkan di Candi Gunung Kawi Tampaksiring. Pada dinding candi ditemukan tulisan Kediri Kwadrat yang bertuliskan ‘Haji Lumang Ing Jalu’ artinya Raja yang diabadikan di Jalu.Sedangkan di kuil kedua terdapat tulisan yang berbunyi ‘Rwa Nak Ira’ yang artinya dua putranya. Kuil Udayana dan kuil kedua anak-anaknya berukuran lebih besar dibandingkan dengan kuil lainnya.
Di sisi selatan Candi Gunung Kawi terdapat campuhan yang merupakan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Bulan dan Pakerisan. Sejak dulu masyarakat Hindu mempercayai campuhan sebagai tempat untuk suci dan pemurnian diri. Hingga saat ini pun orang-orang masih mempercayai dan menggunakan air suci atau tirta yang tersedia di kawasan Gunung Kawi untuk tujuan upacara adat dan keagamaan.
Candi Gunung Kawi dan Situs Bersejarah Favorit Arkeolog Eropa
Candi Tebing Gunung Kawi tersusun dari batu-batu yang dipahat. Terdapat sekitar 315 anak tangga bersusun yang akan dinaiki para pengunjung untuk sampai ke lokasi pura candi ini.
Selain candi, juga terdapat kolam pemandian dan pancuran air. Pada wilayah barat sungai terdapat 4 kelompok bagian candi. Sedangkan untuk sisi sebelah timur sungai ada 5 kelompok bagian candi.
Candi Gunung Kawi didominasi oleh dinding-dinding batu cadas yang dipahat membentuk candi yang seolah-olah dibingkai dengan lengkungan. Menurut pengelola candi Gunung Kawi, banyak wisatawan dan arkeolog mancanegara, khususnya asal Eropa yang berkunjung ke candi ini. Kebanyakan dari mereka datang ingin mengetahui sekaligus menggali kisah-kisah tentang keberadaan candi tersebut.
Harga Tiket Candi Gunung Kawi
Harga tiket masuk Candi Tebing Gunung Kawi adalah Rp. 30.000 untuk turis lokal dan Rp. 50.000 untuk turis asing.
Candi Tebing Gunung Kawi dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 – 18.00 WITA. Lokasi Candi Gunung Kawi berada di Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Wisatawan yang berkunjung diwajibkan mengenakan pakaian adat Bali. Selain itu, wisatawan juga tidak diperkenankan naik sembarangan ke tempat-tempat yang disucikan. Jika hendak memasuki area atau tempat yang disucikan, wajib melepas alas kaki. Juga terdapat larangan untuk wanita yg sedang haid untuk memasuki kompleks Pura Gunung Kawi.
Baca juga: Candi Jabung Probolinggo: Sejarah, Arsitektur, & Fungsi
Semoga ulasan tentang sejarah, jadwal operasional, dan harga tiket masuknya menambah minat kamu untuk berkunjung ke Candi Tebing Gunung Kawi ini ya.
Tidak ada komentar