1. Candi

Candi Jabung Probolinggo: Sejarah, Arsitektur, & Fungsi

Candi Jabung adalah salah satu candi yang berada di Probolinggo, Jawa Tengah. Keberadaannya memang tidak begitu terkenal. Namun, peninggalan satu ini juga tertulis dalam catatan sejarah Majapahit. Seperti apa kisah selengkapnya? Simak artikel Museum di bawah ini!

Sejarah Candi Jabung

Candi Jabung Probolinggo adalah sebuah candi peninggalan kerajaan Majapahit. Keberadaan candi ini bahkan tertulis dalam Kitab Negarakertagama dengan nama Bajrajina Paramita Candi. Buku Pararaton juga menyebutkan bahwa candi ini bernama Sajabung yang berarti tempat pemakaman Bhra Gundal, salah satu tokoh wanita dalam keluarga Raja Hayam Wuruk.

Menurut legenda, Hayam Wuruk melakukan semedi selama beberapa bulan dinobatkan menjadi raja dari Kerajaan Majapahit. Ketika bersemedi, Hayam Wuruk melihat bahwa ada area yang dapat dikembangkan. Setelah itu, Hayam Wuruk memutuskan untuk mengunjungi wilayah Kerajaan Majapahit yang berada di sebelah timur pulau Jawa.

Raja Hayam Wuruk mengunjungi candi ini pada tahun 1359 ketika Ia sedang dalam perjalanan mengelilingi daerah Jawa Timur. Perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi Jawa Timur ini didampingi oleh seluruh keluarga raja, para menteri, pemuka agama, perwakilan dari rakyat, dan Sang Patih, Gajah Mada. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk memantau keadaan masyarakat di daerah Jawa Timur yang saat itu masuk ke dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Artikel Terkait

    Feed has no items.

Beberapa kawasan yang dilewati oleh Hayam Wuruk beserta rombongannya adalah Lodaya, Palah, Balitar, Lwang, Lasem, Simping, Jime, Kebonagung, Sajabung, Kalayu, dan Paiton. Saat sudah sampai di Paiton, Hayam Wuruk akhirnya menemukan tempat yang ada dalam penglihatannya ketika bersemedi. Raja Hayam Wuruk segera memerintah rombongannya untuk mempersiapkan tanah tersebut.

Nama daerah Paiton sendiri juga berasal dari pemberian Raja Hayam Wuruk. Nama Paiton terdiri dari dua kata, yaitu Pait dan Ton. Pait berasal dari nama Majapahit, dan Ton berasal dari kata dalam Bahasa Jawa, katon yang berarti terlihat. Secara harfiah, Paiton memiliki arti Majapahit terlihat.

Raja Hayam Wuruk membuat Kerajaan Majapahit berkembang dengan pesat, begitu pula dalam bidang budaya dan sastra. Beberapa candi dibangun untuk menjadi tempat pemujaan atau ibadah, salah satunya adalah Candi Jabung. Raja Hayam Wuruk sendiri melakukan pemugaran candi ini pada tahun 1353 Masehi.

Arsitektur Candi Jabung

Bangunan Candi Jabung berdiri di sebuah bidang berukuran 35 x 40 meter. Pemugaran candi dilakukan pada tahun 1983-1987. Setelah pemugaran, luas lingkungannya juga ikut bertambah menjadi 20,042 meter persegi. Bangunan candi berada di ketinggian 8 meter di atas permukaan laut. Situs candi terdiri dari dua bangunan utama,  satu bangunan besar dan satu bangunan kecil bernama “Candi Sudut”. Bangunan candi sendiri tersusun dari batu bata merah berkualitas tinggi yang diukir sehingga menciptakan bentuk-bentuk relief yang indah.

Untuk bangunannya sendiri, candi satu ini memiliki tinggi 15,58 meter, panjang 13,13 meter dan lebar 9,60 meter. Bangunannya menghadap ke arah barat, dan bagian baratnya menjorok ke depan karena merupakan bekas tangga naik ke bangunan candi. Di sebelah barat daya halaman candi, terdapat sebuah candi kecil. Candi ini juga memiliki menara sudut yang berada di segala penjuru pagar dan berfungsi sebagai pelengkap bangunan utama candi. Menara ini terbuat dari batu bata yang berukuran pada tiap sisinya sekitar 2,55 meter dengan tinggi 6 meter.

Arsitektur Candi Jabung dapat dikatakan cukup menarik karena terdiri bagian batur, kaki, tubuh, serta atap. Berikut adalah penjelasan untuk setiap bagian dari candi:

Batur

Batur candi ini memiliki ukuran lebar 9,58 meter dan panjang 13,11. Di atas bagian batur ini terdapat selasar keliling yang sempit serta dipenuhi dengan hiasan relief yang menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari. Terdapat relief dengan gambar seorang pertapa yang memakai sorban berhadap-hadapan dengan muridnya, dua orang pria yang berada dekat sumur dimana salah seorang memegang tali timba, sebuah relief berbentuk medali, relief singa yang saling berhadapan dan seorang perempuan yang menaiki seekor ikan.

Kaki candi

Kaki candi ini memiliki bentuk segi empat dan bagian baratnya memiliki bagian menjorok keluar yang berfungsi untuk menopang tangga naik. Terdapat dua bagian kaki candi. Kaki candi tingkat pertama dimulai dari lis yang ada di atas batur yang berbentuk agief dengan hiasan daun padina, lalu terdapat lis datar dengan ketinggian sekitar 60 cm.

Di atas lis-lis tersebut, terdapat sebidang panil yang terdiri dari 30 lapisan bata merah atau setinggi 12 meter. Relief dan ornamen-ornamen nya saat ini sudah tidak terlihat jelas karena sudah termakan zaman. Kaki candi tingkat kedua berbentuk hampir mirip dengan kaki candi tingkat pertama, mulai dari hiasan daun padma dan lis datar. Pada beberapa bagiannya terdapat bidang datar dengan lebar 50 cm yang berisi ukiran kala dan ornamen dedaunan.

Tubuh candi

Pada bagian tubuh Candi Jabung, terdapat berbagai relief seperti manusia, pepohonan, dan juga rumah. Sudut tenggara candi dihiasi dengan sebuah relief yang menggambarkan seorang wanita menaiki ikan. Relief ini menggambarkan tentang pelepasan jiwa Sri Tanjung dalam kepercayaan agama Hindu. Cerita ini melambangkan tentang kesetiaan seorang perempuan kepada suaminya. Selain di Candi Jabung, relief serupa juga dapat kamu temukan di Candi Penataran Blitar, Gapura Bajang Ratu Trowulan, dan Candi Surawana Kediri.

Bagian tengah tubuh candi memiliki sebuah pintu yang membawa kalian ke bilik candi berukuran 2,60 x 2,58 meter dengan tinggi 5,52 meter Bagian atasnya dihiasi dengan batu penutup cungkup yang memiliki ukiran. Bagian dasar dari tubuh candi memiliki bentuk persegi, sedikit ke atas, tubuh candi menjadi bentuk tabung/silinder dengan dihiasi relief serta ukiran yang indah. Layaknya candi pada umumnya, bagian atas gawang pintu memiliki sebuah hiasan. Ambang pintu menonjol keluar dan memiliki pahatan kepala naga serta bertuliskan angka tahun saka 1276 Saka atau 1354 Masehi. Angka tersebut dipercaya sebagai tahun berdirinya candi ini.

Atap candi

Saat ini, sebagian besar atap candi sudah hilang. Sisa-sisa atap candi hanya memberikan kemungkinan bahwa pada bagian terdapat stupa dan atapnya dihiasi motif sulur-suluran.

Fungsi Candi Jabung

Berikut adalah beberapa fungsi Candi Jabung:

  • Menurut Kitab Pararaton, Candi ini berfungsi sebagai tempat pemakaman untuk Bhra Gundul.
  • Tempat pemujaan
  • Tempat sembahyang bagi umat Hindu
  • Saat ini, candi ini menjadi ikon budaya atau maskot pemerintah
  • Candi ini juga berfungsi sebagai tempat wisata karena letak lokasinya yang cukup strategis

Baca juga: Candi Abang: Sejarah, Bentuk Bangunan, Mitos, & Fungsi

Demikian pembahasan Museum Nusantara tentang sejarah, arsitektur, dan fungsi dari Candi Jabung. Candi ini juga dapat digolongkan dalam keadaan terancam karena banyak bagiannya yang hilang. Sangat penting untuk kita sadar terhadap hal ini dan berusaha menjaga warisan kebudayaan ini. Semoga penjelasan Munus kali ini bermanfaat!

Tidak ada komentar

Komentar untuk: Candi Jabung Probolinggo: Sejarah, Arsitektur, & Fungsi

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    ARTIKEL TERBARU

    Sejarah wayang  orang sriwedari sudah terbilang sangat panjang. Wayang orang sriwedari sudah melakukan pentas secara tetap pada tahun 1911. Selain menampilkan cerita pewayangan, wayang orang sriwedari juga memiliki segmen khusus yang biasanya membahas isu-isu sosial yang sedang umum dibicarakan. Buat kamu yang masih belum tahu tentang sejarah wayang orang sriwedari, yuk simak artikel ini sampai […]
    Gamelan Banyuwangi merupakan salah satu alat musik tradisional yang mengiringi tari gandrung dan mendapatkan pengaruh dari Jawa, Bali, dan Eropa. Hal ini membuat sejarah gamelan Banyuwangi menarik untuk dikupas tuntas. Oleh karena itu, simak pembahasan selengkapnya melalui artikel berikut ini.  Sejarah Gamelan Banyuwangi Gamelan Banyuwangi adalah bentuk seni gamelan yang berasal dari daerah Blambangan atau […]

    Trending

    Kebanyakan masyarakat lebih mengenal Nusa Penida, sebagai kawasan wisata alamnya yang terletak di tenggara Bali. Ternyata, Kawasan ini menyimpan kekayaan sejarah yang tak kalah menarik dengan keindahan alamnya yang memukau. Dengan membaca artikel ini, kamu bukan hanya sekadar menambah pengetahuan saja, namun sekaligus menyusuri peristiwa masa lalu di Nusa Penida. Legenda dan Mitos Nusa Penida […]
    Wayang Golek adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan boneka kayu untuk memerankan cerita-cerita yang berasal dari berbagai sumber, termasuk epik Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita lokal dan agama.  Wayang Golek tidak hanya menunjukkan seni pertunjukan tradisional Indonesia, tetapi juga menjadi simbol penting dalam melestarikan identitas budaya bangsa. Untuk memberi pemahaman mendalam terkait […]
    Di antara ragam wayang di budaya Nusantara, sejarah wayang purwa menonjol sebagai yang tertua dan paling populer. Dikenal sebagai wayang tertua di Indonesia, wayang kulit ini telah memikat hati masyarakat selama berabad-abad.  Popularitasnya tak lepas dari dukungan etnis Jawa yang mendominasi Indonesia. Tak heran, jika sekilas mendengar kata wayang, ingatan kita langsung tertuju pada wayang […]