Negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia adalah Indonesia. Masuknya Islam ke Indonesia bermula dari para pedagang Arab yang berlabuh di pesisir pantai Indonesia untuk melakukan perdagangan sekaligus membawa misi untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Indonesia yang saat itu dikenal dengan nama Nusantara membuat proses masuknya Islam dikenal sebagai ‘masuknya islam ke nusantara’. Seiring berjalannya waktu, muncul istilah baru yang maknanya memiliki pergeseran, yaitu ‘Islam Nusantara’.
Islam Nusantara tidak dimaknai dengan proses masuknya Islam ke Indonesia. Akan tetapi lebih kepada strategi yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat tanpa menghilangkan budaya dan adat istiadat lokal. Penjelasan lebih lanjut mengenai Islam Nusantara telah Munus rangkum sebagai berikut.
Sejarah Islam Nusantara
Daftar Isi
Berawal dari usaha untuk menyebarkan ajaran Islam ke Nusantara, hal yang dilakukan adalah memikirkan strategi agar diterima dengan baik oleh masyarakat. Menilik dari corak masyarakat Indonesia pada saat itu yang masih kental akan kearifan lokalnya, membutuhkan strategi yang sangat baik demi tidak terjadinya konflik atau penolakan keras dari masyarakat. Oleh karena itu, para penyiar menggunakan jalan dakwah yang sangat fleksibel menyesuaikan dengan keadaan masyarakat pada waktu itu.
Kisah dakwah dan penyebaran agama Islam di Indonesia tidak pernah lepas dari Wali Songo. Wali yang basis dakwahnya berada di tanah Jawa ini memiliki peranan yang sangat besar dalam proses masuknya Islam di Indonesia. Bermodal pikiran yang unik, Indonesia yang saat itu masih dikenal sebagai Nusantara dengan bermacam kebudayaan berhasil ditaklukkan oleh para wali tersebut.
Islam Nusantara sendiri bukanlah sebuah ajaran baru ataupun keyakinan baru yang berusaha untuk menggantikan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Melainkan hanya sebuah upaya yang dilakukan oleh para pendakwah dalam menyampaikan ajaran Islam. Dalam menyampaikan dakwahnya tidak menggunakan kekerasan akan tetapi melalui jalan yang disukai oleh masyarakat, yakni melalui kebudayaan yang berkembang saat itu. Hal tersebut tidak semerta-merta ajaran Islam harus menyesuaikan dengan adat istiadat, akan tetapi lebih kepada cara melabuhkan Islam di lingkungan masyarakat dengan budaya yang beragam tanpa menghilangkan nilai keislaman itu sendiri.
Istilah Islam Nusantara pertama kali diperkenalkan kepada khalayak umum oleh Organisasi Islam Nahdlatul Ulama pada tahun 2015. Setelah munculnya istilah tersebut, muncul kontroversi terhadap makna sesungguhnya dari istilah tersebut. Menurut K.H. Mustofa Bishri atau yang lebih akrab disapa dengan Gu Mus, terdapat dua makna dalam menafsirkan istilah Islam Nusantara yakni dengan na’at man’ut (Penyifatan) yaitu Islam yang dinusantarakan dimana makna tersebut bukanlah pemaknaan yang tepat dalam konteks ini. Kedua melalui idhafah (penunjukan tempat), Islam Nusanta memiliki arti sebagai Islam di Nusantara.
Konsep Islam Nusantara
Konsep yang digunakan adalah kesadaran beragama dalam lingkungan masyarakat dengan budaya yang heterogen tanpa menggunakan sedikit pun kekerasan, tetapi melalui perpaduan antara agama dan budaya. Budaya yang digunakan pun harus disaring sedemikian rupa yaitu yang masih sesuai dan tidak melewati batas ajaran agama. Dengan konsep tersebut, masyarakat yang dulunya merasa enggan untuk belajar ajaran Islam perlahan-lahan mulai tergerak hatinya.
Baca Juga: Aksara Jawa: Sejarah dan Perkembangannya
Macam-macam Tradisi Islam Nusantara
Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya penggabungan antar agama dan budaya menjadi tren yang menarik dalam menyiarkan agama Islam. Melalui strategi tersebut, para pendakwah, khususnya yang lebih terkenal di Indonesia adalah para Wali Songo, mengaplikasikannya secara analitik mempertimbangkan masyarakat tujuannya. Hasil dari akulturasi antar agama dan budaya tersebut melahirkan budaya yang sama sekali baru dan tetap lestari hingga saat ini. Berikut beberapa produk dari pemikiran Islam Nusantara yang masih diterapkan hingga saat ini.
Halal Bihalal
Sebagai penduduk Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah halal bihalal. Tradisi yang biasa dilakukan oleh umat muslim ketika sampai pada bulan Syawal, yaitu bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Hal yang dilakukan adalah salam-salaman dan saling meminta maaf pada hari besar tersebut dengan tujuan agar kembali ke fitrah. Sekarang ini acara Halal bihalal sudah menjadi tradisi yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat muslim yang ada di Indonesia, bahkan terkadang umat agama lain pun juga dapat merayakan hari besar Islam tersebut.
Sekaten Surakarta
Dalam melaksanakan acara peringatan Maulid Nabi, Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta melakukan sebuah acara rutin setiap tahunnya yang dikenal sebagai sekaten. Sekaten ini merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada Wali Songo atas jasanya dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Nama Sekaten sendiri berasal dari kata Syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat. Acara ini pun selalu berjalan dengan meriah.
Grebeg
Dipelopori oleh Sultan Hamengkubuwono I, Grebeg biasanya dilakukan untuk anggota kesultanan yang akan menikahkan putrinya. Grebeg dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun. Acara pertama yaitu pada tanggal 1 syawal yaitu hari raya idul fitri. Yang kedua berupa Hari Raya idul Adha, dan yang terakhir adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Kesimpulan
Islam Nusantara yang merupakan wajah Indonesia menjadi hal yang patut dibanggakan. Pasalnya, atas jasa para pendakwah yang telah lalu, Indonesia dapat sampai pada titik ini dimana Islam secara nyata dapat membungkus nilai-nilai kebudayaan yang kemudian berjalan beriringan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim dan penduduk Indonesia maka hendaklah kita berjalan beriringan tanpa adanya konflik.
Baca juga: Wali Songo: Maskot Penyiar Agama Islam di Jawa
Tidak ada komentar