1. Candi

Candi Gunung Kawi, Situs Purbakala Persemayaman Abadi Raja

Tak melulu berwisata ke pantai, jika berkunjung ke Bali kamu juga bisa menemukan banyak situs arkeolog dan kebudayaan yang menakjubkan. Salah satunya Candi Tebing Gunung Kawi yang berlokasi di sisi utara Gianyar.

Candi ini merupakan situs purbakala peninggalan Dinasti Udayana di Bali. Yuk simak ulasannya berikut ini!

Sejarah Pura Gunung Kawi sebagai Tempat Persemayaman Abadi Raja Udayana

Sejarah Pura Gunung Kawi sebagai Tempat Persemayaman Abadi Raja Udayana

Konon, berdasarkan cerita rakyat Bali, candi ini dibuat oleh orang sakti bernama Kebo Iwa. Dan berfungsi sebagai sthana atau tempat pemujaan Raja Bali bernama Anak Wungsu yang merupakan Putra dari Raja Udayana.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Dikisahkan, Raja Udayana dengan permaisurinya Gunapriya Dharmatpatni memiliki tiga orang putra, yakni Airlangga, putra sulung yang juga Raja Kediri di Jawa Timur. Kemudian Marakata dan Anak Wungsu yang meneruskan tahta Raja Udayana di Bali.

Setelah Raja Udayana wafat, digantikan oleh Marakata pada tahun 1025 masehi, Marakata lalu digantikan oleh adiknya, Anak Wungsu pada tahun 1049-1080 masehi.

Konon, raja-raja Udayana yang wafat disemayamkan di Candi Gunung Kawi Tampaksiring. Pada dinding candi ditemukan tulisan Kediri Kwadrat yang bertuliskan ‘Haji Lumang Ing Jalu’ artinya Raja yang diabadikan di Jalu.Sedangkan di kuil kedua terdapat tulisan yang berbunyi ‘Rwa Nak Ira’ yang artinya dua putranya. Kuil Udayana dan kuil kedua anak-anaknya berukuran lebih besar dibandingkan dengan kuil lainnya.

Di sisi selatan Candi Gunung Kawi terdapat campuhan yang merupakan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Bulan dan Pakerisan. Sejak dulu masyarakat Hindu mempercayai campuhan sebagai tempat untuk suci dan pemurnian diri. Hingga saat ini pun orang-orang masih mempercayai dan menggunakan air suci atau tirta yang tersedia di kawasan Gunung Kawi untuk tujuan upacara adat dan keagamaan.

Candi Gunung Kawi dan Situs Bersejarah Favorit Arkeolog Eropa

Berkunjung ke Situs Gunung Kawi
Berkunjung ke Situs Gunung Kawi (sumber: Kemdikbud)

Candi Tebing Gunung Kawi tersusun dari batu-batu yang dipahat. Terdapat sekitar 315 anak tangga bersusun yang akan dinaiki para pengunjung untuk sampai ke lokasi pura candi ini.

Selain candi, juga terdapat kolam pemandian dan pancuran air. Pada wilayah barat sungai terdapat 4 kelompok bagian candi. Sedangkan untuk sisi sebelah timur sungai ada 5 kelompok bagian candi.

Candi Gunung Kawi didominasi oleh dinding-dinding batu cadas yang dipahat membentuk candi yang seolah-olah dibingkai dengan lengkungan. Menurut pengelola candi Gunung Kawi,  banyak wisatawan dan arkeolog mancanegara, khususnya asal Eropa yang berkunjung ke candi ini. Kebanyakan dari mereka datang ingin mengetahui sekaligus menggali kisah-kisah tentang keberadaan candi tersebut.

Harga Tiket Candi Gunung Kawi

Harga tiket masuk Candi Tebing Gunung Kawi adalah Rp. 30.000 untuk turis lokal dan Rp. 50.000 untuk turis asing.

Candi Tebing Gunung Kawi dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 – 18.00 WITA. Lokasi Candi Gunung Kawi berada di Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Wisatawan yang berkunjung diwajibkan mengenakan pakaian adat Bali. Selain itu, wisatawan juga tidak diperkenankan naik sembarangan ke tempat-tempat yang disucikan. Jika hendak memasuki area atau tempat yang disucikan, wajib melepas alas kaki. Juga terdapat larangan untuk wanita yg sedang haid untuk memasuki kompleks Pura Gunung Kawi.

Baca juga: Candi Jabung Probolinggo: Sejarah, Arsitektur, & Fungsi

Semoga ulasan tentang sejarah, jadwal operasional, dan harga tiket masuknya menambah minat kamu untuk berkunjung ke Candi Tebing Gunung Kawi ini ya.

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Candi Gunung Kawi, Situs Purbakala Persemayaman Abadi Raja

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]